Istri Kontrak

592 Words
Alanis; Istri Kontrak Menjadi istri dari keluarga kaya raya tidak menjamin sebuah kebahagiaan. Apa ya, statusku memang hanya seorang istri kontrak. Seluruh kebutuhanku telah dipenuhi Damanik Ringga-suamiku. Tanpa harus memintanya lebih dulu apa saja yang kubutuhkan, laki-laki itu telah menyiapkannya tanpa kuduga-duga. Bila kalian tahu imbalan apa yang kuminta jika aku bersedia menjadi istri kontraknya, mungkin saja kalian akan mengataiku tidak waras. Seharusnya aku menggunakan kesempatan ini agar cepat kaya, kan? Ringga selalu menyombongkan soal kekayaannya, kepintarannya, seberapa dia berkuasa. Bahkan, kedua adik laki-lakinya tidak berani membantah semua perkataannya. "Selain tempat tinggal dan makan nasi sehari tiga kali, nggak ada lagi yang kamu minta?" tanya Ringga padaku kala itu. Aku menggeleng. "Nggak ada." Jangan pernah kira Ringga akan merasa takjub setelah mendengar keinginanku itu. Kalau kalian pikir dia akan kagum padaku karena tidak meminta sesuatu yang mewah, buang semua itu. Justru sebaliknya, "Kamu meragukan kekayaan saya?" Oh, astaga. Ya Tuhan. Selain tempat tinggal dan makan, tidak ada hal lain yang kuinginkan. Aku hanya membutuhkan tempat untuk berteduh, melindungi diri dari panasnya matahari, serta hawa dingin di kala hujan turun. Aku juga membutuhkan makanan untuk cacing di dalam perutku setiap kali kelaparan dan tidak akan berhenti menerorku sampai kuberi makan. Sangat mudah permintaanku, kan? Lalu, kenapa Ringga malah marah-marah dan menuduhku meragukan kekayaannya, ya? "Mbak Alanis..." Kupandangi wajahku dari pantulan cermin. Sebuah panggilan di ambang pintu membuatku segera tersadar kemudian membalikkan badan. Di situ, muncul Dani-salah satu pelayan perempuan yang usianya tidak jauh beda denganku. "Ada apa?" tanyaku. "Dipanggil sama Mas Ringga." Dani menunjukkan ibu jarinya ke arah ruang kerja suamiku. Aku mengangguk mengerti. "Iya, Makasih, Dan." Dani undur diri setelah aku mengatakan terima kasih pada gadis itu. Kututup pintu kamarku sebelum kutinggal menemui Ringga di ruang kerjanya. Dalam hati aku bertanya-tanya, ada apa laki-laki itu memanggilku? Tidak biasanya. Ringga adalah orang yang gila bekerja. Tidak cukup menyibukkan dirinya di hotel, Ringga masih saja bergelut dengan pekerjaan ketika di rumah. "Masuk!" seru Ringga dari dalam ruang kerjanya. Setelah mengetuk pintunya beberapa kali dan mendapatkan izin masuk, kubuka pintu ruang kerjanya kemudian kulangkahkan kakiku mendekati mejanya. "Ada apa?" Ringga tidak segera menjawab. Laki-laki itu menarik lacinya dan mengeluarkan sesuatu. "Untuk kamu." Diletakkannya sebuah kotak di atas meja. Mataku memandangnya samar-samar, setelah kuperhatikan baik-baik, ternyata Ringga memberiku ponsel mahal keluaran terbaru dari salah satu merek terkenal. "Aku nggak tahu di zaman modern ini masih ada orang kayak kamu," cibir Ringga. "Memangnya, aku kenapa?" tanyaku, bingung. "Aku pusing setiap kali mau menghubungi kamu. Kalau terjadi sesuatu yang penting dan itu berhubungan sama kita, kamu mau tanggung jawab?" omelnya. "Jadi intinya?" tembakku langsung. Ringga menghela napas sesaat. "Itu HP untuk kamu. Supaya aku gampang menghubungi kalau ada sesuatu," kata Ringga, kemudian menambahkan. "Dan satu lagi, nggak boleh ada kontak orang lain selain nomor aku di HP itu. Ngerti?" Ingin sekali aku melempar kotak ponsel baruku setelah mendengar kata-katanya. Apa gunanya dia memberiku ponsel mahal kalau tidak boleh menyimpan nomor kontak orang lain selain dirinya? Kupikir benda ini tidak akan berguna juga. Kalau dia ingin menghubungiku selama dia mau, dia bisa menelpon nomor di rumah ini. Tidak perlu memberiku ponsel! "Keluar," perintahnya seraya menggerakkan satu jarinya menunjuk pintu. Tanpa memandangku pula. Manusia seperti Ringga tidak akan bisa kulawan selain menuruti semua perintahnya. Selain karena dia memberiku tempat tinggal dan makan, laki-laki itu memiliki mulut pedas luar biasa. Karena itulah aku sempat berpikir, ah... mungkin saja ini alasannya mencari istri kontrak. Lagi pula, perempuan mana yang mau dengan laki-laki seperti Ringga? Aku rasa, perempuan itu akan menderita dan akan mati mengenaskan di rumah bak istana ini! To be continue--- 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD