Rey melirik Bianca yang duduk disampingnya mengaduk-aduk minumannya tanpa berniat meminumnya. Hanya diam terlihat menahan marah.
"Yang!"
"Hm?"
"Kok diem aja sih dari tadi?"
"....."
"Yang!"
"APA!"
"Kok nge gas?"
"Gue mau pulang!"
"Cup" Rey mencium bibir Bianca karena Bianca menyebut gue bukan aku.
"Rey, ini tempat umum!"
"Cup"
"Ciuman pertama karena kamu manggil diri kamu gue bukan aku, terus ciuman yang kedua kamu menyebut nama aku bukan yang atau beb."
Bianca memutar kedua bola matanya malas.
"Sejak kapan L.. kamu jadi alay gini sih?"
"Sejak kamu jadi pacar aku yang." Jawab Rey lalu tersenyum menghadap Bianca.
Bianca membalas tatapan Rey dengan menahan senyumnya.
"Pulang yuk Re....eh yang!" Ucap Bianca malu-malu.
"Udah ngambeknya?"
"Siapa yang ngambek?"
"Trus kenapa dari tadi diem?"
"Monic masih suka ya sama kamu?"
"Aku ga tau yang."
"Mulai sekarang ga usah deket-deket lagi sama Monic atau siapapun cewek lainnya, awas kamu kalau ketemu mereka diem-diem!"
"Jadi kamu marah dari tadi karena kamu cemburu sama Monic?"
"Eh engak... cemburu apaan?" Ucap Bianca salah tingkah.
Rey mengusap rambut Bianca sayang.
"Jadi...ga cemburu? Trus kenapa marah?"
"Ya... itu... abisnya Monic nempel-nempel muluk! Udah ah pulang yuk udah sore."
"Iya sayang terserah kamu deh!"
Kemudian Bianca dan Rey keluar dari cafe tempat mereka bertemu Monica dan bergegas masuk kemobil untuk pulang kerumah Bianca."
-----
"Eh Rey tumben kamu kesini?" Tanya Mirna terlihat senang Rey datang kerumahnya bersama Bianca.
"Iya tante... Rey belum dipecatkan dari mantu idaman tante?"
"Auw... apaan sih yang?" Jerit kesakitan Rey saat perutnya dicubit.
Bianca memelototkan matanya saat Rey memanggilnya menggunakan sebutan yang.
"Eh udah...udah... kalian ini kayak anak kecil aja deh. Baru aja baikan sekarang berantem lagi. Udah sana kalian, mamah pusing liat kalian berantem!" Lalu Mirna pergi meninggalkan Rey dan Bianca kemudian masuk ke kamarnya.
"Awas kalo sampe ketahuan!"
"Iya bawel."
"Aku ke kamar dulu ya!"
"Ikut yang"
"Ish.... dirumah jangan panggil gitu bisa ga?"
"Biar aja ga ada orang ini."
"Serah deh!"
Lalu Rey dan Bianca masuk ke kamar Bianca.
"Udah lama banget aku ga masuk kesini yang, kangen sama kasur kamu." Ucap Rey sambil membaringkan tubuhnya dikasur Bianca.
Bianca mengambil baju lalu beranjak ke kamar mandi.
"Mau kemana yang?"
"Mau ke kamar mandi ganti baju."
"Knapa ga disini aja?"
"Enggak! Bahaya, cowok gue m***m!"
Lalu Bianca lari masuk ke kamar mandi setelah mengucapkan itu membuat Rey tersenyum.
"Ceklek"
Bianca keluar dari kamar mandi dengan menggunakan baju rumahan atasan dan celana pendek lalu duduk disamping Rey yang sudah tertidur diranjangnya.
Bianca memandang wajah damai Rey saat ini, memang Bianca akui jauh dilubuk hatinya dia memang sudah mencintai Rey sejak lama.
Bianca membelai pipi Rey lembut lalu mengecupnya.
"Cup"
"Eh...emmmph" Suara tertahan Bianca yang ternyata saat Bianca akan mencium pipi Rey, Rey mengubah posisinya sehingga Bianca mencium bibir Rey. Rey yang ternyata tidak tidur menggunakan kesempatan itu untuk menahan tengkuk Bianca agar bisa memperdalam ciuman mereka.
"Makasih sayang."
Bianca tidak marah hanya sedikit kaget. Lalu menghembuskan nafasnya pelan.
"Boleh aku tau ga Rey?"
"Kok manggilnya Rey terus sih yang?"
"Sorry... belum kebiasaan soalnya."
"Kamu mau tau apa?"
"Kamu ga canggung ya hubungan kita berubah jadi gini? Terus terang gu.. aku ngerasa canggung?" Ucap Bianca lalu menggigit bibir bawahnya.
"Kamu canggung karena kamu belum terbiasa aja yang."
"Iya tau.... kamu kan udah terbiasa kayak gini sama cewek lainkan?"
"Kok malah ngomongin cewek lain?"
"Kamu ga permainin aku kan Rey?"
"Yang nyuruh hubungan kita dirahasiain siapa?"
"Trus yang minta kita nikah 5 tahun lagi siapa?"
"Harusnya aku yang ngomong gitu ke kamu yang."
"Emang kamu beneran serius sama aku Rey?"
"Kamu mau bukti? Aku bisa ngomong sama mama kamu sekarang! Bahkan aku berani ketemu papah kamu buat ngelamar kamu."
Bianca tersenyum lalu memeluk Rey erat.
"Maaf ya Rey, aku sayang kok sama kamu!"
Kemudian Rey membalas pelukan Bianca tak kalah erat sambil membenamkan wajahnya di ceruk leher Bianca.
"Ceklek"
"Nah gitu dong kalau kalian akur kan mamah ikut seneng." Ucap Mirna saat masuk ke kamar Bianca yang membawa nampan berisi minuman dan camilan.
"Eh mamah." Ucap Bianca salah tingkah sedangkan Rey biasa aja.
"Tante repot-repot."
"Jadi kalian beneran udah baikan sekarang? Syukur deh tante sama mamah kamu seneng banget dengernya.
"Udah tan he he, lagian anak tante nih sok-sok an marah, padahal ga bisa jauh-jauh juga dari Rey kan."
"Ish... kepedean deh masnya."
"E..e... udah kalian ini jangan mulai lagi deh!"
"Ya udah tante tinggal dulu ya Rey."
"Iya tante."
"Tante!" Panggil Rey saat Mirna akan keluar dari kamar Bianca.
"Iya Rey."
"Boleh ga mulai sekarang Rey panggil tante dengan sebutan mamah?"
"Boleh banget dong sayang, tante malah seneng banget kamu manggil tante dengan sebutan mamah."
"Makasih ya mah!"
"Sama-sama sayang." Lalu Mirna keluar dari kamar Bianca dan menutup pintu.
"Kamu ni apa-apaan sih Rey?" Ucap Bianca tersenyum lalu duduk bersandar diranjangnya.
"Rey terus sih yang? Biasain dong panggilnya jangan nama aja!" Kemudian Rey membetulkan posisinya duduk agar Bianca bersadar didadanya.
"Iya...iya sayang!" Ucap Bianca sambil tersenyum.
"Nah gitu kan enak didengernya yang."
"Besok nge date yuk yang!"
"Mau kemana emangnya?
"Nonton yuk!"
"Boleh deh. Emang filmya apaan?"
"Kamu aja ntar yang pilih yang." Sambil mengelus rambut Bianca sayang.
"Jadi gini ya rasanya punya pacar?"
"Tunggu dulu, bukannya dulu kamu pernah bilang kalau cowok aku ngelakuin yang enggak-enggak kamu bakalan mukulin cowok aku? Trus kenapa kamu lakuin itu ke aku?"
"Karena yang boleh ngelakuin itu ke kamu cuman aku sayang!" Ucap Rey nyengir tanpa rasa bersalah.
"Dasar kamu!"
"Jadi kamu sengaja ya selama ini ngejauhin aku dari cowok yang ngejar-ngejar aku?" Ucap Bianca sambil menatap wajah Rey.
"Iya... Karena kamu dari awal sudah milik aku sayang!"
"Kamu curang! Padahal cewek kamu banyak sebelum aku."
"Kalo itu yang salah kamu, salah sendiri kamu masih kecil waktu itu!"
"Kok jadi aku yang salah sih, kamunya aja yang pedofil."
"Makanya aku macarin kamunya sekarang yang ha ha ha..."
Lalu Bianca merebahkan kepalanya lagi di d**a Rey.
"Aku ga mau lagi jauh dari kamu Rey, aku nyaman di deket kamu."
Rey tersenyum dan mengecup lembut kepala Bianca.
"Aku pastiin selalu ada buat kamu yang. Sama seperti dulu."
"Makasih ya Rey!"
-bersambung-