Bianca mengikuti Rey masuk kedalam kamarnya. Untuk sesaat Bianca menyesali keputusannya menuruti permintaan orang tua mereka untuk menunggu di kamar Rey sementara mereka membicarakan sesuatu yang entah apa maksudnya pembicaraan untuk orang dewasa. Karena Bianca yakin pasti akan merasa canggung saat hanya berduaan saja dikamar Rey.
"Kalo lo ga nyaman gue bisa keluar!" Kata Rey saat dilihatnya Bianca bergerak gelisah sesaat setelah mereka masuk kedalam kamar Rey.
"Ga perlu, gue duduk disitu aja!" Kata Bianca menunjuk kursi sofa panjang yang berada dibawah jendela kaca disamping pintu balkon kamar Rey.
"Terserah lo aja!"
Lalu Rey duduk bersandar diatas ranjangnya sambil memainkan ponselnya.
20 menit berlalu dalam keheningan. Bianca dan Rey memilih fokus pada ponsel mereka masing-masing sampai suara Bianca memecah keheningan mereka.
"Rey!"
Tanpa mengubah posisinya Rey hanya mengalihkan tatapannya dari ponselnya untuk menatap Bianca.
"Gue mau ngucapin selamat atas pertunangan lo. Selamat ya Rey!"
Rey mengernyitkan dahinya bingung.
"Tunangan? Siapa yang tunangan?" Jawab Rey.
"Pasti ini akal-akalan nyokap deh." batin Rey.
"Hah...katanya lo mau tunangan? Tadi kata mamah, kita diundang makan malam kesini karna mau bahas pertunangan lo."
"Gue ga tunangan! Tapi terserah lo aja kalo lo mau nganggep iya juga gakpapa, lo senengkan kalo gue tunangan?" Jawab Rey asal karena tau pasti ini kerjaan nyokap mereka, kemudian Rey memainkan ponselnya kembali.
Dalam hati Bianca menggerutu.
"Ish dasar Rey nyebelin, gue udah berlapang d**a juga, udah ngajak ngomong duluan malah jawabannya kayak gitu. Ngeselin! Tapi ga bisa gue pungkirin sih, hubungan kita kayak gini berawal dari ulah gue sendiri. Gue nyesel, gue kangen ama lo Rey, gue pengen minta maaf tapi ah enggak deh, gengsi dong Rey kan juga salah, dia udah ambil first kiss gue trus dia juga... ish malah inget kejadian itu sih." Tiba-tiba muka Bianca memerah.
Rey yang diam-diam memperhatikan tingkah Bianca tersenyum melihatnya. Rey juga kangen Bianca. Dia sebenarnya senang bisa dekat dengan Bianca walaupun ga saling bicara.
Rey kembali fokus pada ponselnya, lalu saat dirasa ada pergerakan pada kasur disebelah kirinya membuat Rey menoleh. Bianca duduk menghadapnya sambil menunduk.
"Rey... gue... mau minta maaf."
"Gue sadar gue keterlaluan, tingkah gue kekanakan. Gue nyesel ngelakuin itu semua. Lo maukan maafin gue?" Ucap Bianca menunduk sambil jarinya memainkan ujung roknya untuk menutupi rasa gugupnya.
Rey specless mendengar Bianca mau minta maaf duluan. Rey menatap Bianca lama dan itu membuat Bianca salah tingkah.
"Gue ngerti kok Rey kalo lo ga mau maafin gue. Gue emang keterlaluan banget."
"Bi.... gue suka ama lo! Bukan sebagai sahabat tapi sebagai cowok ke seorang cewek!" Kata Rey tiba-tiba membuat Bianca terkejut lalu mengangkat wajahnya untuk menatap wajah Rey.
"Jadi kalo lo minta maaf dan ngajak baikan sebagai seorang sahabat sorry gue enggak bisa!"
"Maksud lo apa?" Tanya Bianca syok dengan pernyataan Rey.
"Intinya gue mau maafin lo kalo lo mau jadi cewek gue, kalo lo ga mau mending lo ga usah deket-deket gue lagi!"
"Kok lo gitu sih Rey? Gue jadi cewek lo? Bisa makan ati tiap hari gue, cewek lo kan banyak! Lagian lo bentar lagi juga tunangan. Lo mo bales gue? Lo becandain gue? Becanda lo ga lucu!"
Saat Bianca mau berbalik dan turun dari kasur Rey, tangan Rey bergerak menahan lengan Bianca lalu mendorongnya sampai Bianca jatuh terlentang diatas kasurnya kemudian Rey langsung bergerak menindih tubuh Bianca.
"Mau apa lo Rey?" Tanya Bianca panik ketakutan karena teringat kejadian waktu itu saat Rey hampir memperkosanya.
Rey mengabaikan kata-kata Bianca dan malah mendekatkan bibirnya ke telinga Bianca.
"Udah gue bilang gue ga tunangan! Lo dibohongin ma nyokap lo!" Bisik Rey ditelinga Bianca yang membuat Bianca semakin panik.
"Y..ya... udah iya... gu...gue mau turun! Ma...mamah pa...pasti nungguin" Kata Bianca tergagap karena panik.
"Lo tau Bi? Gue suka ama lo udah sejak lama. Gue suka ama lo bahkan saat lo masih kelas 1 smp."
Bianca melebarkan matanya terkejut.
"Rey....." Panggil Bianca dengan suara tercekat.
"Rey... lo bohongkan? Jangan becanda deh Rey!"
Lalu bibir Rey menjauh dari telinga Bianca untuk berpindah mendekati bibir Bianca lalu mengecupnya pelan.
Cup
Bianca yang masih syok dengan pernyataan Rey dan ga tau harus bersikap seperti apa. Yang jelas saat ini jantung Bianca berdetak sangat kencang seperti orang yang habis ikut balap lari.
Karena dilihatnya Bianca diam saja saat dikecup oleh Rey dengan menyeringai Rey melanjutkan aksinya melumat bibir Bianca.
"Emmmmph... emmmmph!" Suara tertahan Bianca saat tersadar dari keterkejutannya berusaha mendorong d**a Rey, tapi karena badan Rey lebih besar dan lebih berat dari Bianca, Bianca gagal melepaskan diri dari tindihan Rey.
Rey melepas pangutan bibirnya pada bibir Bianca.
"Rey... gue mau turun!" Kata Bianca tanpa melihat wajah Rey sesaat setelah Rey melepas bibirnya.
"Lo juga suka kan ma gue?"
"Hah..?" Ucap Bianca lalu menatap mata Rey.
Bianca menggigit bibirnya yang membuat mata Rey teralihkan untuk melihat bibir Bianca yang saat ini ingin sekali dilumatnya lagi.
"Rey....!" Panggil Bianca yang membuat tatapan Rey kembali ke mata Bianca.
"Tatapan mata lo aneh bikin gue takut! Gue mau turun!" Kata Bianca polos.
"Kalo gitu lo jawab gue! Lo juga sukakan ma gue?"
"Mungkin gue juga suka ama lo Rey, tapi gue juga ga tau perasaan gue yang sebenernya kayak apa, gue masih bingung? tapi lo itukan sahabat gue Rey, gue udah nyaman kita sahabatan."
Rey marah saat mendengar kata-kata Bianca, Rey beranjak dari tubuh Bianca lalu turun dari ranjangnya.
"Udah gue bilang, gue ga bisa sahabatan ma lo lagi! Jauh-jauh deh lo dari gue sekarang! Lo mau turun kan? Ya udah sana lo keluar!"
Bianca bangun dan duduk di tepi ranjang menghadap ke arah Rey dengan pandangan sendu.
"Tapi gue kangen ama lo Rey, emang ga bisa ya kalo kita sahabatan aja?"
"Oke, lo dengerin gue ya Bi!" Ucap Rey sambil jongkok di depan Bianca.
"Gue selama ini udah berusaha menekan perasaan gue ke elo, gue udah berusaha menekan nafsu gue saat berada di deket elo, itu alasan kenapa gue punya banyak cewek karena gue ga bisa lakuin itu ke elo makanya gue cari pelampiasan ke cewek-cewek lain!"
"Gue ga ngerti maksud lo Rey?" Tanya Bianca bingung.
Rey menghembuskan nafasnya kasar, bingung jelasin sama cewek polos didepannya ini.
"Gue ga mau ngerusak elo Bi! Karena gue sayang sama lo!"
"Emang lo mau ngapain gue? Kok gue bisa rusak? Rusak gimana sih Rey?" Tanya Bianca bingung.
Rey garuk-garuk kepalanya yang enggak gatal. Frustasi gak tau gimana lagi caranya mau jelasin ke Bianca.
"Gue nafsu ama lo, ngerti? Gue pengen cium lo! Gue pengen raba-raba badan lo sama seperti yang gue lakuin ke elo waktu itu! Kalo lo gak ngerti juga gue praktekin ke elo sekarang!"
"Ih.. Rey lo m***m banget sih?" Ucap Bianca sambil menyilangkan tangannya ke depan dadanya.
"Sekarang lo ngertikan kenapa lo harus jauh-jauh dari gue?"
Bianca menundukkan wajahnya.
"Tapi gue ga mau jauh dari lo lagi Rey!"
Rey memegang bahu Bianca lalu menyuruh Bianca menatap wajahnya.
"Tatap gue Bi!"
"Kalo lo ga mau jauh dari gue, lo harus mau jadi cewek gue! Karena gue ga bisa jamin gue ga akan ngapa-ngapain lo setelah ini kalo lo masih mau deket-deket lagi ma gue!" Ucap Rey setelah Bianca menatapnya.
Bianca menghela nafasnya pelan. Sambil masih menatap Rey, Bianca berkata.
"Oke... gue mau! Gue mau jadi cewek lo!"
Rey tersenyum lebar mendengar jawaban Bianca.
"Tapi..."
Ucapan Bianca dipotong oleh Rey.
"Ga ada tapi-tapian! Kalo lo jadi cewek gue, gue bebas ngelakuin apa aja ke elo dan elo ga boleh nolak!"
"Hah.. apaan? Ga bisa gitu dong! Gue ga mau!" Tolak Bianca.
"Ya udah, pilihannya cuman itu! Terserah lo mau apa enggak?"
Bianca menggigit bibirnya merasa ragu dengan keputusannya, Bianca ga mau jauh dari Rey tapi juga takut dengan Rey yang sekarang.
"Ya udah gue mau!"
Rey langsung bergerak maju mendorong Bianca sampai terlentang diranjangnya lalu menindihnya, tanpa memberikan Bianca waktu untuk menolak Rey langsung melumat bibir Bianca.
"Mmmpppph....!" Tangan Bianca memukul-mukul bahu Rey mencoba menghentikan ciuman Rey.
"Apasih Bi?" Tanya Rey marah.
"Lo yang apa-apaan? Minggir!" Ucap Bianca mencoba mendorong d**a Rey.
"Inget ga tadi gue bilang apa?"
"Ga ada tapi-tapian! Kalo lo jadi cewek gue, gue bebas ngelakuin apa aja ke elo dan elo ga boleh nolak!"
"Inget!" Kata Bianca pasrah.
-bersambung-