bc

Prahara Asmara

book_age18+
378
FOLLOW
3.4K
READ
love-triangle
second chance
friends to lovers
drama
sweet
betrayal
cheating
disappearance
enimies to lovers
first love
like
intro-logo
Blurb

Vanie meninggalkan kota New York yang telah menjadi rumahnya selama lebih tiga tahun ini dengan hati terluka. Seorang pria bernama Adam yang sebentar lagi akan menjadi suaminya ternyata selingkuh dan membatalkan pernikahan mereka sehari sebelum hari H.

Namun, ketika baru saja menata kembali serpihan hatinya muncul pria yang memiliki wajah serupa dengan Adam dan mengaku sebagai adik kembar pria itu dan berusaha menarik perhatian Vanie dengan kharisma yang berbeda dengan kakak kembarnya.

Diam diam sahabatnya yang telah memendam cinta sejak lama mulai gerah melihat kedekatan Vanie dengan pria lain dan tidak mau lagi menjadi pecundang, Putra berusaha meraih mimpinya yang sempat kandas tiga tahun silam, mimpi menjadi suami Vanie.

Keluarga yang seharusnya menjadi tempat bagi wanita itu berlindung tidak lagi memberikan kenyamaan, bahkan mereka berusaha menjatuhkan dirinya semakin terpuruk.

Bagaimana Vanie melewati semua cobaan itu? Siapa yang akhirnya menjadi pemenang hati wanita itu?

chap-preview
Free preview
#1. Welcome Home
Sebelum meninggalkan apartemen yang telah menemaninya selama lebih dari empat tahun lamanya, Vanie kembali menatap ruang yang sudah hampir kosong itu. Sekilas berbagai kenangan terlintas namun segera ditepisnya "..Good bye" gumamnya memberikan salam perpisahan entah kepada siapa atau apa, mungkin pada semua hal buruk yang membuat dirinya memutuskan untuk kembali ke tanah air. Hanya menggeret sebuah koper kecil, Vanie menyusuri lorong dan berbaris menunggu gilirannya memasuki pesawat yang akan membawanya ke Jakarta. Pesawat dengan rute New York - Jakarta akan berangkat sekitar satu jam lagi dan selama dua puluh empat jam selanjutnya akan dihabiskan Vanie di dalam pesawat tersebut. Berbeda dengan penumpang lainnya yang ceria dan bersemangat, wanita itu terlihat beberapa kali mendesah dan menarik napas panjang seperti kekurangan oksigen. Bahkan sesekali dirinya mengusap air mata dari sudut matanya. Dadanya bagaikan terhimpit sesuatu yang kasat mata namun menyesakkan. Sementara itu, di tempat yang berbeda seminggu yang lalu, sebuah pesta kecil diselenggarakan untuk merayakan pernikahan seorang pria yang teramat bearti bagi Vanie namun sangat disayangkan bukan dia yang mengenakan gaun putih nan elegan bak seorang putri. Masih segar dalam ingatan Vanie satu hari sebelum hari pernikahan mereka tepatnya tiga belas jam sebelum acara dimulai.Pria yang telah mengenalkannya pada cinta itu baru saja membatalkan rencana pernikahan mereka. Bagaikan disambar petir, hati Vanie membara. Lidahnya kelu tak bisa berkata. "Kenapa Dam? Apa salahku hingga kau tega membatalkan pernikahan kita yang tinggal hitungan jam?" desis Vanie sambil menggigit bibirnya menahan tangis yang sebentar lagi akan pecah. "Iam so sorry. Aku...dia...Renny mengandung anakku Van. Kami telah...." "CUKUP! HENTIKAN!" jeritnya seraya menutup kedua telinganya. "Tidak perlu dilanjutkan" "Aku mencintaimu Van, tapi anak itu tidak bersalah dan aku harus bertanggung jawab." kata Adam dengan suara lihir. Hatinya tercabik ketika mantan pacarnya, Renny memperlihatkan hasil test kehamilan padanya tadi pagi. "Apakah tidak bisa hanya satu wanita yang mengisi hatimu Dam? Tidak cukupkah aku seorang yang istimewa bagimu?" cecar Vanie masih tidak terima alasan yang diutarakan Adam. "Bulan lalu ketika kamu pergi bersama temanmu, mama mengadakan pesta kecil kecilan untuk merayakan pertunangan kita. Disaat itu, aku minum terlalu banyak dan...aargggg...."Adam mengacak acak rambutnya dengan kesal, tiada guna membela dirinya sekarang, jelas dirinya melakukan kesalahan yang berakibat fatal. Air mata sudah tidak dapat lagi dibendung, emosi Vanie telah mencapai puncaknya. Jika tidak mengingat dirinya adalah perempuan, pasti Adam sudah habis dihajarnya. Ingin rasanya mencakar wajah tampan pria itu "Pergilah, aku tidak mau melihatmu lagi!" usirn Vanie dan membuang mukanya. Dia tidak sudi menatap pria yang telah melemparnya dalam jurang terdalam, terhempas hingga pasrah menunggu tanpa harapan. Tak guna mempertahankan pria yang telah berkhianat, padahal dia menggantungkan seluruh harapan dan masa depannya pada Adam. "Van, percayalah sayang....aku mencintaimu. Jangan pernah berpikir untuk pergi dariku." kedua lutut pria itu kini telah menyentuh lantai dan memohon. "Tunggulah aku Van, akan kubuktikan bahwa tidak ada halangan apa pun yang dapat memisahkan kita. Kamu hanya milikku." "Dulu! sebelum kau khianati cinta kita memang benar aku milikmu. Sungguh berani sekali kamu memintaku untuk menunggu?" kesedihan kini telah berubah menjadi amarah. "Maafkan aku Van, aku tidak bisa merubah semua yang telah terjadi. Tetapi percayalah, aku dapat memperbaikinya, asalkan kamu mau menungguku." "Biarkan aku sendiri...sudah cukup diri ini kau sakiti. Selamat tinggal!" Perjalanan melelahkan berakhir sudah, kepenatan yang menyelimuti tubuh akan terselamatkan dengan mendaratnya pesawat yang ditumpangi Vanie. Sejenak ia menggerakkan seluruh anggota tubuh guna menghilangkan pegal sambil menunggu pesawat sedikit lengang, barulah dia berdiri dan meraih koper kecil di atas tempat duduknya kemudian berjalan mengikuti arahan pramugari keluar dari badan pesawat. Kembali ke kampung halaman, suatu hal yang dihindarkan olehnya jika tidak terpaksa. Kepergiannya menuntut ilmu di luar negeri adalah salah satu alasan untuk menghindari ketidak harmonis keluarganya. Dia sudah muak mendengar pertengakaran demi pertengkaran orang tuanya, ditambah tingkah adiknya yang semakin hari semakin menyebalkan. Keluarga Vanie adalah sebuah keluarga yang jauh dari kata harmonis. Sejak kecil papa dan mamanya selalu bertengkar hanya dikarenakan hal sepele, belum lagi adiknya yang memiliki kelainan pada pertumbuhan tubuhnya dan selalu bertingkah. Tidak ada penyambutan dari keluarganya, mereka semua pasti sedang sibuk dengan kegiatan masing masing. Mamanya pasti tengah menghadiri arisan atau ke salon. Sementara papanya sudah pasti ada di kantor. Adiknya? Sepengetahuan Vanie, biasanya jam tiga sore dia baru bangun karena semalam habis hura hura di klub malam. Vanie bukan seorang wanita yang lemah, cukup baginya selama seminggu ini meratapi nasib percintaannya. Walaupun perih luka yang ditoreh Adam masih basah, dia mencoba untuk bangkit dan mengatur kembali kehidupannya tanpa cinta. Pintu hatinya sudah tertutup rapat dan tidak ada ruang lagi bagi pria manapun. Yah...itulah yang dirasakannya sekarang. Dalam seminggu pertama kepulangannya, Vanie hanya bermalas malasan dan menghabiskan waktu dengan pergi dari mall ke mall. Sengaja dia tidak menghubungi teman sekolahnya dulu karena segan jika mereka bertanya alasan kembali ke Tanah Air. Tetapi, nasib berkata lain, ketika dirinya bertemu tanpa sengaja dengan seseorang dari masa lalunya. Pria yang dulu hanyalah seorang kutu buku berkacamata tebal kini telah berubah menjadi seorang pria dewasa berwajah ganteng dan berbadan tegap. Putra, nama yang tidak pernah terlintas dalam pikiran Vanie hingga mereka berpapasan di sebuah mall terkemuka di Jakarta. Tak sengaja Vanie menabrak pria bertubuh tinggi itu ketika dia terburu buru hendak ke toilet. "Hei!" "Upss...sorry."ucap Vanie seraya berjongkok membantu mengumpulkan kertas kertas yang berserakan di lantai. Vannie melirik pria itu dan kebetulan orang itu juga tengah menatapnya. Sedetik kemudian, "Stevanie? tanya orang itu dengan ragu. "Ya, kamu siapa ya?" Vanie berpikir keras mengingat sosok pria ganteng di hadapannya. "Ini kertasnya, maaf yah tadi tidak lihat." ucapnya lagi dengan menyesal. "Kamu tidak kenalin aku?" Vanie menggeleng."Siapa ya??" "Parah kamu, hmm bagaimana kalau ini " dia mengambil kaca mata dari saku celana dan mengenakannya. Vanie kembali menggeleng, "Maaf, siapa namamu?" "Aku Putra, kita pernah sebangku waktu SMA 3. Ingat?" "Ya ampun. Kamu si culun Putra? Operasi wajah ya? Kok berubah jadi ganteng banget sih?" Putra menekuk wajahnya seribu kali lipat, "Aku terbang dan kemudian jatuh terhempas mendengar pujian sekaligus celaan kamu Van" gerutunya. "Wahh kamu jangan tersinggung gitu lah... aku memang begini orangnya dari dulu" jawab Vanie membela diri."Tapi..memang benar sih Tra, lo operasi di Korea? Kenalin dong" katanya lagi. Putra menyentil pelan dahi Vanie "Sembarangan nuduh! Original nih." ucapnya bangga. "Duh. sakit dong Tra. Kita sudah bukan remaja lagi masa disentil sih." tangan Vanie mengusap dahinya dengan mimik wajah yang lucu. "Wahh gak nyangka yah kamu tampan sekarang, hmm.. si Nanda pasti nyesel sekarang ya" lanjutnya dengan senyum menggoda. Putra berdecak sebal, "Dari dulu sampai sekarang, paling suka kamu menggodaku. Siapa bilang aku suka Nanda?" "Ihh gak ngaku! Siapa dulu suka ngelirik ke dia sewaktu kami duduk bersebelahan? Truss...trusss siapa yang suka deketin aku dan bertanya tentang dia?" kedua mata Vanie berbinar binar. "Masa selama ini dia tidak sadar sih itu semua kulakukan agar dapat dekat dan berbicara dengannya?" kata hati Putra. "Kebetulan bertemu lagi sekarang, bagaimana jika kita makam malam bersama? Huhh.. atau jangan jangan lagi nge-date?" tanya Putra sambil memanjangkan leher mengamati sekelilingnya. Dalam hati dia berharap sebaliknya. Vanie menggelengkan kepala, "Aku sendiri kok, jadi kalau mau traktir boleh malam ini. Gak janji kalau lain waktu aku bisa ajak anak se-RT" gurau Vanie. "Duh..Vanie ...Vanie..." ingin rasanya meremas pipi temannya yang satu ini. "Kita makan di restoran Jepang ya. Ehhh OMG, aku harus meeting dulu Van. Gimana kalau kamu ikutan saja, sebentar kok, hanya regular customer" bujuk Putra, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berbincang lebih banyak lagi dengan teman lamanya. Vanie terlihat berpikir, menimbang, "Baiklah, tapi..aku ke toilet dulu sebentar ya..kebelet nih. Tunggu disini ya Tra!" Belum lagi Putra mengiyakan, Vanie sudah mengilang dibalik pintu toilet wanita. Sungguh suatu kebetulan yang sangat dinanti oleh Putra, harapan untuk meraih cinta wanita yang selalu menjadi bunga mimpinya kini kembali merekah. "Semoga pertemuan ini menjadi sebuah awal yang baik bagiku." gumam Putra dengan senyum menghiasi wajahnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

T E A R S

read
317.6K
bc

Aira

read
93.1K
bc

I Love You Dad

read
293.0K
bc

Istri Simpanan CEO

read
214.4K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Noda Masa Lalu

read
205.4K
bc

Long Road

read
148.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook