"Jadi ada apa kamu mau menemui om sama tante Rey?" Tanya Rendra heran dengan kedatangan Rey yang meminta bertemu dengannya dan istrinya.
"Begini om, maaf seharusnya Rey membawa mamah sama papah kesini om, tapi Rey memilih memberitahu om sama mamah Mirna terlebih dahulu baru nanti rencananya Rey akan bilang sama mamah papahnya Rey."
"Kamu ini kok ribet banget sih ngomongnya Rey? Ada apa sih?" Tanya Mirna terlihat bingung.
Bianca yang duduk disamping Rey cuman bisa menunduk dan memainkan jari tangannya karena gugup.
"Begini mah...om..., Rey dan Bianca sebenarnya sudah berpacaran dari beberapa bulan yang lalu dan ren...."
"APA!!!" Teriak Mirna.
"MAMAH!!! Kenapa teriak gitu sih mah? Mamah ngagetin papah tau ga?" Ucap Rendra kesal sambil mengusap dadanya karena kaget mendengar Mirna berteriak tiba-tiba. Rey dan Biancapun juga ikut terlonjak karena kaget.
"Maaf pa, habisnya mamah juga kaget Rey ngomong gitu."
"Beneran? Kalian udah pacaran?"
"Iya mah, rencananya...."
"Mamah seneng banget pah, akhirnya Rey bakalan jadi mantunya mamah beneran. Jadi Rena sama David beneran jadi besan kita pah."
"Iya mah, jadi gini mah...om, rencananya...."
"Aduh ga sabar mamah mau hubungin Rena habis ini. Mau kasih tau ke dia. Tadi Rey bilang orang tuanya belum tau kan?"
"Iya kan Rey?"
"Iya tante."
"Jadi...."
"Ya udah mamah ambil ponsel mamah dulu ya, mau..."
"MAH!!! Diam dulu! Dengerin dulu Rey itu mau ngomong sama kita!"
"Kamu kok heboh sendiri sih?"
"Dengerin Rey dari tadi mau ngomong kamu putus terus."
"Maaf pah, habisnya mamah seneng banget."
"Ya udah Rey kamu mau ngomong apa tadi?"
"Begini om...tante...., Rey sama Bianca sudah bertunangan tadi malam. Ren..."
"Ga bisa gitu dong Rey, kalau kalian tunangan ga bisa diam-diam gitu. Harus diadain acara besar-besaran dong. Bianca kan anak mamah satu-satunya."
Bianca kesal dari tadi mamahnya selalu memutus pembicaraan dari Rey.
"MAMAH!!! Diam dulu dong mah, dari tadi Rey mau ngomong mamah putus terus. Biarin Rey selesei ngomong dulu mah. Kalau gini ga kelar-kelar caranya sampai besok." Omel Bianca.
"Udah yang, jangan marah sama mamah Mirna!" Ucap Rey lembut menenangkan Bianca.
Mirna terdiam lalu tersenyum meminta maaf.
"Iya mamah janji bakalan diem setelah ini. Ya udah Rey lanjut aja tadi mau ngomong apa?"
"Tadi malam kan Rey sudah melamar Bianca secara personal mah, om. Jadi, Rey hari ini mau meminta ijin om sama mamah Mirna untuk melamar Bianca menjadi istrinya Rey."
Rey dan Bianca terlihat cemas, pasalnya kedua orang tua Bianca hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata apapun sebagai jawaban.
Dengan memberanikan diri, Rey melanjutkan kata-katanya.
"Rencananya kalau mamah Mirna dan om Rendra memberi ijin, kami akan menikah sebelum Rey berangkat ke Belanda pertengahan bulan depan."
Rey dan Bianca berkeringat dingin pasalnya masih tidak ada respon dari kedua orang tua Bianca.
"Jadi gimana om sama mamah Mirna? Apa kalian setuju Rey akan menikahi Bianca?"
"Mamah udah boleh ngomong?"
Bianca dan Rey mengangguk berbarengan.
Terlihat Mirna menghembuskan nafasnya berat lalu,
"PAPAH!!!! MIMPI APA MAMAH SEMALEM PAH???"
Bianca,Rey dan Rendra sampai terlonjak dari kursi mendengar suara Mirna yang menggelegar.
"Astaga mamah!" Ucap Rendra kaget.
"Ya udah Rey kamu buruan pulang sana! Cepetan kamu bilang orang tua kamu! Ini waktunya tinggal bentar lagi loh!"
"Aduh aku harus buru-buru ngurus ini nanti sama Rena."
"Aku mau kekamar dulu ya mau teleponan sama Rena."
Mirna masih mengoceh sambil berjalan menuju kamarnya.
"Jawaban om udah ga diperlukan lagi kan? Udah diwakilin sama mamahnya Bianca tadi."
"Makasih banyak om, Rey janji untuk selalu membahagiakan Bianca."
"Makasih ya pah!" Ucap Bianca kemudian memeluk Rendra.
"Iya sayang, ga terasa anak papah ternyata udah dewasa. Udah mau menikah lagi!"
"Jadi rencananya kamu mau ikut Rey ke Belanda?"
"Begini om, rencananya Rey akan ajak Bianca ke Belanda, tapi kalau om sama mamah Mirna keberatan, Rey ga papa kok om, Bianca akan tetap di Indonesia.
"Nanti kan Bianca sudah jadi istri kamu Rey, Bianca sepenuhnya sudah menjadi hak kamu nanti. Om cuma bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian."
"Makasih pah, Bianca sayang papah."
"Iya sayang, oh iya Rey, kamu manggilnya papah juga dong, masak manggil Mirna mamah, manggil papah masih om sih?"
"Iya pah. Kalau begitu Rey pamit ya pah, mau ngomong sama mamah papahnya Rey dulu."
"Tolong pamitin mamah Mirna!"
"Iya buruan Rey, sebelum mamahnya Bianca keluar dan ngeliat kamu masih disini bisa diomelin seharian kamu sama dia!"
"Iya pah."
Lalu mereka tertawa.
"Ya udah pah, Bian anterin Rey kedepan dulu ya pah."
"Iya... hati-hati nyetirnya ya Rey!"
"Iya pah, malam pah." Kemudian Rey menyalami tangan Rendra dan mencium punggung tangannya kemudian keluar dari rumah ditemani Bianca.
"Legaaaa yang, tinggal ngomong sama mamah papah dirumah."
"Aku yakin ni mamah udah heboh kayak mamah kamu yang. Ha ha ha."
"Ha ha ha. Iya... kamu ati-ati ya sayang. Jangan lupa kabarin kalau udah sampai rumah."
"Iya yang."
"Cup."
"REY! Kamu ini apa-apaan sembarang main cium. Ini diluar Rey."
"Ga ada orang yang." Ucap Rey nyengir lalu masuk ke mobilnya.
"Pulang dulu ya yang."
"Iya, ati-ati."
"Loh kok keluar lagi? Ada yang ketinggalan?"
Kata Bianca saat melihat Rey keluar dari mobilnya dan menghampirinya.
"Mamah telpon yang, marah-marah katanya aku suruh pulang tapi harus sama kamu."
"Marah kenapa Rey?"
"Ga tau deh yang, mungkin karena mamah Mirna tau duluan dari pada dia kali." Ucap Rey sambil menggaruk tengkuknya.
"Ya udah aku ganti baju dulu ya Rey."
Tak lama setelah berpamitan dengan kedua orang tua Bianca, mereka bergegas kerumah Rey.
-----
Sesampainya dipekarangan rumah Rey. Bianca dan Rey melihat Rena duduk di kursi teras sudah menunggu mereka datang.
"Mamah kamu udah di depan tuh Rey, nungguin kita ya?" Tanya Bianca.
"Kayaknya iya deh yang."
"Ya udah yuk buruan yang, keburu makin marah ntar!"
"Iya."
Bianca dan Rey keluar dari mobil dan menghampiri Rena yang sudah berdiri dari duduknya ketika melihat Rey dan Bianca menghampirinya.
"Tante." Ucap Bianca menyapa Rena kemudian memeluk dan mencium pipi kanan dan kiri Rena.
Rena terlihat cemberut tetapi masih menerima pelukan dan ciuman Bianca.
"Mamah mau bicara sama kalian."
"Masuk!"
Kata Rena kemudian berjalan mendahului Rey dan Bianca dan duduk di sofa ruang tamu.
"Kalian duduk disitu!"
"Iya tante."
"Iya mah."
"Mamah kenapa sih marah-marah?"
"Gimana mamah ga marah coba?"
"Kamu Rey!"
"Kamu itu satu rumah sama mamah papah, kamu juga tadi pagi sarapan bareng kita."
"Kenapa ga ngasih tau mamah sama papah dulu?"
"Knapa harus mamah papahnya Bianca dulu yang tau?"
"Mamah kan malu Rey sama Mirna."
"Masak dia tau duluan dari pada mama."
"Rey minta maaf mah, Rey salah mah. Udah buat mama kecewa."
"Rey punya alasan kok mah, knapa Rey ngasih tau orang tua Bianca dulu dari pada mamah sama papah."
"Karena Bianca mau Rey ajak ke Belanda nanti setelah menikah, makanya Rey memperioritaskan mereka dulu dari pada mamah sama papah."
"Rey perlu ijin dari mereka dulu mah, baru Rey bisa yakin ngasih tau mamah sama papah untuk melamar Bianca nantinya."
"Oke, mamah terima alasan kamu Rey."
"Tapi Bian, kenapa kamu bohongin tante?"
"Bohong apa tante?"
"Kenapa kamu ga bilang kalo pacarnya Rey itu kamu waktu tante tanya waktu itu?"
"Kata mamah kamu, kalian udah pacaran beberapa bulan lalu."
Bianca menelan ludahnya, bingung mau memberi jawaban apa.
"Rey yang minta mah."
Bianca menatap Rey kaget. Bianca berterima kasih lewat tatapan matanya. Lalu dibalas senyuman oleh Rey.
"Kenapa?" Tanya Rena.
"Rey takut kalian berharap lebih dari hubungan kami, sedangkan kami baru beradaptasi dari yang asalnya sahabat trus jadi kekasih."
"Kami ga ingin kalian kecewa kalau hubungan kita nantinya ga bisa bertahan seperti yang kalian harapkan."
"Loh ada apa ini kok suasananya tegang gini?" Ucap David yang baru saja datang dari lembur dikantornya.
"Ini pah anak kamu, selama ini udah bohongin kita."
"Bohongin gimana mah?" Tanya David bingung.
"Masak mereka udah pacaran lama baru bilang sekarang. Trus minta dinikahin cepet-cepet lagi."
"Bener Rey?"
"Kita bukan bohong pah, emang belum bilang aja."
"Ya udah dong mah, jangan marah-marah! Bukannya ini udah keinginan mama dari dulu? Harusnya mamah seneng dong."
"Ya udah mamah maafin! Tapi ini permintaan mama yang ga boleh kalian tolak."
"Kalian ga boleh nunda-nunda momongan. Mamah juga minta cucu yang banyak ga cuman satu."
Bianca sama Rey cuman bisa mengangguk menyetujui dari pada diomelin panjang lebar lagi. Urusan anak, Bianca sama Rey memang belum kepikiran untuk membahasnya.
-----
"Dah sampai yang." Kata Rey membelai pipi Bianca mencoba membangunkan Bianca yang tertidur di mobilnya.
"Udah ya Rey?" Lalu Bianca menggeliat kecil kemudian melepas seatbeltnya.
"Yang, kamu udah yakin kan yang?"
"Udah Rey, kenapa?"
"Aku ga mau aja kamu nyesel ninggalin kuliah kamu yang."
"Ga akan Rey, aku udah yakin banget menikah sama kamu."
"Aku udah ga mau jauh dari kamu."
"Rasanya ga enak."
"Makasih yang. Aku sayang banget sama kamu."
Rey mencium bibir Bianca lalu mencium leher Bianca.
Tangan Rey meraba p******a Bianca dan meremasnya.
"Rey... bisa ga otak mesumnya ditahan dulu?"
-bersambung-