"Loh...kok sepi? yang lainnya pada kemana?" Tanya Bianca pada Rey saat berada ditaman belakang ketika dilihatnya ga ada orang sama sekali.
"Ke ruang tamu kali." Kata Rey.
"Bian sayang, mamah sama papah kamu udah pulang dari tadi. Kamu diantar Rey aja ya pulangnya!" Kata Rena yang menghampiri Rey dan Bianca saat berjalan dari dapur ketika melihat Bianca dan Rey berjalan ke taman belakang.
"Kok udah pulang sih tan, Bian kok ditinggal?"
"Iya habisnya tadi kamu lama ga turun-turun ya udah deh mamah sama papah kamu pulang duluan."
Bianca mengerutkan alisnya heran.
"Bukannya tadi mamah bilang mau manggil Bian ya tante kalo udah selesai?"
"Oh.. itu.... udah sayang biar kamu pulangnya dianter Rey aja ya! Udah malem lo ini. Rey, udah sana anterin Bianca!" Kata Rena bingung mencari alasan.
"Habis ini mamah mau ngomong! Kamu jangan tidur duluan!" Ucap Rena pada Rey.
"Bian pulang dulu ya tante." Pamit Bianca kemudian Bian mencium punggung tangan Rena.
"Iya sayang ati-ati ya."
Setelah kepergian Rey dan Bianca, Rena menghubungi Mirna.
"Halo Mir!"
"Iya Ren, gimana?"
"Rey baru aja anter Bianca pulang. Ga tau deh kita berhasil apa enggak, kayaknya mereka biasa aja sih."
"Yaaaah."
"Habis ini aku mau ngajak ngomong Rey, mau tanya tadi gimana pas dikamar udah baikan belum ma bianca."
"Oke Ren!"
"Kita tunggu aja ya! Ntar kalo aku udah ngomong sama Rey nanti aku kasih tau kamu!"
"Tapi Rey marah ga sama kamu? Jadi ga enak nih."
"Mana berani Rey marah sama aku. Udah kamu tenang aja! Gitu dulu ya Mir. Nanti kalo ada kabar lagi aku kasih tau!"
"Oke Ren. Thanks ya!"
"Iya sama-sama!"
-----
"Rey..."
"Hmm.."
"Jangan kasih tau yang lain dulu ya!"
"Apanya?"
"Hubungan kita ini, jangan kasih tau siapa-siapa dulu!"
"Kenapa?"
"Gue... belum siap."
Rey diam terlihat berfikir tetapi tiba-tiba Rey tersenyum saat otak mesumnya bekerja. Rey merasa ide Bianca malah membawa keuntungan sendiri buat Rey, bayangin aja kalo orang tua mereka masih mengira Rey sama Bianca cuma sahabatan doang, pas Rey lagi lama-lama dikamar atau pergi berduaan aja sama Bianca mereka ga akan dicurigain yang enggak-enggak kan.
"Kenapa lo senyum-senyum sendiri?"
"Panggilnya aku kamu dong yang jangan lo gue lagi."
"Ih apaan panggil yang? Jijik gue Rey! Udah...biasa aja!"
"BIANCA!!!"
Bianca selalu takut kalau Rey sudah menyebut namanya dengan intonasi yang agak tinggi.
"I...iya aku kamu aja kalo gitu."
"Panggil aku yang atau beb kalo lagi berduaan ngerti?"
"Iyaaaa!"
"Dah sampe nih, aku mampir bentar ya!"
"Ga usah Rey, udah malem."
"Bentaran doang yang!"
Bianca agak geli mendengar Rey memanggilnya dengan sebutan yang.
"Besok aja ya Rey, udah malem."
"Gu...aku masuk dulu ya!"
"Kok ga bisa dibuka?" Kata Bianca saat membuka pintu mobilnya yang ternyata masih dikunci sama Rey.
"Rey bukain pintunya!"
"Cium dulu baru aku bukain pintunya!"
"Apaan sih Rey, sumpah deh gue ga ngerti sama lo yang sekarang! Buka ga pintunya!" Ucap Bianca mulai emosi.
Rey bergerak mendekati Bianca, Bianca otomatis memundurkan badannya walaupun percuma karena terhalang sandaran kursi, kedua tangan Rey terangkat menangkup kedua pipi Bianca.
Tangan Bianca reflek memegang pergelangan tangan Rey. Jantung Bianca berdebar kencang sampai dadanya naik turun.
"Reeey..."
Kemudian tanpa peringatan Rey melumat bibir Bianca dalam dan lama.
Bianca yang gelagapan dengan ciuman Rey mencoba melepas tangan Rey dari pipinya dan mendorong d**a Rey, tetapi Bianca ga cukup kuat untuk itu. Akhirnya Bianca pasrah dan membiarkan Rey berbuat semaunya.
Rey melepas pautan bibirnya tanpa melepas pegangan tangannya dari pipi Bianca.
"Kita bukan sahabatan lagi Bi, kita udah pacaran. Biasain panggilnya aku sama kamu. Ciuman itu hal yang wajar saat pacaran. Jadi jangan nolak lagi, aku ga suka. Ngerti?"
Bianca hanya mengangguk untuk menjawab Rey. Lalu Rey melepas pipi Bianca untuk menekan tombol kunci otomatis agar pintu mobilnya bisa terbuka.
"A..aku masuk ya Rey."
"Besok aku jemput pulang kuliah ya!"
"Kamu ga ngantor?"
"Besok schedule kantor lagi longgar."
"Oh.. oke!"
"Besok pulang jam berapa emangnya?"
"Besok cuman ampe siang jam 12."
"Oke. Ya udah masuk gih!"
"Iya, bye!"
-----
"Mamah belum tidur?" Tanya Rey saat masuk kerumahnya Rena sedang duduk menunggunya.
"Kamu udah baikan belum sama Bianca?"
"Udah."
"Beneran?" Tanya Rena antusias.
"Iya emang kenapa sih mah?"
"Ya gapapa, jadi ada harapan dong Bianca jadi mantu mamah?"
"Dah ah Rey mau tidur... ngantuk."
Lalu Rey meninggalkan mamahnya sambil senyum-senyum kecil hatinya lagi senang mengingat saat ini Rey dan Bianca mulai pacaran.
"Loh Rey... kok malah pergi sih?"
-----
"Jadi gue ama Rey sekarang pacaran ya?" Kata Bianca berbicara sendiri saat sedang dikamarnya.
Bianca teringat kejadian dikamar Rey yang membuat Bianca tersenyum dan merasa malu membuat pipinya memanas lalu memerah.
#flashback on
"Inget ga tadi gue bilang apa?"
"Inget"
Rey menyeringai lalu menindih Bianca dan melumat bibirnya, awalnya lembut lalu Rey mulai memasukkan lidahnya ke mulut Bianca. Reaksi Bianca diam aja, ga tau harus gimana buat ngerespon Rey. Waktu Rey berbuat lebih ke Bianca, saat tangan Rey berada di d**a Bianca meremasnya membuat Bianca kaget lalu berteriak sambil mendorong d**a Rey kemudian menendang Rey sampai jatuh ke lantai.
"Kyaaaaaaa!!!!"
"Buuuuug!"
"Auw...." Teriak Rey sambil mengusap pantatnya berkali-kali.
"Ma... maaf Rey sakit ya? Gue ga sengaja. Reflek gitu aja Rey." Ucap Bianca menahan tawa sambil membantu Rey buat berdiri.
"Kira-kira dong Bi, masak sama pacar sendiri gitu banget sih?"
Rey ngambek dan duduk dipinggir Ranjang.
"Gue kan udah minta maaf Rey."
"Cup"
Bianca mencium pipi Rey saat ikut duduk disebelah kiri Rey.
"Maaf ya Rey, gue ga sengaja!"
Rey yang terkejut menengok kearah Bianca lalu tersenyum.
Rey sebenarnya ga marah karena Rey tau Rey adalah pacar pertama Bianca. Jadi reaksi Bianca yang seperti ini membuat Rey senang untuk selalu ingin menggoda Bianca.
"Love you Bi!" Ucap Rey sambil merapikan anak Rambut Bianca.
Bianca terlihat salah tingkah lalu Rey mencium bibir Bianca lembut lalu berubah menjadi lumatan.
Untuk pertama kalinya Bianca menutup matanya membalas ciuman Rey.
-flashback off
-----
Bianca menunggu Rey digerbang depan kampusnya.
"Kok tumben Rey lama."
"Bian!"
Bianca menengok untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Ada apa yan?" Ucapnya setelah tau yang memanggilnya Adrian temen sekelasnya.
"Enggak, cuman mau ngasih titipan aja dari Rafael." Jawab Adrian sambil memberikan undangan pernikahan Rafael teman satu kelasnya juga.
"Oh, makasih ya yan."
"Iya sama-sama. Gue duluan ya!"
"Oke, bye Adrian!"
Lalu Adrian melambaikan tangannya dan berlalu pergi.
"Jadi gitu, gue telat dikit trus lo ngobrol berduaan ma cowok lain?" Ucap Rey mengagetkan Bianca yang lagi fokus membaca undangan dari Rafael.
"Apaan sih Rey, jangan mulai deh!"
Lalu Rey tertawa dan mengusap kepala Bianca lembut.
"Pulang yuk, atau mau makan dulu?"
"Makan aja, lapeeeer!" Ucap Bianca sambil mengusap-usap perutnya.
"Ya udah yuk, lagian ini juga pas jam makan siang." Ucap Rey sambil berjalan memasuki mobil.
"Dapet undangan dari siapa?" Tanya Rey saat mereka sudah berada di dalam mobil dan mulai menjalankan mobilnya.
"Temen sekelas aku Rafael mau merried."
"Kapan?"
"2 minggu lagi."
"Trus kita kapan?"
"Masih lama tunggu gue lulus trus kerja dulu paling enggak 2 tahun!"
"5 tahun lagi dong berarti?" Ucap Rey kaget.
"Kan gue bilang masih lama!"
"Nggak... nggak!!! Kelamaan! Ga usah nunggu lulus tahun depan aja kita nikah.
"Enggak! Enak aja gue mau lulus kuliah dulu trus kerja. Ga bisa gitu dong Rey!"
"Terserah! Pokoknya tahun depan."
"Gue enggak mau, ya udah kalo lo ga mau kita putus aja!"
Rey mendiamkan Bianca lalu menghembuskan nafasnya pelan mencoba bersabar pada Bianca.
Tiba-tiba ponsel Rey yang berada di dekat persneling berbunyi dan tertera nama monica.
Rey memasang headset kemudian menekan icon hijau pada layar ponselnya.
"Hallo!"
"....."
"Kapan?"
"....."
"Gue ga bisa!"
"....."
"Ya udah tunggu gue disana!"
Lalu Rey mematikan ponselnya dan melepas headset asal kemudian menaruh ponselnya lagi di deket persneling mobil.
"Lo makan dirumah aja, gue anter lo pulang sekarang!"
"Ya udah turunin gue disini aja, gue bisa pulang sendiri!"
Rey menepikan mobilnya lalu berhenti.
"Ya udah sana turun!"
Bianca menatap Rey sambil berkaca-kaca.
"Lo jahat banget sih Rey ma gue?"
"Gue jahat gimana emang?"
"Katanya lo cinta ma gue tapi lo masih ketemuan sama Monic. Lo belum putus kan ma dia? Jadi gue selingkuhan lo gitu?"
"Gue sama Monic udah putus. Lagian kenapa emangnya kalo gue ketemuan ma Monic? Lo lupa ya, lo yang bilang kita putus tadi! Gue bilang apa kemaren? Kalo ga mau jadi pacar gue jauh-jauh aja dari gue!"
Bianca menatap Rey marah sambil menangis mendengar ucapan Rey. Kemudian Bianca melepas seatbeltnya lalu membuka pintu mobil berniat keluar.
Tiba-tiba Rey menarik lengan Bianca lalu menutup pintu mobilnya kembali.
"Lepasin!" Teriak Bianca.
Rey memeluk Bianca sambil mengusap-usap punggungnya. Rey merasa memang dia keterlaluan.
"Maaf sayang... maafin aku ya!"
"Lo kok jahat banget sih Rey ma gue!"
"Iya maaf, aku emosi waktu kamu ngomong putus tadi!"
Kemudian Bianca membalas pelukan Rey.
"Jangan tinggalin gue Rey, gue ga mau jauh dari lo lagi. Gue sayang ama lo!"
"Berarti kita ga jadi putus kan yang?"
"Pokoknya gue ikut ketemuan ma monic!"
"Aku kamu yang!"
"Iyaaaa... pokoknya aku ikut ketemuan sama monic!"
"Iya sayang!"
"Eh tadi belum dijawab yang, kita ga jadi putuskan?"
"Iyaaaa!" Jawab Bianca malu-malu.
-bersambung-