"Sekarang ceritakan apa yang kau sembunyikan dari masa lalu kita, Rafe. Semuanya. Jangan sampai ada yang terlewat," kata Isabelle tegas, mencoba untuk mengintimidasi Rafael dengan tatapannya. Sekarang ia menguasai kursi kebesaran Rafael. Satu-satunya kursi di ruang kerja Rafael yang bisa mengintimidasi lawan bicaranya. Isabelle merasa sangat berkuasa sekarang. Ia hampir tertawa dalam hati melihat Rafael memasang raut wajah cemas. "Isabelle, Sayang. Kenapa harus di sini?" tanya Rafael ragu. "Kenapa tidak pindah ke sofa saja?" "Tidak. Aku lebih suka di sini. Kau harus memulainya sekarang, Rafe. Atau tidak sama sekali," ancamnya. Ia menunduk dan meneliti kukunya satu persatu. Menolak untuk melihat wajah Rafael yang terlihat sangat menggemaskan. 'Rasakan kau, Rafe. Salah sendiri pernah me