Lashira yang tengah pingsan segera mendapat penanganan dari IGD Rumah Sakit Petrokimia Gresik sebagai pasien. Di saat tadinya bertindak sebagai dokter, kini harus bertindak sebagai pasien secara mendadak akibat pingsan di tengah jalan. Damar bergegas menggendong Lashira yang tak sadarkan diri untuk segera dibaringkan di atas bed emergency atau brankar rumah sakit. Setelah itu ia meminta bantuan dokter jaga IGD untuk menyelamatkan Lashira. Meski sebenarnya, ia sendiri bisa menangani pasien yang mengalami pingsan, namun karena terlalu khawatir pada wanita itu jadilah meminta dokter lain saja untuk memeriksa Lashira.
“Dokter, tolong dia, Dokter. Dia pingsan mendadak jatuh pingsan saat berjalan pulang menuju tempat kos. Saya khawatir ada hal yang terjadi padanya,” pinta Damar yang panik melihat kondisi Lashira yang tak sadarkan diri.
Sang dokter jaga malam pun memeriksa kondisi Lashira dengan mengecek denyut nadinya apakah masih terasa atau tidak.
“Sebentar saya periksa dulu ya, Dokter Damar,” balas dokter umum bernama Dokter Roni tersebut. “Saya cek bahwa denyut nadinya masih ada dan napasnya pun masih terasa. Cuma Dokter Shira sedang dalam keadaan drop hingga pingsan begini. Sebentar saya akan berusaha agar Dokter Shira bisa cepat sadar.”
Damar mengangguk. “Iya, Dokter. Saya mohon, selamatkan dia, Dokter.”
Dokter Roni menenangkan Damar yang terlihat cemas pada wanita itu. Berusaha melakukan pertolongan pertama bagi orang pingsan seperti menaikkan ujung kaki Lashira agar lebih tinggi dari paha agar peredaran darah ke otak bisa berjalan lancar dan memungkinkan wanita itu cepat siuman. Kemudian melonggarkan baju yang dikenakan oleh wanita yang berprofesi sebagai dokter muda tersebut. Baru selanjutnya mendekatkan minyak kayu putih ke hidungnya. Damar tampak gelisah. Ia memang mencintai sekaligus terobsesi dengan calon istri musuhnya dan tak rela harus kehilangan wanita yang digilainya itu.
“Bagaimana, Dokter?” tanya Damar tak sabar ingin wanita itu lekas siuman.
“Tunggu saja, Dokter Damar. Semoga sebentar lagi Dokter Shira siuman.”
Damar mengangguk. “Iya, Dokter. Oh iya, Dokter kalau mau memeriksa kandungan Dokter Shira bagaimana? Saya bisa meminta bantuan siapa untuk melakukan USG?”
“Dokter Ratih Spesialis Kandungan dan Kebidanan ada praktik malam ini, namun beliau sedang menjalani operasi caesar dua pasien yang hendak melahirkan. Itu sudah sangat menyita waktu beliau,” jawab Dokter Umum Roni.
“Selain beliau apa tidak ada dokter kandungan lagi, Dokter?” tanya Damar yang penasaran ingin melakukan USG pada kandungan Lashira.
Sang dokter menggeleng. “Sayangnya tak ada, Dokter. Dokter Kandungan yang lain jadwalnya bukan sekarang. Jadi tak ada yang stay di rumah sakit sekarang.”
Damar mendesah kecewa. Rencana untuk mencari tahu kebenaran apakah Lashira hamil atau tidak itu gagal.
“Ya sudah, kalau begitu. Terima kasih infonya, Dokter,” sahut Damar pasrah sedangkan Lashira belum juga siuman. Masih menunggu waktu sebentar lagi agar wanita itu cepat sadar.
Ketika Damar hendak duduk di sebelah tempat tidur Lashira, mendadak ponsel milik wanita cantik berdarah timur tengah itu berdering. Ponsel yang berada di dalam tas milik Lashira itu berbunyi beberapa kali. Damar pun lekas meraih handphone di dalam tas Lashira sambil menyaksikan layar ponsel yang ternyata merupakan panggilan telepon dari rival Damar dalam mendapatkan hati Lashira yaitu Aga Daneswara.
Damar yang sebal dengan pria itu pun segera mengangkat telepon dari Aga. Dengan suara tercekat, pria keji yang terobsesi pada calon istri orang lain itu mengangkat telepon.
“Halo ...” sapa Damar yang membuat Aga mengernyit seketika dari ujung telepon.
“Kamu ... Dimana Shira? Kok bisa kamu yang angkat telepon dia???” tanya Aga mulai frustasi. Pria itu mengenali suara Damar yang terkesan khas.
Damar mendengkus. “Shira sedang terbaring di rumah sakit. Tadi pingsan di jalan lalu aku bawa dia kembali ke rumah sakit.”
Aga terlonjak setelah mengetahui kekasihnya jatuh pingsan.
“APAAA? Kenapa dia bisa pingsan??? Sekarang bagaimana kondisinya? Jawab, Damar!!!” sergah Aga yang tersulut emosi.
“Aku nggak tahu kenapa Shira sampai pingsan. Mungkin kelelahan beraktivitas. Tensi darahnya juga rendah. Sepertinya memang karena terlalu banyak aktivitas dan dia kelelahan,” jawab Damar angkuh.
Aga mendesah khawatir. “Lantas bagaimana kondisinya sekarang, Damar??? Jawab aku!!!”
“Dia masih pingsan. Dokter masih berusaha agar Shira cepat siuman,” sahut Damar yang sudah tak ingin menanggapi pertanyaan-pertanyaan Damar lagi, pria itu segera mematikan ponsel Lashira. Sengaja melakukan hal ini agar Aga tak mengganggunya dan Lashira lagi. Ingin fokus pada wanita yang terbaring tak sadarkan diri itu.
Damar pun segera mengembalikan ponsel milik Lashira ke dalam tas milik wanita cantik itu. Namun saat meletakkan ponsel itu ke sana, netra gelap milik Damar langsung menemukan alat uji kehamilan atau tespack yang sudah digunakan oleh Lashira tadi. Damar bergegas mengambil alat testpack yang sudah digunakan itu.
Pria bengis yang tak punya hati nurani pada Lashira itu lekas membuka bungkus alat uji kehamilan agar bisa melihat hasilnya. Akhirnya kehamilan yang dialami oleh Lashira terbongkar juga oleh Damar Pranata. Pria yang sudah tega menodainya itu dengan jelas melihat dua garis merah pada alat testpack milik Lashira. Senyum puas mengembang sempurna di wajah berengsek milik Damar. Ia langsung bergumam dalam hati.
Shira akhirnya hamil juga. Sesuai dengan dugaanku. Malam itu aku berhasil membuatnya hamil anakku. Damar oh Damar, kau memang hebat. Hebat menanamkan benihmu di rahim wanita yang kau cintai. Itulah aku Damar Pranata yang tak lama lagi akan menjadi ayah. Aku harus merayakan hal ini. Sebentar lagi aku akan menikahi Lashira Ghassani. Oh Shira, kau akan menjadi Nyonya Damar Pranata. Aku akan bertanggungjawab atas kehamilanmu. Kau telah mengandung anakku ....
Damar bersuka cita menyambut kehamilan wanita yang semakin dekat untuk direbut dari sosok Aga Daneswara. Seorang Damar takkan berhenti berjuang mendapatkan keinginannya sampai terwujud. Ia yang sangat gembira tentang ini, segera menyimpan hasil testpack milik Lashira tersebut ke dalam saku jasnya. Ingin menyimpan bukti agar wanita yang terbaring di atas tempat tidur rumah sakit itu tak bisa mengelak lagi.
Beberapa menit kemudian, Dokter Roni berhasil membuat Lashira tersadar dari pingsan. Wanita cantik berambut panjang itu mengejap-ejapkan kedua matanya perlahan. Bergegas membuka mata pelan-pelan.
Sesungguhnya pertama kali yang ingin dilihatnya adalah Aga Daneswara sebagai pria yang dicintai oleh wanita itu. Bagaimana tidak dicintai jika mereka berdua telah menjalin hubungan asmara hampir 6 tahun lamanya semenjak menjadi mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran. Namun keinginan tak sejalan dengan kenyataan. Kali ini bukan Aga yang dilihatnya melainkan ....
“Damar ...” panggil Lashira lirih. Ia syok karena harus berdekatan dengan Damar sekarang. Rasa trauma atas kejadian di malam kelabu itu hadir kembali.
“Akhirnya kau bangun juga, Lashira Sayang. Akun senang kau sadar juga, calon ibu dari anakku,” bisik Damar di telinga Lashira yang spontan membuat wanita yang terbaring lemas itu terguncang saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Damar.
Seketika Lashira mendelik. Ia tak menyangka Damar bisa tahu secepat ini. Lantas wanita itu berusaha mengelak sambil geleng-geleng kepala dalam keadaan setengah berbaring.
“Enggak, Damar. Aku tak mengandung anakmu. Aku TIDAK HAMIL!!!” tegas Lashira sambil menatap sengit pada pria yang sangat dibencinya itu.
Damar menyunggingkan senyum simpul lalu berkata. “Jika kau mau bersilat lidah, silakan saja! Tapi asal kau tahu, aku sudah melihat alat testpack milikmu. Jika kau masih mengelak, aku bisa meminta dokter kandungan untuk melakukan USG pada rahimmu saat ini juga!” ancam Damar yang sengaja ingin menakut-nakuti wanita cantik itu.
Lashira menganga usai mendengar ancaman dari Damar. Ia pun lekas beranjak dari tempat tidur untuk hendak kabur dari pria keji itu, namun ditahan oleh Damar.
“Shira, jangan nekat pergi! Kamu masih baru saja siuman. Keadaanmu bisa drop dan pingsan lagi nanti. Sebentar lagi aku antarkan kamu pulang ke tempat kos. Tenanglah dulu,” pinta Damar yang dibalik sifat kejamnya itu ia masih khawatir pada Lashira dan calon anak mereka berdua.
Tanpa sengaja Lashira meneteskan air mata. Ia dilanda rasa kesedihan yang mendalam karena ulah Damar padanya tersebut. Belum siap untuk mengandung dalam keadaan seperti ini. Apalagi hamil di luar nikah dengan pria yang bukan calon suaminya sendiri. Sungguh miris dan menyesakkan hati serta pikirannya. Akan jadi bulan-bulanan orang lain, terutama ibu tiri dan saudara tirinya nanti jika mereka tahu Lashira hamil bukan anak Aga. Ia berurai air mata terus-menerus.
“Aku mau pulang saja, Damar. Ini sangat mengejutkan. Aku nggak sanggup. Jangan temui aku lagi!” tolak Lashira yang lekas bangkit dari tempat tidur, namun segera dicekal tangannya oleh Damar.
“Shira, aku antar kau pulang. Jangan begini padaku. Aku cinta padamu dan calon anak kita. Aku akan bertanggungjawab atas segala semua perbuatanku. Batalkan pernikahanmu dengan Damar. Kau akan segera kunikahi!” tegas Damar yang membuat Lashira semakin sedih hingga matanya memerah karena menangis tersedu-sedu.
Lashira hanya membisu. Tak tahu harus bagaimana lagi sampai Damar menarik tangan wanita itu lalu merangkulnya.
“Aku akan mengantarmu pulang sekarang. Kau harus istirahat. Nanti akan kumintakan izin agar kau besok bisa tidak masuk magang kerja dan istirahat di kos-kosan,” sambung Damar tak ingin dibantah.
Lantas putra dari Bupati Gresik itu membimbing Lashira untuk masuk keluar dari rumah sakit. Berniat mengantarkan wanita itu pulang. Lashira yang masih lemas dan mendadak sakit kepala pun terpaksa menyetujui keinginan Damar. Ia hanya bisa pasrah dengan keadaan, meski hatinya menangis pada nasib buruk yang menimpanya sekarang.
Sementara itu Aga yang tahu Lashira dalam keadaan tidak baik-baik saja pun lekas melajukan mobil menuju Gresik. Ia sangat mencemaskan wanita yang menurutnya masih menjadi calon istrinya itu. Apalagi saat yang mengangkat telepon adalah Damar, pria itu jadi merasa tak terima. Rasa cemburu pada rivalnya itu kerap hadir. Aga takkan membiarkan Damar mendekati calon istrinya lagi. Karena ingin lebih cepat sampai ke Gresik, ia pun menambah kecepatan mobil sambil berkata dalam hati.
Aku tak mau Shira dekat-dekat dengan pria licik itu. Aku khawatir padamu, Shira Sayang. Aku jadi tak sabar untuk melamarmu dalam waktu dekat.
Yang diinginkan oleh Aga adalah melamar Lashira secepatnya, namun apakah akan terlaksana jika sesungguhnya wanita cantik itu tengah mengandung anak pria lain?