Jawaban ibu tak begitu ku respon, karena aku tak ingin mendengar penjelasan dari satu pihak saja, akupun menelepon Kania, meminta penjelasan darinya mengapa tiba-tiba ibu bisa berubah pikiran, adakah sesuatu hal yang ia lakukan hingga membuat ibu membencinya? Dan adakah yang disembunyikannya selama ini padaku? Dengan tutur kata lembut, Kania dapat meyakinkanku, berkata bahwa hal itu bukan masalah serius, beberapa kali ia bilang jika ibu hanya salah paham saja padanya. Dan, aku mempercayai ucapan Kania. Aku yakin ibu hanya salah paham, seperti yang diucapkan Kania. Begitu mendapat cuti, dari Surabaya aku langsung terbang ke Jakarta. Sebuah kejutan dari ibu membuatku tak bisa berkata apa apa. "Ibu ingin kau berkenalan dengan anak sahabat ibu, Bayu. Namanya Alina, ibu yakin ia akan menja

