BAB 19

1245 Words
Karena sudah terlalu malam, akhirnya Rey hanya mengajak Bianca ke taman yang masih berada diseputaran Jakarta. Tamannya sepi, mungkin karena sudah larut malam. "Kita disini aja ya yang, kasian kamu yang, kemalaman nanti pulangnya." Kata Rey sambil mengelus rambut Bianca. Bianca menatap Rey, merasa terharu melihat Rey yang kecewa tapi masih memikirkan dirinya. "Iya, gak papa disini juga bagus." Jawab Bianca. Lalu mereka turun dari mobil dan duduk dikursi taman sambil bergandengan tangan mendongakkan kepala menatap bintang-bintang yang ada di langit. "Indah ya Rey, makasih ya." Ucap Bianca sambil menengok kearah Rey kemudian tersenyum. Rey menatap Bianca. Bianca terlihat cantik malam ini, kemudian mencium bibirnya lembut. "Susah ya manggil aku yang atau beb hm?" Tanya Rey lembut. "Emmmm... aku sering lupa. Maaf ya R...yang." Ucap Bianca lalu tertawa. "Maaf." Ucapnya lalu tersenyum. Rey ikut tetawa. "Gak papa kok kamu manggil nama aku aja, aku sadar aku egois yang. Aku ga akan maksa kamu buat manggil aku yang atau beb lagi. Kamu manggil aku dengan nama aku juga ga papa. Aku ga akan marah." "Kamu kenapa sih? Ga biasanya kamu gini?" Ucap bianca tersenyum tapi terlihat heran. "Yang, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Kata Rey sambil memegang kedua tangan Bianca. Bianca diam menunggu Rey melanjutkan bicaranya dengan deg-degan. "Tadinya aku mau ngajak makan malam kamu di bogor. Aku udah setting tempat itu buat malam ini. Tapi rencana aku berantakan." Ucap Rey kecewa. "Maaf ya Rey. Aku bener-bener lupa. Aku nggak sengaja." Ucap Bianca lalu menangis merasa bersalah. "Kok nangis sih?" "Aku ga nyalahin kamu kok!" "Aku cuman mau bilang aja, harusnya yang aku mau sampein ke kamu bukan di tempat ini. Harusnya ditempat yang romantis." "Emang kamu mau nyampein apa?" Rey terdiam sambil menatap Bianca. Kemudian mengusap air mata di pipi Bianca. "Yang, aku harap kamu bakalan mau nungguin aku. Karena kamu bilang bakalan mau nikah 5 tahun lagi. Jadi aku ga bisa ngajak kamu buat ikut aku nanti." Bianca mengerutkan dahinya bingung. "Emangnya kamu mau kemana Rey?" "Aku mau ke Belanda yang." "Mau apa kamu disana Rey?" Kata Bianca terlihat panik. "Urusan kerjaan." "Berapa lama?" Bianca hanya bisa berharap Rey akan pergi dalam waktu paling lama seminggu seperti biasanya. "3 tahun." "Ap...apa? Ti...tiga tahun?" "Iya." Anna menangis sesegukan. "Kok lama banget sih Rey?" "Kamu tega mau ninggalin aku?" "Tiga tahun tuh bukan waktu yang sebentar Rey." Rey memeluk Bianca mencoba menenangkannya. "Maaf yang, aku harus berangkat. Papah membuka bisnis disana. Aku disuruh bantu disana dulu yang." "Kamu ga lagi bohongin aku kan Rey?" Rey menggeleng. "Sayangnya kali ini aku ga lagi bohongin kamu yang." "Kok kamu tega sih Rey, kamu mau bawa aku jauh-jauh ke Bogor, yang kata kamu ketempat romantis cuman mau bilang kalo kamu mau pergi ninggalin aku?" Kata Bianca terlihat marah. Rey mengeluarkan sebuah kotak beludru biru tua dari dalam kantong celananya. Lalu memberikannya kepada Bianca. "Aku tadinya mau ngasih ini pas disana yang." Bianca menerima kotak itu lalu membukanya. Bianca terkejut melihat sebuah cincin berbentuk snowflake dengan berlian ditengahnya terlihat sangat indah.  "Itu buat kamu yang." "Buat aku Rey?" "Aku mau ngikat kamu dulu sebelum aku berangkat." Rey mengambil cincin itu dari kotak beludru yang berada di tangan Bianca. Lalu memakaikannya di jari manis tangan kiri Bianca. Bianca menatap cincin yang berada ditangannya dengan tatapan sedih. "Aku ga mau pakai cincin ini Rey, kalau itu artinya kamu tetap bakalan ninggalin aku selama itu." Ucap Bianca sambil menangis. "Maaf yang, aku ga bisa menghindar dari perintah papah. Kalau boleh jujur, aku juga ga kepengen kok ninggalin kamu untuk pergi ke Belanda." Bianca menatap Rey dengan air mata yang ga berhenti mengalir. "Apa yang harus aku lakukan agar kamu ga pergi?" "Ga ada yang, maaf." Ucap Rey sambil tersenyum. "Kamu bisa ikut aku kalau kamu mau menikah sama aku. Tapi aku ga mau kamu melakukannya karena terpaksa yang." "Jadi aku cuman bisa berharap kamu mau nungguin aku selama 3 tahun nanti." "Kapan berangkatnya?" Ucap Bianca pasrah. Sambil masih sesegukan. "Bulan depan." "Secepat itu? Ini sudah hampir akhir bulan Rey." "Kamu tega banget sih sama aku, knapa baru ngomongnya sekarang?" Ucap Bianca sambil memukuli d**a Rey. "Aku juga baru tau seminggu ini yang, aku berusaha mencari waktu yang tepat buat ngomong sama kamu." "Aku bener-bener minta maaf sama kamu yang, jangan menangis lagi please... aku bakalan berat banget ninggalin kamu kalau kamu kayak gini." Ucap Rey sambil memeluk Bianca berusaha membuat Bianca tenang. "Biarin, aku bakalan nangis terus, aku bakalan ga mau makan, aku bakalan keluar malem, pokoknya apa yang kamu enggak suka bakal aku lakuin semua!" Tangisan Bianca semakin kencang. Rey enggak tega melihat Bianca yang seperti ini. "Yang, udah yang!" "Aku serius Rey, aku bakalan ngelakuin itu semua!" Teriak Bianca. Lalu Rey menarik tengkuk Bianca dan melumat bibir Bianca. Rey juga merasa sedih, Rey juga merasa berat meninggalkan Bianca. Karena itu di hari-hari terakhir sebelum Rey berangkat ke Belanda, Rey ingin menghabiskan waktunya bersama Bianca. Bianca menghentikan ciuman Rey lalu berkata, "Kasih aku bukti kamu bakalan setia sama aku selama disana! Kamu bakalan kembali buat aku!" "Yang, bahkan aku udah sabar nungguin kamu dari kamu smp, masak iya cuman 3 tahun aku bakalan berpaling dari kamu yang?" "Kan beda Rey, kamu kan buaya." Ucap Bianca marah. "Selama kamu nungguin aku dai smp kan kamu ga pernah berhenti mainin cewek." "Bahkan kamu udah... udah..." Bianca ga sanggup untuk melanjutkan kata-katanya. Setiap mengingat Rey dengan mantan-mantanya dulu membuat Bianca sakit hati. "Trus aku harus gimana yang, biar kamu yakin sama aku?" "Ga tau." Ucap Bianca kemudian menangis lagi. Rey mengusap wajahnya merasa frustasi. Rey tidak menyangka reaksi Bianca akan seperti ini. Kemudian Rey memeluk Bianca dan mengelus punggungnya. "Nikah yuk yang!" Bianca melepas pelukan Rey, lalu menatap wajah Rey dan terlihat mempertimbangkan tawaran Rey. "Trus kuliah aku gimana?" "Kamu bisa cuti kuliah dulu yang." "Setelah pulang dari Belanda kamu bisa lanjutin kuliah kamu lagi." "Maaf aku cuma bisa nawarin ini ke kamu yang. Aku ga maksa kamu kok yang. Aku cuma bingung harus bagaimana lagi biar kamu yakin sama aku." "Kasih aku waktu Rey, aku butuh mikirin semuanya." "Iya. Kamu pikirin baik-baik ya yang!" "Mau pulang?" "Apa kamu masih mau disini?" "Aku masih mau sama kamu Rey. Sebentar lagi ya!" Pinta Bianca. "Duduk dimobil aja yuk yang. Anginnya kenceng yang, nanti kamu bisa sakit. Yuk!" Ajak Rey melihat Bianca sebenarnya sudah menggigil tapi enggan untuk pulang. "Aku ga mau pulang Rey. Aku masih mau sama kamu!" "Ga pulang sayang, kita pindah duduk aja di dalam mobil ya!" "Sebelum kamu minta pulang, aku ga akan pulangin kamu. Janji yang." Ucap Rey meyakinkan Bianca. "Ya udah ayok!" Bianca dan Rey memilih duduk di kursi penumpang di kursi belakang. Alasannya tentu saja biar bisa duduk berdekatan. "Bentar yang, aku nyalain mesin mobil sama Acnya dulu." Bianca mengangguk. "Acnya jangan kenceng-kenceng Rey." "Iya." Kemudian setelah menyalakan mesin mobil dan Ac mobil Rey kembali duduk disamping kanan Bianca. "Sini yang, aku pengen peluk kamu!" Bianca mendekat kearah Rey lalu meletakkan kepalanya di d**a Rey sambil memainkan kancing kemeja punya Rey. Rey mengusap lembut rambut Bianca lalu mencium kepala Bianca berkali-kali. Tangan kanan Rey menangkup pipi kiri Bianca, lalu mendongakkan kepala Bianca, kemudian Rey menunduk dan mencium bibir Bianca. Ciuman Rey yang awalnya lembut berubah menjadi menuntut saat Bianca membalas ciuman Rey. Entah siapa yang memulai, baju bagian atas Bianca dan Rey sudah terlepas. Lalu tangan Rey bergerak kebawah bagian tubuh Bianca. Saat Bianca akan terlihat protes, Rey membungkam mulut Bianca dengan bibirnya kembali. "Rey..." Ucap Bianca saat bibirnya berhasil terbebas dari bibir Rey. "Apa lagi kali ini yang?" "Bisa tunggu beberapa hari lagi ga?" "Kamu masih halangan? Bukannya udah selesai lama? Kali ini apa lagi alasan kamu yang? Apa bedanya hari ini sama beberapa hari lagi kalo kita bakalan tetep ngelakuinnya?" "Maaf yang. Aku lupa kalau aku udah janji. Aku ga akan maksa kamu." Ucap Rey frustasi, saat sudah turn on tetapi Bianca masih juga menolaknya. "Aku hanya minta beberapa hari aja kok Rey." "Aku mau melakukannya saat kita udah resmi jadi suami istri." Ucap Bianca malu-malu. "Maksud kamu?" "Aku udah pikirin, aku mau nikah sama kamu sebelum kamu pergi ke Belanda." "Serius yang? Kamu ga terpaksakan?" "Aku ga mau kamu nyesel nantinya yang." "Aku udah yakin Rey." "Ya udah besok kita ngomong sama mamah papah kamu dulu baru setelah itu ketemu sama mamah papah aku." "Deal." -bersambung-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD