Bab 3

2289 Words
Sejuknya udara pagi ini menyapa tubuh liat seorang lelaki tampan yang masih terlelap di balik selimut tebal. Netra coklat madu itu perlahan menampakkan kilaunya, beberapa kali Fatih mengerjapkan mata dan melihat jam tangan di atas nakas. Lelaki itu menyandarkan tubuh pada kepala ranjang, meregangkan otot-ototnya yang sedikit kaku setelah bangun tidur. Setelahnya ia memutuskan untuk bangkit dari ranjang dan mengambil handuk yang tersampir di pinggiran ranjang, bergegas memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini akan menjadi cukup melelahkan untuk Fatih, karena ia harus melakukan rapat penting dengan perusahaan plat merah. Membahas kerja sama proyek pengolahan minyak dan gas di wilayah Kalimantan. Rencananya setelah mandi ia akan melakukan sarapan di restoran hotel sembari memeriksa materi rapat yang telah disiapkan oleh asisten pribadi merangkap Wakil Direktur di perusahaannya. “Pagi, Bro! Ngelamun saja kerjaan lo, masih pagi juga.” Fatih tersadar dari lamunannya ketika tepukan Donny pada bahunya. Sejak tadi ia hanya mengaduk-aduk sup sampai dingin, entah pikiran dan jiwanya tengah berada di mana. Diliriknya lelaki tampan berwajah oriental yang kini tengah mengambil tempat duduk di depannya. Kali ini Fatih sudah menyuapkan sesendok sup ke dalam mulut, pikiran dan jiwanya sudah kembali ke tempat di mana ia berada saat ini. “Ngelamunin apa? Gue rasa bukan soal rapat entar, karena semua materi untuk presentasi sudah beres.” “Gue nggak ngelamun, Bro.” “Ooh mungkin minus mata gue nambah kali, ya? Jadi salah lihat deh kalau lo lagi ngelamun,” Donny terkekeh geli melihat sahabat sekaligus atasannya ini sedang berusaha untuk berkilah, dan jelas sekali terlihat di wajah tampan Fatih. Lelaki berdarah Turki itu menyesap Americano panas yang baru saja disajikan untuknya. “Kemaren gue ketemu cewek,” ujarnya memecah keheningan. “Cewek mana? Kan lo jalan ke Mall, pasti banyak cewek lah di sana.” “b**o lo dasar. Maksud gue itu cewek yang bisa bikin gue mikirin dia,” geram Fatih tertahan. “Oh ngomong dong. Emang cewek mana? Pernah kenal sebelumnya?" “Sepertinya orang asli sini, ya walau wajahnya seperti orang Arab atau India Pakistan gitu.” “Wah nyantol ya?” “Boro...” “Kenapa? Ditolak diawal, Bro? Ya ampun nggak nyangka gue seorang Fatih yang kharismatik ini ditolak cewek,” ejek Donny. “Bisa biasa saja kagak lo? Gue minta nomor dia tapi nggak dikasih.” “Wow... She must be an amazing girl,” Donny berdecak kagum mendengar penuturan Fatih. “Alasan dia nggak ngasih katanya kalau jodoh entar Allah ketemuin lagi. Jadi nggak perlu kontak dia, kan skak mat gue, Bro,” Fatih terlihat cukup frustasi memikirkan gadis berjilbab yang ditemuinya kemarin. “Jodoh? Unik juga. Biasa cewek-cewek di luar sana pada berebut kontak lo,” kekeh Donny geli melihat wajah frustasi sahabatnya. “Itulah. Dan parahnya semalem nyokap telepon bilang mau jodohin gue.” “Hah? Jangan bilang lo tolak terus bilang sudah punya calon sendiri?” Fatih tidak menjawab dan hanya diam hingga akhirnya mengangguk pelan sebagai jawaban. “Wah parah lo, Bro. Lo kan nggak tahu siapa dia? Terus bilang dia calon lo ke nyokap lo yang sorry to say nih ya, cerewet,” ucap Donny penuh penekanan di akhir kalimatnya. “Sembarangan lo ngatain nyokap gue. Tapi gue ngerasa yakin banget kalau dia jodoh gue.” “Lo kebanyakan nonton sinetron, Bro. Sudah aah siap-siap untuk rapat, jangan sampai pikiran lo nggak fokus karena cewek,” sembari berlalu Donny menepuk bahu Fatih yang masih menyesap Americano yang jadi favoritenya untuk mengawali pagi. Sepanjang perjalanan menuju Kantor Regional perusahaan plat merah tersebut, mereka tidak banyak bicara. Fatih masih menikmati pemandangan jalan kota yang lengang, suasana, udara dan tata kotanya yang bersih dan rapi benar-benar membuatnya merasa nyaman. Syakilla... Nama yang manis seperti orangnya. Tapi mungkin perasaan ini hanya karena penasaran dan tidak lebih. Fatih berusaha meyakinkan diri sebelum menyadari bahwa mobil yang dikendarai Donny telah berada di depan sebuah bangunan bergaya colonial Belanda. Perlahan ia turun dari mobil, disusul Donny yang kini berjalan berdampingan dengannya. Ia menghirup dalam udara segar yang tidak bisa didapatkan saat berada di Ibu Kota. Bahkan ia bisa dengan jelas menyium aroma laut yang khas do hidung bangirnya. Kini keduanya telah berada di lobby gedung, menemui resepsionis untuk mengkonfirmasi kehadiran mereka. Setelah memastikan jika perusahaannya terdapat di dalam daftar perusahaan yang akan melakukan rapat dengan Kepala Regional perusahaan plat merah ini, kini mereka telah berada di salah satu ruang rapat. “Selamat pagi, Bapak-Bapak. Maaf menunggu lama...” Fatih mendongak ketika mendengar suara yang ia kenal dan sangat ingin ia dengar kembali. Ia langsung menghentikan aktifitasnya merundingkan mengenai materi rapat hari ini dengan Donny dan kini ia hanya terpaku menatap gadis cantik berjilbab merah muda di depannya. “Maaf menginterupsi dan perkenalkan, saya Syakilla, Asisten Pribadi Kepala Regional, Pak Anwar Prayogo. Mohon maaf untuk menunggu sebentar lagi, karena saat ini Pak Anwar masih ada rapat lain.” Lelaki tampan itu masih terpaku, bahkan ia tidak tahu harus berkata apa sampai Donny buka suara untuk memperkenalkan diri mereka. “Selamat pagi, Ibu Syakilla. Perkenalkan saya Donny Suryanata selaku Asisten Mr. Fatih Ahmed Demirci, Direktur Utama Horison Corp.” Perkenalan singkat tadi sudah berhasil membuat ketiganya larut dalam pembicaraan mengenai proyek yang akan dilangsungkan nanti. Selagi Syakilla dan Donny serius mebahas mengenai kerja sama yang terjalin antara kedua perusahaan, berbanding terbalik dengan Direktur Utama Horison Corp. netra coklat madunya sejak tadi tidak putus menatap wajah teduh Syakilla, bahkan semakin serius wajah gadis itu, ia akan semakin serius juga memperhatikannya. Sampai akhirnya Donny memutus tatapan Fatih dengan cara menyenggol kakinya di bawah meja. Fatih tersenyum ketika mendengar Syakilla selesai menjabarkan rencana proyek mereka. Fatih hanya tersenyum ketika mendengan Syakilla selesai menjabarkan rencana proyek. Senyum manis terbit di bibir tipis gadis cantik yang sjeak tadi sadar kalau ia diperhatikan. Bahkan senyuman itu pula yang berhasil membuat Fatih semakin terpesona. “Jadi bagaimana, Mr. Fatih? Tidak lama lagi Pak Anwar akan datang dengan beberapa Manager yang menangani proyek ini.” “Penjelasnya baik dan cukup mudah untuk dipahami. Terima kasih...” “Kalau begitu, Mr. Fatih dan Pak Donny bisa tunggu sebentar, saya akan siapkan beberapa dokumen lain yang mungkin akan dibutuhkan Pak Anwar.” “Silakan, Bu Syakilla...” Donny merespon ucapan Syakilla yang kini telah menghilang di balik pintu besar ruang rapat. Ia memandang remeh Fatih yang sudah jelas tidak fokus sepanjang Syakilla menjelaskan segala prosedur dan rencana proyek mereka. “Bro!” sentak Donny pada Fatih yang masih menatap pintu tempat Syakilla menghilang. “Apa?” Fatih memalingkan wajahnya menatap Donny yang terlihat kesal. “Gue tahu tuh cewek cantik, tapi nggak perlu juga lo lihatin dia sampai segitunya. Dia sadar banget kalau lo perhatiin dari tadi,” cecar Donny pada Fatih yang kini tersenyum senang. “Bodo lah, Bro. Tolong mata dikondisikan sata dia masuk, jangan sampai bikin kondisi rapat nanti canggung dan fokus lo buyar di depan Pimpinan perusahaan ini,” Donny mencoba untuk memperingatkan Fatih yang hanya mengangguk-anggukkan kepala. “Hmmm... Gue tahu. Ternyata kita jodoh,” senyum merekah di wajah tampan Fatih saat menggumamkan kalimatnya yang bisa didengar Donny dengan jelas. “Jodoh pala lo... Semua cewek saja lo bilang calon jodoh. Capek gue! Kalau lo bukan boss gue, ogah banget deket sama lo,” Donny memutar bola matanya malas. “Seriusan. Dia sendiri yang bilang kalau jodoh pasti ketemu lagi. Kalo Allah mau pasti bisa. See? Kita ketemu lagi, Killa...” “Maksud lo? Dia cewek yang tadi pagi lo ceritain? Yang kemaren nolak ngasih kontaknya dan bilang kalau kalian jodoh pasti ketemu lagi?” Fatih hanya menjawab dengan anggukan kepala, seketika itu juga kagum dengan sosok Syakilla. Bahkan sejak Syakilla memperkenalkan diri tadi, penampilan dan cara bicaranya yang sederhana. Kalau begini pantas saja Fatih terpesona dan ingin Syakilla dalam hidupnya. Kini mereka telah fokus membahas mengenai proyek yang akan datang setelah Pak Anwar dan beberapa Manager lainnya datang. Kali ini Fatih sudah benar-benar fokus pada pekerjaannya, walau ada Syakilla di depannya saat ini. sesekali ia kedapatan mencuri pandang ke arah gadis itu, namun secepat itu juga ia memfokuskan diri pada presentasi dari pihak rekanannya kali ini. Hingga tidak terasa jam dinding di atas layar proyektor telah menunjukkan pukul 12, dan itu waktunya untuk istirahat dan rapat pun berakhir untuk hari ini. “Terima kasih, Pak Anwar dan jajaran managemen untuk rapat hari ini,” ucap Fatih ramah. “Sama-sama, Mr. Fatih dan Pak Donny. Semoga proyek ini berjalan dengan baik dan lancar sampai akhir,” ucap Pak Anwar ramah smebari menjabat tangan Fatih dan Donny bergantian. “Dan untuk Bu Syakilla, terima kasih atas penjelasannya di awal tadi, saya terkesan,” ucap Fatih sembari menangkup kedua tangannya di depan d**a karena tahu jika Syakilla akan menolak uluran tangannya. “Syakilla adalah asisten terbaik yang pernah saya miliki, Mr. Fatih. Usianya masih muda dan bisa bekerja di sini setelah melewati proses panjang yang sangat ketat. Sejauh ini dia belum pernah mengecewakan saya dalam hal pekerjaan,” puji Pak Anwar. “Terima kasih, Pak. Saya hanya melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur saja,” ucap Syakilla tersipu malu karena dipuji di depan banyak orang. “Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Saya sudah memesan tempat yang katanya itu restoran seafood terbaik di Balikpapan,” ajak Fatih menyudahi basa-basi di antara mereka. Kini mereka berada di salah satu restoran seafood yang terletak di pinggir laut untuk makan siang. Angin laut bertiup cukup kencang walau udara panasnya cukup menyengat, tidak membuat pengunjung restoran merasa tidak nyaman. Bukan hanya tempatnya yang strategis berada di tengah kota, ekstetika restoran yang selalu ramai ini juga jadi faktor pendukung. Terlebih lagi makanan yang disajikan sungguh nikmat dan menggugah selera. “Silakan dipesan, jangan sungkan. Saya dengar kepitingnya sangat enak ya?” Fatih beramah tamah pada mereka dan tentunya Syakilla yang masih duduk manis tepat di depannya. “Benar, Pak Fatih. Masakan kepiting di sini sangat enak dan Balikpapan terkenal dengan masakan kepitingnya. Bukan begitu, Sya?” “A-aah iya, Pak. Olahan kepiting juga selalu jadi oleh-oleh andalan dari Kota Balikpapan selain Mantau, Peyek atau Amplang Kepiting,” Syakilla sedikit tergagap karena bertemu tatap dengan Fatih yang tersenyum manis padanya. Membuat bibirnya tanpa sadar mengerucut karena kesal ditatap Fatih sejak tadi. “Terima kasih informasinya, Killa. Sepertinya saya memang harus membeli beberapa olahan kepiting saat kembali ke Jakarta.” Killa? Tanpa sadar Fatih mengucapkan panggilan yang dia berikan hanya untuk gadis lucunya. Mereka yang hadir pun menatap heran Fatih, karena biasa orang-orang di kantor akan memanggilnya ‘Sya’ atau ‘Syakilla’. “Apa Pak Fatih telah mengenal Syakilla sebelum ini? Maaf pertanyaan saya sedikit pribadi,” Pak Anwar nampaknya penasaran dengan hubungan mereka. “I-itu, Pak...” Syakilla coba untuk menjelaskan sebelum kata-katanya dipotong oleh Fatih. “Sebenarnya saya sudah mengenal Killa, yang Bapak panggil dengan sebutan ‘Sya’ ini. Dan kami akan menikah dalam waktu dekat,” jawab Fatih pasti dan tegas. Syakilla dan beberapa manager yang tengah menyecap minumannya langsung tersedak, saat mendengar pernyataan dari bibir tipis Fatih. Donny pun dibuat terkejut sampai harus membulatkan matanya maksimal nyaris melompat keluar. Sedangkan Pak Anwar masih menampakkan wajah datar dan biasa saja. Maklum saja, lelaki berusia lima puluhan itu pembawaannya tenang. “Alhamdulillah. Akhirnya jodohmu ketemu, Sya. Saya harap kalian bisa saling melengkapi,” ucap Pak Anwar yang hanya dibalas senyuman oleh Syakilla, karena jujur saja ia masih bingung dengan semua ini. Gadis cantik itu memilih untuk meninggalkan meja tempat perjamuan makan siang ini setelah menerima ucapan selamat dari mereka yang berada di sana. Ia memilih untuk menghirup udara hangat di pinggir laut, bersandar pada pagar yang menjadi pembatas restoran dengan lautan. Ia menatap beberapa kapal yang tengah berlayar dengan tatapan kosong, sampai ia mendengar suara baritone seseorang yang menjadi alasannya untuk keluar. “Apa kamu marah? Kenapa keluar?” tanya Fatih yang membuat Syakilla membuaka matanya yang sebelumnya terpejam untuk sesaat. Gadis itu hanya diam, samai saat Fatih kembali mengajukan pertanyaan padanya. “Kalau tidak marah, lantas kenapa diam dan pergi?” Syakilla berbalik dari posisi tubuhnya yang sebelumnya menghadap ke lautan, kini telah membelakangi lautan dan melirik Fatih sekilas. “Aku bingung, kamu bicara seperti itu. Kenal kamu pun tidak? Cinta? Apalagi!” Syakilla menarik nafas kasar, membuat Fatih sadar bahwa dia elah membuat gadis lucunya merasa tidak nyaman. “Maaf. Tapi kemarin kamu bilang kalau kita bertemu lagi itu artinya jodoh. Dan Allah menginginkannya kan? Untuk kita berjodoh.” Tanpa sadar senyum mengembang di bibir Syakilla ketika mendengar pernyataan polos Fatih. Ia tidak menyangka jika ucapannya kemarin ditanggapi Fatih dengan serius, matanya kini berbinar dan semakin membuat Fatih terpesona. “Aku percaya jika tidak ada kata kebetulan bagi Allah. Semua sudah terencana, termasuk pertemuan kita. Kamu belum mencintaiku, Killa, aku pun sama. Tapi kita bisa belajar untuk saling mencintai setelah pernikahan kita.” Entah malaikat apa yang sedang merasuki Fatih, karena sebelumnya ia tidak pernah tertarik dengan sebuah komitmen berkedok pernikahan. Tapi saat bertemu Syakilla, ia mampu untuk meruntuhkan semua pemikirannya tentang hal itu. “Baiklah. Ajak orang tuamu bertemu orang tuaku, karena aku tidak ingin terjebak janji semu seorang lelaki, lagi…” sambungnya dalam hati. Netra coklat madu itu berbinar bahagia setelah mendengar ucapan Syakilla, kini keduanya memutuskan untuk kembali melanjutkan makan siang. Sesekali Pak Anwar nampak menggoda Syakilla yang nampak malu-malu setelah pengumuman pernikahannya dengan Fatih. Sedang Fatih menatap Donny dengan senyum kemenangan khasnya. Donny hanya menggeleng pelan melihat tingkah sahabat sekaligus bossnya. Bagaimana tidak, hanya 2 kali bertemu saja Fatih sudah bertekuk lutut pada pesona Syakilla. Bagaimana dengan nasib gadis-gadis Fatih di luar sana, yang masih menunggu untuk diperkenalkan ke publik. Beginilah kalau playboy jatuh cinta, bisa kacau semuanya. Tanpa pikir panjang dan langsung terkam mangsanya. Semoga Syakilla benar-benar yang terakhir untuknya. Donny hanya menggumam dalam hati, sesekali melempar senyum pada mereka yang masih menikmati hidangan santap siang. Meninggalkan Fatih yang masih menatap terpesona pada Syakilla yang terus menunduk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD