Bab 2

1210 Words
“Seingatku tadi saat berkenalan namaku adalah Syakilla, bukan usil.” Gadis cantik itu mengerucutkan bibir karena tidak suka disebut usil oleh Fatih. Salahkan Syakilla yang kurang peka pada signal ketertarikan yang diberikan Fatih untuknya. “Aku tahu, Killa. Maksudku karaktermu, bukan namamu,” Fatih terkekeh gelid an semakin membuat bibir Syakilla mengerucut karena kesal. Tak pelak Fatih menjadi semakin slaah tingkah dibuatnya, bagaimana tidak jika saat ini di depannya ada seorang gadis cantik yang tengah merajuk. Ekspresinya sangat lucu dan menggemaskan, bahkan ingin sekali rasanya ia mencubit gemas pipi Syakilla yang menggembung. “Baiklah. Bisa aku minta kontakmu? Mungkin setelah ini kita bisa bertemu lagi untuk sekedar ngobrol dan ngopi.” “Maaf. Tapi aku tidak bisa memberi celah untuk modus lelaki,” tolak Syakilla. “Untuk apa kau ngelakuin itu? Kalau pada dasarnya aku tahu kalau kamu bukan tipe gadis yang mudah untuk ditakhlukkan.” Syakilla diam sesaat dan memperhatikan iris coklat madu Fatih, mencoba untuk menyelami pemikiran lelaki itu. “Ku tanya sekali lagi. Bisa nggak, Killa?” tanya Fatih sekali lagi sebelum menyesap cappuccino panas yang sudah tidak lagi panas, untuk sekedar menetralkan suasana. Ditatapnya Syakilla yang masih diam dan nampak berpikir. Wajahnya terlalu antusias ketika gadis ini mulai membuka mulutnya untuk bicara. “Nanti kalau jodoh pasti kita akan bertemu lagi. Tidak perlu nomor ponselku, kalau Allah mau pasti kita akan bertemu lagi,” jawaban Syakilla barusan sukses membuat Fatih membisu.  Jodoh? Bagaimana bisa? Dia belum berpikir sampai sejauh itu, walaupun usianya telah mencapai 30 tahun. Tidak sedikit pun ia memikirkan tentang pernikahan.  Jodoh ya? Wah... Benar-benar gadis yang lucu.  Sempat ia berpikir sejenak, sebelum suara lembut Syakilla menginterupsi. Ia hanya mampu menatap wajah manis gadis lucu di depannya. Entah sejak kapan? Fatih memberikan cap gadis lucu untuk Syakilla.  “Aku duluan, Mas Fatih. Temanku sudah menunggu di luar,” Syakilla pamit sebelum meninggalkan Fatih yang masih menatapnya tanpa putus. Entah apa yang ada di pikirkannya, yang jelas gadis itu benar-benar membuatnya terpesona. Meninggalkan Fatih yang masih terpesona padanya, di luar sana Syakilla sudah berpelukan manja dengan sahabatnya. Sahabat yang mungkin sudah jadi sahabat sebelum mereka terlahir ke dunia, karena persahabatan kedua orang tua mereka.  “Noura cewek komik kok lama banget ya?” tanya gadis berjilbab yang tidak lain adalah sahabatnya. “Tadi nungguin kamu lama banget, ya sudah aku ngopi dulu sambil baca novel.” “Seru banget ya novelnya?” “Lumayan, tapi lebih seru lelaki yang tadi duduk di depanku.” Seketika itu juga Nabila menghentikan langkahnya, ia memilih untuk bertanya tentang ucapan sahbatnya tadi. Tapi dasarnya Syakilla, ia sama sekali tidak merasa terintimidasi oleh tatapan sahabatnya. “Jadi seperti apa dia?” tanya Nabila penasaran. “Tampan,” jawab Syakilla datar. “Apa lagi?” tanyanya lagi dengan kening yang sudah bertaut. “Keren.” “Terus?” Nabila semakin penasaran dengan lelaki yang menemani Syakilla di café. “Bule.” Setelahnya yang terjadi adalah wajah Nabila semakin menunjukkan bahwa ia penasaran dengan lelaki yang diceritakan sahabatnya. Ia menyenggol lengan Syakilla sembari menggoda gadis berwajah Timur Tengah itu. “Jadi tukeran kontak nggak, Ra?” Gadis berwajah mungil bernama Nabila itu masih terus berusaha untuk mengorek informasi dari sahabatnya yang memiliki gelar, “The Queen of Broken Heart” ini. Syakilla hanya tersenyum dan tidak terlalu menanggapi pertanyaan Nabila, hingga akhirnya gelengan kepala berhasil membuat Nabila menghembuskan nafas lelah. “Kenapa? Kamu aneh! Bisa saja dia jodohmu, Ra. Kamu buang kesempatan emas,” decak Nabila kesal. “Lebih tepatnya aku yang nggak mau ngasih dia.” “APA???” suara Nabila berhasil membuat mereka menjadi pusat perhatian saart ini. “Parah! Kamu bikin malu deh, Bil,” decak Syakilla kesal sembari berjalan meninggalkan sahabatnya. “Maaf, Ra. Ya aneh saja sih kamu, kan lagi cari suami seperti yang Abi kamu mau. Tapi diminta tukar kontak malah nggak mau. Lucu kamu nih,” Syakilla hanya menatap datar sahabatnya. Setelahnya mereka kembali berbincang tidak tentu aras sembari menyusuri Mall, untung saja Syakilla berhasil mengalihkan pembicaraan. Kalau tidak Nabila akan terus memprovokasinya atas tindakan mengabaikan Fatih. Terlalu asik berbincang membuat kedua sahabat itu tidak sadar jika sejak tadi ada seorang lelaki yang tersenyum melihat interaksi mereka. Ya! Lelaki itu adalah Fatih Ahmed Demirci, yang sejak tadi tidak bisa menghentikan rasa penasarannya atas Syakilla. “Gadis lucu. Killa, mungkinkah kita berjumpa lagi? Dan soal jodoh itu, mungkin aku bisa memikirkannya.” Senyum manis menghias wajah tampan Fatih, membuatnya semakin jadi perhatian kaum hawa.  Beberapa jam setelah pertemuan mereka, Fatih masih memikirkan gadis berjilbab tersebut. Sedari tadi ia tersenyum memandangi foto Syakilla yang diambil secara diam-diam dengan ponselnya. Dering ponsel memecah pikirannya yang sedari tadi tertuju pada gadis lucunya. Mommy♥ Fatih segera menjawab panggilan setelah melihat nama yang tertera pada layar panggilan. “Assalamu’allaikum, Mom. Ada apa?” “Wa’allaikum sallam. Memang tidak boleh Mom telepon kamu ya?” “Tidak ada masalah, tentu boleh.” “Oh iya, kamu kapan pulang, Nak?” “Mungkin Kamis atau Jumat depan, Mom. Selesai urusan di sini Fatih janji langsung pulang.” “Baguslah kalau begitu. Mom mau kenalin kamu sama Ameera anak sahabat Mom. Mungkin kalian bisa berjodoh, kasihan Abba kamu sudah pengen nimang cucu katanya.” “Ha??? Mom yang benar saja dong? Berasa nggak laku nih Fatih.” “Nunggu kamu bawa calon sendiri itu seperti nunggu laki-laki hamil dan melahirkan tahu nggak?” “Wah Mom parah. Mana ada laki-laki hamil dan melahirkan.” “Tuh kamu tahu kan. Makanya mau deh sama anak teman Mom, baik kok orangnya. Setahu Mom yaa... Tapi nggak tahu deh.” “Tuh kan Mom saja nggak yakin. Sudah bilangin saja ke Abba kalau Fatih punya calon jodoh.” “Seriusan kamu, Nak? Siapa namanya? Orang mana? Kerja? Atau masih kuliah? Cantik nggak? Pintar nggak dia? Mudahan solehah ya, biar kamu jadi anak yang soleh. Soalnya Mommy sama Abba kamu sudah capek mau bikin kamu tobat, tapi gagal terus.” Fatih menjauhkan sedikit ponsel dari telinganya saat mendengar rentetan pertanyaan Ibunya yang diselingi curhatan. “Nanti kalau dia sudah mau sama Fatih,” kekeh Fatih tertahan. “Ha? Maksudnya dia nolak kamu gitu? Kurang apa anaknya Mommy ini? Padahal kan kamu ganteng, bule gitu. Sukses juga sudah. Bikin perempuan yang lain mabok sudah, walaupun kamu ujung-ujungnya mabok juga. Aah iya Mom ingat, kamu kurang soleh, Nak. Makanya jadi anak soleh dong, jadi calon jodoh kamu mau.” Pembicaraan Ibunya mulai tak tentu arah lagi, seperti biasa dan hal itu membuat Fatih berdecak kesal. “Fatih harus jadi anaknya Pak Soleh dulu gitu maksudnya ya, Mom?” Fatih terkekeh geli menanggapi kecerewetan Ibunya. Pelak saja hal itu memancing kemarahan dari wanita cerewet macam Ibunya. “Mom bilangin Abba ya kalau kamu mau diadopsi sama Pak Soleh. Lihat saja, pasti Abba marah tuh sama kamu. Ya sudah Mom mau cek PR-nya adik kamu dulu. Jangan lupa bawa itu calon jodohmu. Assalamu’allaikum.” “Salam sama Abba dan adik-adik, Mom. Wa’allaikum sallam.” Fatih merebahkan tubuhnya di ranjang berukuran king size di kamar hotel tempatnya menginap. Matanya menatap langit-langit kamar, memikirkan semua yang dia ucapkan pada sang Ibu. Jodoh? Seyakin itukah aku dengan gadis lucu? Sampai berani bilang ke Mommy kalau dia calon jodohku. Allah pertemukan kita lagi nggak ya, Killa?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD