Kedatangan Alvin

1037 Words
Sepanjang malam Mikaella tidak dapat berhenti memikirkan keponakan Tasya yang akan tinggal bersamanya, dia terus memikirkan jika nantinya keponakannya tidak suka tinggal di kontrakannya yang kecil ini. Bagaimana kalau dia adalah seorang yang manja? Bagaimana kalau dia ternyata benci tempat sempit? berbagai pertanyaan berkelebat di dalam pikiran Mikaella sehingga membuatnya tak mampu memejamkan matanya barang semenit pun. Akhirnya Mikaella memutuskan untuk menghitung domba seperti yang sering dilakukannya sejak saat dia masih kecil. Mikaella mulai menghitung, saat dia sampai dihitungan ke delapan akhirnya dia tertidur dengan nyaman. Kebetulan sekali besok adalah akhir pekan, dan Mikaella libur kerja saat akhir pekan. *** Keesokan paginya, saat matahari tampak malu - malu menunjukkan sinar hangatnya, Mikaella sudah terbangun dari tidurnya akibat kepikiran akan sosok keponakan Tasya. Sebenarnya Mikaella sudah pernah bertemu dengan keponakan Tasya waktu Tasya masih kuliah di ibukota. Tetapi waktu itu, keponakannya baru masuk smp sehingga masih sangat kecil, bahkan Mikaella sudah lupa wajah keponakan Tasya. Kalau tidak salah ingat namanya adalah Alvin, Alvin Mahendra. Memikirkan akan kedatangan sepupu Tasya, Mikaella memutuskan untuk membereskan rumahnya dan memasak beberapa makanan untuk sarapan dirinya dan juga Alvin nantinya. Sehingga pagi ini Mikaella cukup sibuk dengan segala barang - barang yang berserakan di rumahnya. Sebenarnya Mikaella adalah sosok perempuan yang malas membersihkan rumah, ini karena keponakan Tasya yang akan tinggal di rumahnya sehingga membuat Mikaella harus membersihkan semua kotoran yang tidak enak dipandang mata. Sampai beberapa saat kemudian, kegiatannya itu diinterupsi oleh suara ketukan yang berasal dari pintu kontrakannya. Mikaella dapat menebak yang datang ke kontrakannya adalah Alvin. Karena hari ini Mikaella tidak ada janji temu dengan siapapun, sehingga dia dapat menebak siapa yang bertamu kerumahnya. Dengan meninggalkan sapu di pojok ruangan, Mikaella berjalan kearah pintu dan membuka pintu itu untuk melihat siapa yang datang. Mikaella mendapati sosok pria tinggi menjulang di hadapannya, bahkan badannya pun seolah kecil sekali di hadapan pria ini. Pria ini tampak membawa beberapa tas punggung dan tas tangan yang terlihat cukup berat seperti ingin melakukan pindahan rumah. Mikaella merasa bingung akan sosok di depannya, setahunya dulu Alvin tidak setinggi ini. Apa jangan - jangan dia adalah orang jahat? dan ingin merampok harta benda Mikaella? Mengetahui pemikiran itu membuat Mikaella memasang pertahanan diri dengan menyilangkan kedua tangannya di depan d**a. "Kamu siapa?" Tanya Mikaella sambil berjalan mundur ke dalam rumah. "Ini benar rumah Tante Kaella? Aku Alvin." Pria itu menyebut dirinya sebagai Alvin dengan ekspresi dingin dan tak bisa ditebak. "A-Alvin?" Mikaella tak mampu berkata apa - apa. Masalahnya adalah Alvin yang ada di hadapannya kini berbeda dengan Alvin dulu pernah dilihatnya. Sekarang dia tampak lebih tinggi, bahkan lebih tinggi dari Mikaella. Bahunya cukup lebar, menandakan bahwa dia telah menjadi sosok lelaki dewasa. Lalu wajahnya terlihat bersih, seingat Mikaella dulu Alvin jerawatan. Jangan lupa otot - otot yang menonjol dari kaos yang dikenakan. Bahkan Mikaella sampai berpikir bahwa dia bukanlah anak SMA, tetapi anak kuliahan! "Salam kenal tante. Saya diberitahu tante Tasya untuk sementara tinggal bersama Tante. Mohon bantuannya." Alvin membungkukkan badannya sedikit untuk memberi hormat kepada Mikaella. Sedangkan Mikaella hanya membalas dengan anggukan pelan dan masih dengan tampang terpesonanya. Masalahnya adalah, Alvin terlihat tampan dengan penampilan dewasanya! Bahkan Mikaella sampai hampir melupakan umurnya. "Ah iya, silahkan masuk." Setelah sadar akan keterpanaannya, Mikaella menyuruh Alvin untuk berjalan memasuki rumahnya dan menyuruhnya untuk duduk di meja makan yang diatasnya sudah terdapat berbagai jenis makanan. "Kamu pasti belum makan kan? Makan lah dulu. Nanti Tante anter kamu ke kamar kamu." Mikaella mempersilakan Alvin untuk menyantap menu makanan yang ada di hadapannya. "Terima Kasih tante." Alvin mulai mengambil piringnya kemudian mengambil nasi diikuti lauk pauknya. Dia mengambil begitu banyak makanan seakan dia belum pernah makan selama seminggu. 'Pasti dia sangat kelaparan.' Mikaella berucap di dalam hati sambil tersenyum manis menatap bagaimana lahapnya Alvin memakan masakannya. Disela-sela kegiatan makan mereka, tiba-tiba Mikaella memecahkan keheningan diantara mereka. "Kamu sekarang kelas berapa Vin?" "11 tante, setelah ini masuk kelas 12." Alvin menjawab sambil terus menyantap makanannya. "Berarti sebentar lagi kamu lulus dong." Mikaella mencoba untuk mulai mengakrabkan diri. "Masih lama Tante. satu setengah tahun lagi. kelas 11 aja baru aku lalui satu semester." "tak masalah. Kamu harus belajar yang rajin yah." Mikaella menasehati Alvin layaknya orang tua yang menasehati anaknya. Sedangkan Alvin hanya menjawab dengan anggukan kepala. "Sekolahmu dimana?" Mikaella mulai bertanya lebih jauh lagi tentang Alvin, agar keakraban terjalin diantara keduanya. "Di SMA Pancasila Tante." Alvin menjawab sambil menghabiskan satu suapan terakhirnya. Dia sudah cukup kenyang dengan apa yang dimakannya hari ini. "Besok biar Tante aja yang anter kamu ke sekolah. Kebetulan searah dengan tempat kerja tante." Sebenarnya itu semua bohong, tempat kerja Mikaella berlawanan arah dengan SMA Pancasila, tapi berhubung Mikaella bertekad untuk lebih akrab dengan Alvin, maka dia harus mengantarkan Alvin. "gak ngerepotin Tan?" "gak papa." "Kalau begitu terima kasih tante." Alvin mengucapkan terima kasih sambil membungkukkan punggungnya sehingga membuat wajahnya hampir menyentuh pinggiran meja makan. "Iya sama-sama. Kalau kamu sudah selesai dengan makannya, ayo sini Tante kasih tahu kamar kamu." Mikaella berdiri dari tempat duduknya diikuti Alvin. Sebelum mengikuti Mikaella menuju kamarnya, Alvin mengangkat seluruh barang bawaannya yang akan di pindahkan ke kamar barunya. "Ini kamarnya, maaf ya kalau sempit. Maklum Tante ngontrak disini." Ucap Mikaella ketika telah sampai di depan pintu kamar yang akan dijadikan kamar Alvin. "Sekali lagi terima kasih Tante." Alvin membungkukkan badannya lagi, lalu beranjak memasuki kamar barunya dan memindahkan seluruh barang bawaannya untuk ditata dengan rapi di dalam kamar tersebut. Mikaella berjalan menjauhi kamar Alvin untuk membereskan semua peralatan makan yang ada di meja makan, dan mencuci semua peralatan tersebut. Setelah selesai dengan kegiatannya, Mikaella berjalan kearah kamarnya sendiri. Duduk diatas kasurnya dan memikirkan perubahan yang terjadi pada diri Alvin, keponakan Tasya. Perubahan yang cukup drastis sehingga membuat Mikaella tidak mengenalnya. Dia cukup tampan untuk ukuran lelaki di masa mudanya. Selain tampan juga tampak dewasa, bukan berarti dia boros muka ya! Apalagi tubuhnya yang terlihat atletis, kentara sekali bahwa dia suka berolahraga. Pasti di sekolahnya dia mengikuti paling tidak satu atau dua bidang olahraga, sehingga mampu membentuk otot - otot yang seperti itu. Bahkan Mikaella sampai membayangkan tangannya menyentuh otot - otot tersebut. Pikirannya mulai liar saat melihat Alvin untuk pertama kalinya. Seakan dia lupa bahwa umurnya sudah 24 tahun, tak ada waktu lagi untuknya bermain - main dalam suatu hubungan. Dia sudah selayaknya menikah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD