bc

Skandal Rahasia Suamiku

book_age18+
6.8K
FOLLOW
39.0K
READ
murder
revenge
love-triangle
sex
goodgirl
brave
illness
secrets
affair
polygamy
like
intro-logo
Blurb

Kunjungan dari sang adik ipar berujung petaka. Risti, seorang istri dari pria bernama Bayu, harus menerima perlakuan tak baik dari adik iparnya yang bernama Lia. Lia memang tinggal terpisah dengan mereka, tetapi hari itu dia datang untuk berlibur ke rumah sang kakak.

Lia memberikan jamu kepada Risti sebagai oleh-oleh dari rumahnya, hingga membuat Risti jatuh terlelap seperti orang pingsan sehabis meminum oleh-oleh dari adik iparnya. Risti pun digotong oleh sang suami ke kamar tidur mereka. Setelah terlelap untuk beberapa saat, tiba-tiba Risti mendengarkan sebuah suara aneh dari kamar sebelah yang ditempati oleh iparnya. Suara itu lambat laun semakin jelas di telinga Risti. Seperti rintihan yang datang dari mulut Lia. Saat Risti hendak bangun dan membuka mata, samar-samar dia lihat tak ada suaminya yang bernama Bayu di sisi Risti. Risti semakin bertambah kaget ketika tubuhnya sulit untuk digerakan. Kedua matanya pun kian berat dan akhirnya Risti terlelap lagi hingga pukul sepuluh pagi keesokan harinya.

Kini, Risti menaruh kecurigaan kepada suami dan adik iparnya. Dia mulai berpikir, suara apa yang dia dengar tadi malam? Lantas, ke mana perginya Bayu saat Risti tengah terlelap seorang diri di kamar. Adakah yang tengah dirahasiakan oleh Lia maupun Bayu dari sosok Risti?

Baca keseruan ceritanya hanya di Innovel/Dreame.

chap-preview
Free preview
Bab 1: Suara di Kamar Sebelah
“Ris, kamar sebelah sudah dibersihkan belum? Lia soalnya sejam lagi sampai.” Perintah Mas Bayu membuatku berpaling dari wajan berisi gulai kepala ikan. Kutoleh wajah suamiku. Terlihat resah mimiknya.              “Sudah, Mas.” Kujawab dengan senyum. Padahal, sebenarnya hatiku agak dongkol. Sudah lebih dari lima kali dia mengingatkan untuk membereskan kamar tamu yang berada di sebelah kamar kami.              “Alat mandinya sudah kamu taruh juga, kan?”              “Sudah, Sayang. Pasta dan sikat gigi, sabun cair, dan puff-nya. Semua sudah siap.” Nadaku sudah agak sengak. Seharian ini aku hanya direpotkan oleh permintaan Mas Bayu. Demi adik semata wayangnya yang akan berlibur di rumah kami. Lia namanya.              “Kamu jangan cemberut gitu, dong. Kan, udah aku kasih lebihan belanja.” Mas Bayu mengedipkan sebelah matanya. Pria yang berdiri di ambang pintu penghubung antara dapur dengan ruang makan tersebut lalu kabur.              “Alah, cuma dilebihin seratus ribu pun!” gerutuku.              Entah mengapa, aku tak pernah suka apabila Lia datang ke mari. Ada saja yang akan membuatku repot. Harus membereskan kamarlah, harus masak makanan kesukaannyalah. Belum lagi menuruti request lain seperti minta dipasangkan sprei warna merah atau sabun cair aroma rose. Sudah dua kali dia datang ke rumah kami sejak aku dan Mas Bayu menikah enam bulan lalu. Berarti, kalau dia jadi datang hari ini, total sudah tiga kali. Apa dia punya waktu luang sebanyak itu? Kan, dia harus kuliah. Jarak sini dengan rumah orangtua Mas Bayu juga lumayan. Ditempuh dengan perjalanan darat empat jam lamanya. Kurang kerjaan, pikirku. ***              “Mas Bayu! Aaa aku kangen!” Lia memeluk erat tubuh Mas Bayu saat kami menjemputnya ke terminal bus. Perempuan yang mengenakan dress selutut berwarna putih dengan motif bunga-bunga itu tampak menggelayut manja di tubuh suamiku. Aku muak melihatnya. Dia sudah dewasa, apa perlu semenempel itu pada kakak laki-lakinya.              “Sayang, aku juga kangen. Gimana kabarmu? Sehat?” Mas Bayu mencuil dagu lancip perempuan berambut lurus panjang itu. Adegan yang cukup membikinku gerah.              “Kangen banget, Mas. Mas, di rumah udah siap kan, gule kepala ikannya?”              Deg! Enak sekali dia bertanya begitu. Seperti punya pembantu yang siap melayani segala inginnya saja!              “Sudah, dong. Mbak Risti sudah masak yang enak-enak buatmu. Kita pesta malam ini!” Mas Bayu lalu merangkul Lia. Membawa perempuan itu menuju parkiran. Aku cukup tersentak. Bisa-bisanya mereka melewatiku! Bahkan Lia tak berbasa-basi. Sekadar menoleh dan bertanya kabar pun tidak. Yang benar saja?!              “Mas,” tegurku sambil menjawil bahu suamiku.              Lelaki itu menoleh. Agak dingin tatapannya. “Ya?”              “Nggak. Nggak jadi!” dengusku dongkol.              Suamiku malah berpaling. Semakin mengeratkan rangkulannya pada sang adik. Aku sukses dicuekin oleh keduanya. Sungguh menyebalkan! ***              Tepat pukul 17.50 kami tiba di rumah. Lia dengan santainya melenggang kangkung ke arah ruang makan. Sama sekali tak berbasa-basi kepadaku sedikit pun. Aku kesal. Namun, apa daya. Dia kesayangannya Mas Bayu. Mana mungkin aku melarang atau menegurnya.              “Wanginya udah keciuman dari depan! Aaa enak banget, nih!” Gadis berkulit langsat dengan tubuh ramping itu segera menyibak tudung saji. Aku yang tengah dilanda kesal, hanya bisa memperhatikannya sambil melipat tangan di depan d**a. Kapan kira-kira anak ini pulang? Baru datang saja sudah bikin gerah!              “Mbak, ayo makan!” serunya sambil duduk di kursi.              Giliran makan, dia baru mau menegurku.              “Mau Magriban dulu,” ucapku acuh tak acuh sambil hendak balik badan.              “Alah, makan dulu, Mbak. Salatnya ntar aja. Aku udah laper.”              Kupingku merah mendengarnya. Dasar nggak ngerti agama!              “Duluan aja.” Aku mlengos. Berjalan ke depan hendak masuk ke kamar menyusul Mas Bayu. Dia sudah duluan masuk ke kamar setibanya dari rumah. Katanya mau mandi. Aneh. Seingatku, sore jam 15.00 tadi sudah mandi. Ngapain sih, pakai acara mandi berulang kali? Nggak takut masuk angin?              “Mbak, sebentar! Aku bawa oleh-oleh. Bikinan Mama, nih. Jamu penyubur.” Terdengar bunyi ritsleting tas yang dibuka. Aku terpaksa menoleh. Lia sudah mengacungkan sebuah botol plastik dengan tutup bundar hitam di atasnya. Botol berisi cairan jamu berwarna kuning pekat itu dia acung-acungkan ke udara. “Enak, lho, Mbak.”              Aku pun berjalan mendekat. Menyambar botol tersebut. Sengaja tak kuucapkan terima kasih padanya. Aku pergi meninggalkan Lia seorang diri saking jengkelnya. Memangnya, cuma kamu yang bisa bikin orang naik darah? Aku juga bisa! ***              “Hoam!” Aku menguap setelah makan malam selesai. Sisa jamu oleh-oleh Lia yang kubawa ke meja makan kuteguk habis. Memang enak jamu bikinan mertuaku. Rasanya nikmat di lidah. Namun, anehnya mataku terasa makin berat saja. Tak biasanya jam segini sudah terasa mengantuk luar biasa.              “Ris, kamu ngantuk?” tanya Mas Bayu.              “Iya,” jawabku sambil menoleh ke samping.              “Tidurlah. Kamu pasti capek. Seharian nyiapin semuanya, kan? Kasihan.” Mas Bayu memijat pundakku. Enak sekali. Mataku sampai pengen merem rasanya.              “Ah, masih awal,” kataku sambil menguap lebar lagi.              “Tidurlah, Mbak. Biar aku yang beresin semua. Nggak apa-apa.” Lia tersenyum. Gadis manja itu cekatan mengumpulkan piring-piring kotor. Cepat dia membawanya ke dapur belakang buat dicuci. Tumben sekali, pikirku.              “Nggak apa-apa emangnya?” tanyaku pada Mas Bayu. Takutnya, dia malah marah gara-gara aku tidur awal dan membiarkan adik kesayangannya itu beres-beres segala.              “Iya, Sayang. Nggak apa-apa.”              Mas Bayu pun bangkit. Dia menuntun tanganku untuk menuju kamar. Entah mengapa, mataku kian berat saja. Ketika tiba di atas tempat tidur, tanpa sadar mataku telah terlelap. Astaga, kenapa aku jadi pelor begini? ***              Sebuah suara berisik membuat mataku tiba-tiba terbuka sedikit. Namun, kepalaku berat sekali. Suara itu lambat laun semakin menusuk telinga. Membuatku merinding luar biasa.              “Umm … jangan, Mas!” Terdengar seperti rintih dan erangan kecil. Membuatku sontak ingin terbangun, tetapi sulit sekali tubuh ini bergerak. Mataku pun berat untuk sekadar membuka.              Susah payah aku menoleh ke samping. Mencari-cari di mana Mas Bayu berada. Sementara itu, desah di kamar sebelah semakin kentara saja terdengar.              Nihil. Sosok Mas Bayu tak ada di sampingku. Aku gemetar hebat. Ingin sekali tubuhku untuk bangkit. Namun, sial. Mataku terkatup lagi dan ragaku seperti dipaksa untuk kembali terlelap.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
95.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook