Chapter 1

3125 Words
Kalian tahu cerita cinderella? Itu lho cerita tentang seorang gadis yatim piatu yang menemukan jodoh lewat bantuan seorang peri yang mengubahnya menjadi putri cantik dan juga memberinya sepasang sepatu kaca yang indah. Pasti pada tahu kan!?. Atau cerita tentang seorang putri tidur yang mendapatkan cinta sejatinya lewat sebuah ciuman manis dari pangeran yang nanti akan membuatnya terbangun..!? Aaahhh...! Jika itu beneran ada, pasti akan sangat menyenangkan. Suatu saat nanti, aku yakin aku akan bisa merasakan salah satu kisah dari mereka. Eh! Tapi tunggu dulu...!! Kalau tentang yang satu ini, kalian percaya nggak? 'Cinta Pada Pandangan Pertama.' Apa rasanya seperti deg-degan? Tersipu? Salting? Jika iya, itu artinya aku sudah mengalami sindrom itu. Sindrom Love At First Sight.! ***** Agnes September Arion, seorang gadis ceria yang sudah menginjak bangku SMA kelas dua semester dua itu mempunyai paras yang manis dan dagu yang sedikit lancip. Matanya bulat besar dengan bulu mata yang melentik serta hidung yang tak terlalu mancung tapi tak juga terlalu pesek. Bibir Agnes cukup tipis dan di atas bibirnya jika diperhatikan secara lebih detail, di sana ada satu tahilalat yang membuat bibir itu terlihat sangat manis. Gadis dengan tinggi badan 156 cm itu terlihat sangat kecil jika dilihat secara kilat. Tapi jika dilihat secara jelasnya masih tetap pendek sih. Hahahahha. Bicara tentang Agnes, Gadis itu kini sekarang tengah menatap seorang cowok yang sedang berbincang-bincang dengan kakaknya Daniel. Di depan Daniel dan cowok itu juga ada dua orang perempuan yang satu berambut ikal sepinggang dan satunya lagi memiliki ramput yang tak terlalu panjang. Kira-kira sebahu. Pandangan mata Agnes tak pernah berhenti  menatap cowok berkulit pucat tersebut. Lihatlah, tatapan mata yang tajam dan menusuk itu  mampu menghipnotis Agnes untuk tak memalingkan wajahnya dari sang lelaki. Sesekali cowok itu tertawa dan hal itu semakin membuat Agnes terpesona karena ternyata lelaki itu memiliki senyum goa. Kalian tahu senyum goa? Itu lho, senyum yang akan menampakan semua giginya saat dia tertawa. Jika di beri contoh, kalian bisa lihat pada Xiumin EXO dan Suga BTS. Mereka kalau tersenyum, barisan gigi depan sampai gigi belakang akan terlihat semuanya. Agnes memegang dadanya saat dia merasakan sebuah debaran kencang. Apalagi setiap melihat mata cowok itu. Debarannya akan terasa semakin kuat. "Kenapa ini? Kenapa jantungku berdetak semakin cepat? Aaaaaa, Mommyyyyyy...!" rengek Agnes sembari menghentak-hentakkan kakinya sehingga menimbulkan suara yang cukup bisa mengganggu kegiatan mengobrol empat orang tersebut. "Agnes?" Hentakan kaki Agnes terhenti seketika saat sebuah suara terdengar di telinganya. "Kamu ngapain?"  Daniel sang kakaklah yang memanggil. Agnes mendadak gugup dan susah bicara. "Eh? Ng..nggak. Nggak ngapa-ngapain. Hahahh! Kenapa kak?" jujur, Agnes terlihat sangat canggung. Bahkan Daniel yang hanya bertanya seperti itu saja sudah membuat otaknya error seketika. "Trus ngapain tadi rentak rentak kaki sambil megang d**a?" Agnes diam sesaat. Otaknya kini tengah mencerna jawaban apa yang sebaiknya dia berikan pada Daniel. "Aahhh ini hmmm, Agnes lagi latihan nari kak..! Iya..! latihan nari. " Jawaban macam apa itu? -rutuk Agnes membatin sendiri. Ingin sekali dia memukul kepalanya saat ini juga, tapi bukannya khawatir, empat orang di sana pasti akan langsung mengatainya gila. Bisa-bisa akan muncul Headline “Tiada angin tiada topan, Agnes memukul kepalanya dengan kencang”. Kan nggak lucu. "He? Ada gitu latihan nari kayak begituan? udah kayak orang stress kakak Liat..!" Agnes mencibir kesal mendengar ucapan kakak tertampannya itu. Daniel sialaaaan!  awas saja kau nanti Kak...! Agnes menatap Daniel kesal. Sebisa mungkin gadis itu mencoba bersikap tenang walaupun sedari tadi dia tak mampu untuk bersikap baik-baik saja. "Ada....! Tadi kan Agnes coba...!" jawabnya agak kesal. Daniel hanya bisa geleng-geleng kepala. "Adek Lo lucu Dan.! hahahah" celoteh Amanda membuat Agnes sedikit meringis. Lucu dari mana? Sarap mah iya..! rabun kali ya mata temennya kakak gue...! Agnes termenung di tempatnya tanpa berniat pergi ataupun mendekat sampai seruan sang kakak membuyarkan lamunannya. "Sini!" panggil Daniel. Walaupun awalnya gadis itu ragu untuk mendekat, tapi secara perlahan akhirnya Agnes sampai juga di tempat kakaknya duduk. "Ada apa kak?" tanya Agnes pada Daniel. "Kenalin teman-teman kakak! Yang ini Amanda, yang rambut ikal ini Angel dan cowok yang tak lebih tampan dari kakak ini namanya Iqbal." ucap Daniel sambil Menunjuk satu persatu temannya. Iqbal hanya mendengus mendengar cara Daniel memperkenalkannya. Ah! Jadi namanya Iqbal. tapi, apaan-apaan itu kak Daniel? Lebih tampan darinya? Mimpi aja kamu kak.. "apaan sih kak!? kalau PeDe itu nggak usah keterlaluan.!!" Ejek Agnes. Daniel seketika cemberut mendengar ucapan Agnes. Angel dan Amanda juga tertawa tapi yang mereka tertawakan adalah Agnes yang mengatai Daniel kepedean. Sedangkan Iqbal, jangan ditanya. Cowok itu mana bisa terusik. Iqbal justru semakin asik dengan ponselnya. "Adek Lo pintar Dan.! Tau aja dia mana yang fakta dan mana yang hoax. Wkwkwkw!"  Daniel lagi-lagi mendengus sebal. Malas meladeni kakaknya dan kedua perempuan itu, Agnes memilih melirik Iqbal yang masih belum terusik. "Hey kak Namaku Agnes. Nama kakak siapa?" keheningan langsung terjadi begitu saja saat Agnes menyodorkan tangannya ke depan Iqbal. Cukup lama Iqbal tak merespon sampai akhirnya lelaki itu menjawab dengan seadanya. "Iqbal." jawabnya singkat tanpa perlu menjabat balik tangan Agnes. Hah? Gitu doang? Gue dianggurin? Nggak pernah dalam sejarah seorang Agnes dianggurin cowok. "Kalau orang ajak salaman, ajak kenalan, jawab balik dong kak.!" ucap Agnes dengan wajah yang dibuat buat kesal. Iqbal menatap Agnes sembari mengangkat satu alisnya. "Apa hak Lo maksa gue!?" "Nggak ada. Aku cuma mau salaman aja sama kakak." jawab Agnes tanpa menurunkan tangannya. "Dasar sarap!" Agnes yang kesal langsung berjongkok seketika, merebut ponsel Iqbal dan meraih tangan cowok itu untuk dia salami. "Aku Agnes...!" ucapnya ulang yang kali ini dengan suara yang agak meninggi. suasana menjadi mencekam saat Iqbal menatap Aqnes tajam. Agnes melepaskan jabatan tangannya dan dilanjutkan dengan menyalami Amanda dan Angel. "Lain kali, kalau di ajak salaman itu harus mau. Nanti kalau jodohnya sama aku gimana? Masih nggak mau megang tangan aku?" Daniel nyaris tergelak begitupun Amanda dan Angel. Mereka cukup kaget melihat respon Agnes ketika melihat sikap dinginnya Iqbal. Bagi mereka, Baru kali ini mereka melihat ada cewek yang berani sama Iqbal. Anak SMA lagi. Di kampus, Iqbal termasuk salah satu cowok yang susah di sentuh. yang dekat sama Iqbal juga tak seberapa, salah satunya Daniel dan Amanda. Kalau Angel, gadis itu memang sepupuan sama Iqbal dan sudah dari kecil hidup bersama lelaki es tersebut. "Waaahh Gila! baru kali ini ada yang berani sama Lo Bal. Adeknya Daniel pula." Amanda mencoba berbicara tapi tak ada yang merespon satupun. Mereka lebih sibuk fokus pada Iqbal dan Agnes yang kini tengah saling lihat lihatan tapi dengan ekspresi yang berbeda. Iqbal tengah menatap Agnes dengan tatapan yang syarat akan benci. Sedangkan Agnes? gadis itu kini tengah menatap Iqbal dengan tatapan yang berbunga-bunga bahkan pipi Agnes sudah merona merah. "Udah udah! Sampai kapan kalian bakal liat-liatan kayak gitu... Kalau mau saling ungkapkan cinta jangan di depan gue. Sana cari tempat jauh.!” Bentak Daniel. "Yeeee, bilang aja kakak iri kan? Kakak kan jomblo ngenes.!" celetuk Agnes yang langsung kabur menuju kamarnya. Setekita suara ledakan tawa terdengar sangat keras dari arah ruang TV. "Agnesss.!" teriak Daniel ditengah-tengah ledakan tawa Amanda dan Angel. Sedangkan Iqbal malah menatap tajam adik sahabatnya itu. Sesampainya di kamar, Agnes langsung melirik tangannya yang tadi menggenggam tangan Iqbal.  "Sepertinya kamu nggak akan aku cuci malam ini tangan.!" ucap Agnes sembari berbicara pada tangannya sendiri. Gadis itu mencium telapak tangannya bolak balik. Tangan yang tadi iya gunakan untuk bersalaman dengan Iqbal. Saking senangnya Agnes sampai melompat-lompat di sana ranjang untuk merayakan kebahagiaan dan perayaan cinta pada pandangan pertama yang gadis itu tengah rasakan. ***** Berkat si cewek gila yang ditemuinya di rumah Daniel tadi, mood baiknya Iqbal menjadi lenyap tak bersisa. Bahkan Angel sudah mencoba menghibur sepupunya tersebut tapi tetap tak mempan. Gini ni kalau Iqbal lagi Badmood. Susah banget balikinnya. "Masih mikirin Agnes?" tanya Angel saat mereka sudah di mobil hendak pulang. Iqbal seketika melotot saat mendengar pertanyaan Angel padanya. Apa? Mikirin siapa? Agnes? Cewek barbar itu? Nggak akan. "Ogah! Amit-amit!!" "Jangan gituuu. Ntar jodoh beneran baru tahu rasa." "Apa nggak ada doa yang lebih baik untukku hari ini?" tanya Iqbal ketus. "Itu udah doa terbaik yang kupunya untukmu tokeeeek.!" "Itu sebuah sumpahan kalau menurut aku Ngel..." "Wuiiidiiihh.! Hati-hati Om kalau ngomong. Ntar jodoh beneran baru tahu rasa kamu...!" "Bisa ganti topik pembicaraan?" ciiihh! Iqbal selalu saja begitu. Kalau udah masuk ke topik yang tak dia sukai, lelaki itu pasti akan sebisa mungkin mengelak. “Mau bahas topik apaan?” "Apa saja! asalkan jangan gadis barbar itu. Mending Nami kemama-mana!?” Angel seketika melirik tajam pada sepupu tampannya tersebut. Tak ingin membahas lebih lanjut, Angel hanya menutupnya dengan helaan nafas dalam. "Haaaah.! Nami lagi Nami lagi." Iqbal melirik ke sampingnya. Dia tahu kalau Angel tak menyukai Nami. “kenapa sih kamu tu benci banget sama Nami? hah?” Karena ada sesuatu tentang Nami yang kamu nggak tahu dan sesuatu itulah yang membuatku membencinya Bal. Tentu saja ucapan itu hanya Angel lontarkan sampai batas tenggorokannya. Angel seketika lebih memilih melihat ke arah luar jendela menikmati pemandangan malam. Menyisakan kesunyian dengan Iqbal yang fokus dengan menyetirnya. ****** Semenjak pertemuan Iqbal dan Agnes sebulan yang lalu dirumah gadis itu. Iqbal mulai tak bisa hidup tenang. Pasalnya sudah sebulan ini setiap Weekend Agnes pasti akan berkunjung ke rumahnya. Alasannya sih untuk bertemu Angel. Tapi Iqbal tak penah percaya itu. Seperti saat ini, Iqbal harus lagi-lagi pasrah melihat wajah Agnes yang berputar ke sana kemari di rumahnya. "Bisa diam nggak sih Lo?!!" bentak Iqbal yang langsung membuat Agnes terlonjak kaget. Saat itu Angel juga tengah sibuk membuat kue di dapur. Melihat kedua orang yang selalu saja bertengkar saat bertemu itu membuat Angel hanya bisa geleng-geleng kepala. Kalian tahu penyebab Iqbal yang selalu marah hari ini pada Agnes?  Karena Agnes yang selalu berputar kesana-kemari sembari terus menyapa Iqbal. Hay kak Iqbal? Hay calon Imam? Hay? Hay? Hay. Hal itulah yang menjadi pokok utamanya. Mungkin karena Iqbal saat itu juga tengah asik menonton TV. "Nggak bisa..! Kakak itu udah dingin kayak kulkas. Kalau aku dingin dan diam juga kayak kakak, bisa-bisa jadi kuburan ini rumah." jawab Agnes sekenanya membuat Angel yang sedang memixer bahan langsung tergelak. "Ck! Sialan.." "Jangan nyumpahin Agnes kak, ntar cinta Lho..." celetuk Agnes dengan wajah polosnya. "Nah tuh! Dengerin! Jangan nyumpahin sembarangan, ntar cinta.! wkwkwwk!"  celetuk Angel mengompori. "Amit amit..." ketus Iqbal "Yakiiiiiiinnnn.? Nanti kalau kakak beneran cinta gimana?" tanya Agnes lagi. "Gak bakal..." "Kalau iya gimana?" "Aaaaa berisik banget sih Lo!! Bisa diam nggak..!?" "Kan udah Agnes bilangin. Kalau Agnes ikutan diam, rumah ini pasti bakal kayak kuburan...!" Iqbal benar-benar jengah. Lelaki itu akhirnya memutuskan memilih untuk meninggalkan ruangan TV dan berlalu keluar begitu saja. "Mau kemana?" tanya Agnes menyusul Iqbal keluar. Bukannya menjawab, Iqbal justru memilih masuk ke dalam mobilnya. "Cepat pulang ya calon Imaaaam! Aku lagi bikin kue soalnya." Jika Agnes saat itu berdiri dekat dengan Iqbal, sudah dipastikan gadis itu akan mendengar sumpah serapahnya lelaki itu untuknya. Tapi untungnya tidak. Setelah keluar dari rumah, di sinilah Iqbal sekarang. Di sebuah cafe yang tak jauh dari kampusnya. Lelaki itu memilih menghubungi Daniel untuk melepas gusarnya. "Adek Lo bisa di depak nggak dari rumah gue..!?" gerutu Iqbal pada Daniel yang kini sedang asik menyeruput kopi yang tadi sudah dipesannya. "Depak sendiri...! Jangankan Lo, gue aja kesusahan sama petakilannya Agnes. Jadi kalau lo bisa, lakuin sendiri." jawab Daniel cuek. "Aaaagggg..! bisa gila gue lama-lama." gusar Iqbal. Lelaki itu tampak semakin kusut dengan kembali mengacak rambutnya yang sudah tak berbentuk. Tak peduli dengan orang-orang yang akan menertawainya. "Iqbal?" Iqbal seketika menoleh kebelakang saat suara seseorang memanggil namanya. "Nami?" "Kamu ngapain di sini? Ada kegiatan weekend di kampus?" tanya gadis yang bernama Nami itu. “rambut kamu kenapa berantakan?” tanya Nami yang kini sudah mendekat ke meja Iqbal dan Daniel lalu mendudukkan dirinya di kursi sebelah Iqbal. "Hai Dan.!" sapanya yang hanya dibalas anggukan sama Daniel. "Nggak lagi ngapa-ngapain kok.! Cuma pengen duduk aja bareng Daniel di sini.! Kalau kamu ngapain di sini? Libur kan?" "Iya sih libur. Tapi tadi ada rapat bentar di organisasi. Hehhehe..! Eh, aku ganggu nggak nih?" "Nggak kok. Santai aja..! Justru aku suka kamu di sini." "Gue yang nggak suka Nami di sini." Bantah Daniel. Iqbal langsung melotot tajam pada lelaki itu. "Maksud Lo?.” "Gue nggak suka Lo anggurin..! Kan dedek juga pengen berduaan bareng babang Iqbal." ucap Daniel yang langsung ditatap ngeri oleh lelaki tersebut. Jangankan Iqbal, dia sendiripun juga jijik dengan ucapannya sendiri.  Dia hanya mencoba menggunakan cara Agnes jika merajuk. Kalian tahu adik kecil Daniel yang satu itu? Dia akan menggunakan cara ‘bujuk manjahhh’  jika keinginannya tak dipenuhi. "Sialan Lo...! Gue normal Woi..!" ucap Iqbal geli. "Lo pikir gue suka 'fleshdisk'. Gue masih suka colokan 'fleshdisk' kali." istilah itu hanya Daniel dan Iqbal yang tahu. Alhasil Nami yang mendengarnya hanya cengo terdiam saat melihat kedua lelaki di hadapannya ini saling tertawa geli. Setelahnya, hanya obrolan singkat yang terjadi diantara Iqbal, Nami dan Daniel. Sementara itu di kediaman Iqbal, Agnes masih sibuk dengan kegiatannya. "Kak Angel, kak Iqbal sukanya apa.?” Tanya Agnes.  Kini kedua gadis itu tengah menata meja makan. "Iqbal sukanya--, apa ya?  Dia gak suka makanan atau minuman yang terlalu manis aja sih. Tapi suka s**u. Iqbal juga gak suka hujan. Katanya sih hujan bikin basah." Agnes tersedak minumannya sendiri saat mendengar pernyataan Angel yang paling terakhir, tentang seorang Iqbal yang tak menyukai hujan dengan alasan yang sangat memalukan kalau menurut Agnes. "Heee??? Lah iya kali bagi kak Iqbal hujan nggak bikin basah.. Aneh aneh aja." "Itu dia! aneh kan? Itulah uniknya Iqbal, hehehe. Tapi ngomong-ngomong!? Kamu kayaknya suka sama Iqbal ya?" Agnes yang sedang asik membersihkan bajunya yang basah, seketika melongo tak percaya. "Kakak tahu dari mana?" sungguh Angel ingin tergelak saat melihat wajah terkejut dari gadis di depannya ini. "Keliatan dari wajah kamu, hahahaha....!" "Keliatan banget ya kak?" ucapnya polos. Angel mengangguk mengiyakan. "Itu biasa Agnes. Perasaan suka kan relatif. Kita boleh suka dan jatuh cinta pada siapa saja termasuk kamu sama Iqbal." "Tapi kayaknya kak Iqbal benci banget deh sama aku kak.” "Nggak kok! Itu perasaan kamu aja." "Tapi kak, kak Iqbal suka marah marah sama aku..." "Karena dia belum kenal kamu.." Apa Agnes nanti bisa deket sama kak Iqbal...?!" "Ya! Kalau kamu nggak nyerah, kakak yakin bisa kok.! Semangat aja!.”Ucap Angel menyemangati gadis tersebut.  Senyum manis seketika mengembang di bibir Agnes. "Agnes bakalan usaha. Kak Iqbal kan calon imam Agnes, heheheeh!" Angel tersenyum saat jawaban polos itu keluar mengalir begitu saja dari bibir Agnes. "Ya udah kak, udah sore juga Agnes pulang dulu ya, Takut kemaleman. Lagian tadi kak Daniel pesan Agnes harus pulang cepat." Melihat Agnes yang hendak berlalu mengambil tasnya segera ditahan oleh Angel cepat. "Eh jangaaan! sini aja dulu! Nanti biar kakak yang anterin pulang. Kamu udah capek-capek bantuin masak, masa nggak ikut makan. Lagian bentar lagi om sama tante pulang." Agnes sedikit berpikir untuk menerima atau menolak ajakan Angel. Ngomong-ngomong soal orang tua Iqbal, Agnes juga sudah mengenal mereka. Mereka orang yang sangat ramah menurut penglihatan Agnes. Beda sama anaknya yang super jutek itu. Suara mobil terdengar memasuki pekarangan rumah. Mengusik kedua gadis itu untuk mengintip keluar, khususnya Agnes. Gadis itu bahkan sudah berlari mengejar keluar. "Kak Iqbaaall...!" teriak gadis itu yang langsung membuat Iqbal kaget. "YAAA!!!" Iqbal mengusap dadanya karena terkejut. Tapi setelah itu Agnes yang dibuat mengurut d**a karena bentakan lelaki tersebut. "Kenapa kakak bentak Aqnes....!" "Jelangkung ya Lo?" "Iiiihh..! kak Iqbal kenapa sih marah-marah mulu...!?" “Nggak bisa gue baik sama Lo!” “kenapa nggak? Agnes salah apa sih sama kakak...!?” "Banyak! Lo pikir aja sendiri apa salah Lo!" Agnes seketika cemberut saat Iqbal sudah masuk melewatinya. Dengan kesal, Agnes seketika mengejar Iqbal dan langsung berhamburan ke atas punggung lelaki itu, mengaitkan tangannya pada leher Iqbal membuat Iqbal nyaris terjengkak ke belakang. "AGNES...!! uhuk uhuk..." "Habis kakak jahat..! Kakak anggurin Agnes terus..!. " “Lepasin nggak!” “nggak! Maaf dulu..” Iqbal memejamkan matanya karena emosi. Tanpa sadar lelaki itu langsung mengumpat kasar. “b******k!” bentaknya. Seketika Agnes yang tadinya masih bergelayut di punggung Iqbal langsung turun setelah mendengar umpatan lelaki tersebut. "Iqbal kenapa sih kamu bentak bentak dia gitu...? ngomong sama cewek tu dijaga.” Angel terusik dengan pertengkaran dua manusia itu dan memutuskan untuk keluar melihat keadaan. "Kapan sih Ngel kamu bisa usir ni cewek gila..." "Iqbal jangan ngomong gitu..! Nanti kecantol Lo." goda Angel membuat Iqbal mendelik kesal.  Sedangkan Agnes, gadis itu langsung tersipu malu. "Iya kak Iqbal, jangan ngomong gitu, nanti..." "Diem Lo!" Agnes langsung menutup mulutnya saat Iqbal kembali membentaknya. "Isshhh.. Jadi cowo nggak ada ramah-ramahnya deh ni orang.." "Itu Lo tahu.." "Kak Iqbal!!" "Bisa cabut nggak Lo dari rumah gue.." "Nggak bisa... Kak Angel minta Agnes buat makan malam di sini, weeekk!" Iqbal seketika menatap Angel yang langsung diangguki oleh gadis itu. Iqbal mengacak rambutnya gusar. Kalau terus seperti ini, dia yakin sebentar lagi kejiwaannya akan butuh psikiater. "Serah Lo deh..!" "Yeeeeee....! Kakak mau makan apa? Biar Agnes sediain? Hitung hitung Agnes sekalian belajar jadi calon istri kakak.." BYUUURR Iqbal seketika tersedak saat lelaki itu tengah meneguk minuman yang tadi diambilnya di meja makan. "Hahahahha. lucu banget sih kamu Agnes. Iyain nih Bal, gemes Lo bisa punya istri lucu begini." Iqbal seketika menatap Angel dan Agnes bergantian dengan tatapan horor. Kenal dengan Agnes saja tak pernah ada dalam catatan hidupnya, apalagi menikahi gadis petakilan satu ini. Mimpi apa Mami waktu ngelahirin dia sampai sampai dijodohkan Tuhan sama cewek manja ini. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Acara makan malampun sudah selesai. Walaupun dibumbui bentakan kesal dari Iqbal karena Agnes yang terus saja mengoceh. "Papi dan mami Mertua, Agnes pulang dulu ya.." lagi-lagi Iqbal bergidik ngeri mendengar panggilan Agnes pada kedua orang tuanya. Bukan kali ini saja Iqbal mendengar Agnes memanggil kedua orang tuanya dengan ucapan seperti itu. Sedangkan papi dan maminya justru malah tersenyum gemas mendengar Agnes memanggil mereka seperti itu. "Iya sayang. Tapi kamu pulang sama siapa?" tanya Amira maminya Iqbal. "Sama Kak Angel Mami mertua.." "Eh? Kok kakak? Nggak ada deh perasaan kakak mau nganterin kamu.." tolak Angel membuat Agnes melotot. "Tapi tadi...." "Sama Iqbal aja tante..!" celetuk Angel yang langsung ditolak mentah mentah oleh lelaki itu. "Kenapa aku? Nggak..! Siapa yang nyuruh dia ke sini? Kenapa sekarang malah aku yang direpotkan.." "Iqbal!” ucap Papinya mengode Iqbal. "Nggak apa-apa Papi dan Mami mertua, Agnes bisa pulang sendiri.." sahut Agnes sambil terseyum. Kalau boleh jujur, ada rasa sedih di hatinya karena Iqbal yang menolak mengantarnya pulang. "Nggak ada cerita. Ini udah jam delapan malam. Bahaya sayang kamu pulang sendiri." Iqbal menatap maminya horor "Iqbal, anterin Agnes gi!" haaahh!! Benar kan... "Tapi Mi..." "Anterin atau mobil kamu mami tarik..." Iqbal mengernyit. Sambil mendengus dan terus menggerutu Iqbal segera masuk ke dalam kamarnya dan kembali lagi keluar dengan kunci mobil yang sudah ada dalam genggaman. "Buruan!" perintah Iqbal jutek. Agnes yang paham langsung menyalami papi dan mami Iqbal, dilanjutkan dengan menyalami Angel. "Semangat ya..!" bisik Angel yang membuat Agnes bingung.. Semangat untuk apa???
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD