Prolog

539 Words
Panca Nugraha. Rajanya onar dan biang rusuh diantara para Mahasiswa. Kalaupun dia masuk kelas itupun hanya mengganggu anak-anak lain yang tengah mengikuti mata kuliah yang berjalan. Beberapa dosen bahkan sudah mengeluh kepada kepala program sampai Dekan Fakultas HI namun hasilnya Panca hanya akan diberi hukuman lalu bebas membuat onar lagi dan begitu seterusnya. Panca memang jarang bolos dari kelas namun kelakuannya di dalam kelaspun tidak bisa dikatakan sebagai normalnya Mahasiswa. Kalau tidak mengerjai teman-temannya maka dia pasti membuat kebisingan lain seperti mengobrol di kelas atau selalu menyanggah perkataan dosen dengan berbagai sanggahan yang terkadang sangat konyol. Para dosen hanya menggeleng lelah. Panca memang anak yang mudah menyuarakan pendapatnya saat dia merasa tidak cocok dengan apa yang ada dipikirannya. Dia termasuk Mahasiswa yang kritis dalam berpendapat, pemikirannya juga kadang sangat brilian, dan Dekan Fakultas saja mengakui kepintaran otak dari Panca yang kadang sedikit saklek. Ia bahkan melewati semester dengan cepat karena mengambil banyak sks untuk membuatnya cepat lulus. Ting. Seorang gadis berjilbab masuk ke dalam lift dan bergerak memojok ke sudut seperti menghindari sesuatu yang membuatnya jijik. Panca yang kebetulan memang sedang ada di dalam lift itu mengerutkan keningnya heran. Memangnya dia sehina itu sampai gadis mungil itu sangat tidak mau mendekatinya? "Ngapain lo mojok kaya begitu? Lo pikir gue virus?!" tanya Panca kesal. "Mas ngomong sama saya?" gadis itu bertanya sambil mengerjapkan matanya polos dan menunjuk dirinya sendiri. Panca mendengus, "lo liat ada orang lain di lift ini selain kita? b**o jangan dipelihara makanya!" "Oh, maaf Mas. Saya pikir Mas bicara sendiri." Panca menggelatukkan giginya menahan geram. Gadis di depannya benar-benar memancing amarahnya. Kepolosannya yang lebih condong pada kebegoan gadis itu membuat lelaki itu sangat ingin melemparkan gadis itu dari lantai atas gedung ini. "Terserah lo dah! Sesuka hati lo, Maemunah!" jengah Panca. "Nama saya bukan Maemunah, Mas. Nama saya Aisa Putri Ramadhan. Saya biasa dipanggil Aisa sama temen-temen lainnya. Mas bisa panggil saya Aisa juga kayak mereka." Gadis itu tersenyum sangat lebar sampai kedua matanya sedikit menyipit. Pipinya juga terlihat lebih chubby dan entah kenapa membuat Panca menahan nafasnya. Jantungnya berdetak sangat cepat secara tiba-tiba. Badannya kaku seperti tidak bisa bergerak sama sekali. Bahkan saat dia mencoba untuk bernafas, dia justru seperti habis berlari marathon dengan nafas tersengal. "Berhenti tersenyum! Dasar gadis aneh." bentak Panca gelisah. "Senyum itu ibadah, Mas. Saya cuma sedang menjalankan ibadah agar mendapatkan pahala lebih." Aisa kembali tersenyum lebar. Ting. Melihat pintu lift terbuka, Panca langsung melangkahkan kakinya keluar dari kotak berukuran kecil itu. Dia berjalan sangat cepat seperti tengah menghindar pergi menjauh sejauh mungkin. Dadanya masih bergemuruh membayangkan senyuman gadis aneh itu. Ini tidak baik! Panca merasakan bahwa ini adalah firasat yang sangat tidak baik. Dia tidak boleh mendekati gadis aneh itu. Apalagi sampai melihat senyum itu lagi. Dia tidak tahu apakah bisa bertahan untuk yang kedua kali saat melihat senyum gadis mungil itu atau tidak. Setahu Panca, dadanya sering bergemuruh seperti ini hanya saat dia bersama kekasihnya saja. Dia tahu kalau jantungnya berdebar kencang disamping kekasihnya itu karena dia mencintai kekasihnya. Namun yang terjadi barusan, dia tidak bisa menjabarkannya. Jantungnya berdebar hanya karena sebuah senyuman. "Damn it! Jantung gue bermasalah nih kayaknya." ©©© TBC Hai! Ini adalah cerita setelah Antariksa! Panca Nugraha musuh dan juga bisa dibilang teman Antariksa. Semoga suka!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD