Ikut Carla

1605 Words
Carla ternganga dengan ucapan Farfalla, dari awal ia sudah menduga jika gadis yang ada di depannya itu sedang ada masalah. Ia kemudian menghembuskan nafasnya, lalu bangkit dan membuang styrofoam bekas makannya ke tong sampah. “Kamu masih kecil, masih sekolah. Aku tidak bisa membawa mu ke sana,” ucap Carla kemudian. Farfalla tidak menanggapai ucapan Carla. Ia menghabiskan makannya sambil berfikir bagaimana cara yang pas untuk membujuk Carla supaya mau mengajaknya ke sana. Dari tadi malam, ia cukup bahagia berada di samping Carla. Ia tidak terfikir untuk kembali ke sekolah ataupun ke rumahnya. Farfalla ingin bebas, menjalani kehidupannya sendiri seperti yang di lakukan Carla. Ia ingin lepas dari bayang-bayang ibunya. Meskipun tinggal di kamar yang kecil ini, tidak masalah bagi Farfalla asalkan ia terhindar dari tatapan sinis orang sekitarnya. Farfalla telah lelah dengan semua itu, dan sekarang ia ingin bebas. * Sementara itu, di waktu yang sama dan tempat yang berbeda. Arinee berjalan mondar mandir di ruang tamu rumah mereka. Ia pulang ke rumah jam 4 pagi dan langsung membuatkan sarapan untuk Farfalla. Biasanya gadis itu jam 6 pagi sudah siap dan keluar kamar untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Salah Arinee juga karena ia terlalu bersemangat untuk menyiapkan sarapan kesukaan anaknya hingga lupa melihat Farfalla ke kamarnya. Pagi ini, Arinee pulang dengan hati yang bahagia karena ia bisa membawa pulang kekurangan uang SPP Farfalla. Arinee menggigit bibir bawahnya, ia tidak tau harus bertanya kepada siapa. Farfalla tidak memiliki ponsel untuk di hubungi, jadi ia tidak bisa menghubungi gadis itu dan bertanya keberadaannya. Arinee juga tidak tau siapa teman dekat Farfalla di sekolah, selama ini ia tidak pernah melihat Farfalla bermain dengan teman sebayanya. “Kamu dimana, La?” gumam Arinee. Tidak bisa dipungkiri jika ia sangat cemas memikirkan keberadaan Farfalla. Sudah lebih dua jam ia berjalan mondar mandir tanpa tau apa yang harus dilakukan. Salah Arinee sendiri karena selama ini ia tidak memiliki hubungan baik dengan tetangga, ia yang menutup diri, jadi ia juga tidak tau mesti bertanya kepada siapa. Arinee juga sudah berulangkali menghubungi Alamanda, meskipun ia tahu Alamanda juga tidak akan tau keberadaan Farfalla setidaknya ia bisa mendengarkan kekhawatiran Arinee hingga Arinee merasa bebannya sedikit berkurang. Namun wanita itu tidak mengangkat ponselnya, mungkin Alamanda masih tertidur karena mereka sama-sama pulang sewaktu matahari akan terbit. Arinee terduduk lemas di sofa ruang tamu, air mata mulai keluar dari sudut matanya. Ia tidak mampu lagi berfikir, kepalanya sudah penuh dengan pertanyaan dimana Farfalla, hatinya juga terasa sesak dan padat. Tangan kiri Arinee yang memegang ponsel terangkat lemah, wanita itu memencet deretan angka yang ia hafal di luar kepala. Deretan angka yang sebenarnya tidak ingin ia hubungi lagi. Kemudian dengan terpaksa ia memencet tombol dial supaya panggilan tersebut terhubung. “Farfalla hilang,” ucap Arinee setelah panggilan tersambung, dan orang yang di seberang sana sudah menjawab panggilannya. Arinee langsung mematikan sambungan telepon, ia terisak. Tangannya meremas baju, sambil memukul pelan dadanya. Sakit rasanya ketika ia sudah berjanji tidak akan menghubungi dia lagi tapi karena keadaan dia terpaksa dihubungi. * “Kamu yakin, gak mau pulang?” tanya Carla. Farfalla menggeleng kuat, ia sudah mantap dengan keputusannya. Ia tidak akan pulang. Jika sampai ia berubah pikiran dan pulang ke rumah, ia akan kembali ke kehidupan awalnya. Ia akan terus menerima tatapan sinis teman-temannya, ia akan terus dikucilkan dan ia akan terus merasa minder dan tidak percaya diri. Farfalla tidak mau itu kembali terjadi. “Tidak kak. Aku tetap mau di sini. Aku mohon, bawa aku bekerja di tempat kakak.” Farfalla menangkup kedua tangannya di d**a, memohon kepada Carla untuk meloloskan keinginannya. Entah mengapa, Farfalla merasa yakin dengan Carla. Hatinya langsung terikat dengan perempuan yang belum dua puluh empat jam ia kenal. Ia selama ini tidak pernah merasa diperhatikan seperti ini, selain oleh Arinee tentunya. Jadi ia merasa nyaman berada dekat Carla. “Kamu masih sekolah, La! Sayang jika kamu berhenti,” ucap Carla lirih. “Aku sudah tidak mau sekolah. Aku nanti bisa ambil Paket C jika ingin kuliah. Aku mohon Kak, bawa aku yaaa,” mohon Farfalla. Carla sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia sudah membujuk Farfalla untuk pulang, ia juga bersedia mengantarkan gadis itu ke rumahnya, dan ia juga sudah bilang pada Farfalla jika kapanpun Farfalla mau, gadis itu bisa bebas datang mengunjunginya. Namun sepertinya, semua bujukan Carla berakhir dengan sia-sia. Farfalla tetap pada keinginannya untuk tidak mau pulang dan ngotot ingin ikut bekerja bersama dirinya. “Baiklah, jika kamu tidak mau pulang.” Carla membuang nafasnya. “Tapi ... aku belum bisa membawamu ke tempat kerja. Nanti aku tanya bos ku dulu kalau-kalau mereka membutuhkan karyawan baru,” lanjut Carla. “Baik, terima kasih, Kak!” Farfalla tersenyum senang, Carla mengangguk. “Nanti kalau lapar, kamu bisa beli makanan di warung ujung sana. Aku gak pernah masak.” Carla menunjuk sebuah warteg yang terletak di ujung jalan. “Uangnya sudah aku tarok di meja, di samping televisi,” ujar Carla lagi. Carla kemudian berbalik dan melangkah ke depan, lalu langkahnya terhenti dan kembali berbalik menghadap Farfalla. “Kamu yakin di sini sendirian?” tanya Carla cemas. “Yakin,” jawab Farfalla mantap. “Kamu ikut aku saja, tapi janji jangan bosan ya! Aku kerja sampai jam 11 malam,” tawar Carla. Farfalla tersenyum senang mendengar tawaran tersebut, itulah yang ia inginkan. Ikut ke tempat kerja Carla. “Ayo!” ucapnya seraya mengunci pintu dan berlari mengejar Carla yang sudah duduk di atas sepeda motor. Carla melajukan motornya dengan kecepatan sedang di jalan raya. Sementara Farfalla duduk dengan riang di belakang Carla. Sudah lama Farfalla tidak merasakan bahagia seperti saat ini. Mungkin sudah hampir sepuluh tahun ia lupa dengan bahagia. Hari ini Farfalla bertekad akan memulai hidupnya yang baru, tanpa Arinee tentunya. “Kamu gak pernah naik motor?” Carla berteriak, ia menyesuaikan tinggi suara dengan hembusan angin yang menerpa mereka. “Gak pernah, Kak!” jawab Farfalla jujur. “Oh ya? Jadi kamu kalau kemana-mana naik apa?” tanya Carla penasaran. “Aku jika mau pergi dan pulang sekolah naik bis. Setelah itu, aku tidak pernah kemana-mana lagi.” “Benarkah?” “Iyaaa!” “Nanti aku akan bawa kamu jalan-jalan,” ucap Carla lagi. Farfalla mengangguk, tentu saja ia senang mendengar ucapan Carla. Begitu juga dengan Carla, ia turut senang melihat Farfalla bahagia. Carla tidak tau apa yang telah terjadi pada gadis itu. Saat ini ia hanya mengambil kesimpulan jika Farfalla butuh kebebasan, sama dengan yang ia rasakan lima tahun yang lalu. * “Di sini, Kak?” tanya Farfalla ketika Carla memelankan laju motor dan mencari tempat parkir di depan sebuah bangunan. Carla hanya diam dan tidak mau mengomentari ucapan Farfalla. Setelah ia menemukan space kosong untuk parkir sepeda motornya, ia lalu memberi kode pada Farfalla untuk segera turun. Farfalla turun seraya membuka helm yang ada di atas kepalanya, ia kemudian menyerahkan helm tersebut pada Carla setelah Carla membuka jok motor dan mengaitkan helm yang ia pakai. “Di sini Kakak kerja?” tanya Farfalla sekali lagi. “Di belakang ruko itu,” jawab Carla sembari menunjuk sebuah ruko yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. “Kenapa parkirnya di sini?” tanya Farfalla heran. “Iya, memang di sini tempat parkir kami,” jawab Carla. Gadis itu kemudian membimbing Farfalla supaya mengikutinya. Farfalla mengikuti langkah Carla, ia sempat melihat ke kiri dan kanan. Sejak ia duduk di bangku SMP dan mengetahui siapa sebenarnya Arinee, Farfalla sudah tidak pernah lagi keluar rumah. Ia terlalu malu untuk menampakkan wajah. Apalagi teman-teman SMP nya kala itu mentertawakan Farfalla dan memanggilnya dengan sebutan anak haram. Sejak saat itu, Farfalla mulai membenci mamanya hingga sekarang. “Kamu tunggu di sini sebentar, aku mau minta izin bos dulu.” Suara Carla membuyarkan lamunan Farfalla, gadis itu mengangguk dan tersenyum kecil. Lalu mengambil tempat untuk duduk di kursi plastik yang tersedia di depan pintu. Carla masuk ke dalam dan membiarkan Farfalla menunggu di luar. Sepuluh menit kemudian, “La, ayo!” panggil Carla. Carla mendorong rolling door hingga Farfalla bisa melihat bagian dalam ruangan tersebut. “ini tempat kerja ku,” ujar Carla. “Kafe, Kak?” tanya Farfalla. “Ya ... semacam itulah! Aku bertugas membersihkan ruangan ini sebelum di buka, semacam waitress,” sebut Carla. “Kamu bisa tunggu di sana, aku mau berberes-beres dulu.” Carla menunjuk sebuah kursi yang berada di sudut kafe. “Aku mau bantu Kakak bersih-bersih,” ujar Farfalla. Carla mengernyit, kemudian tersenyum lebar. “Ayo!” Carla lalu menyerahkan sapu ke tangan Farfalla, sementara ia sendiri memegang pengepel. Setelah selesai menyapu dan mengepel lantai, mereka sama-sama membersihkan kaca. Mereka berdua bekerja sambil tertawa, tanpa terasa pekerjaan yang biasanya bisa Carla selesaikan dalam waktu satu setengah jam bisa, sekarang selesai dalam waktu kurang dari satu jam. Tanpa sepengetahuan mereka berdua, ada seseorang di dalam sana yang memperhatikan Farfalla. Tadi Carla meminta izin kepadanya supaya memperbolehkan adiknya menunggu sampai ia selesai bekerja. Rudolf nama pria itu, ia pemilik kafe tempat Carla bekerja. Usiannya hampir empat puluh tahun, dan ia sangat suka dengan perempuan-perempuan cantik. Semua perempuan yang bekerja di kafe nya, sudah tau siapa Rudolf dan bagaimana sepak terjangnya pada perempuan. Alasan itulah sebenarnya yang membuat Carla ragu untuk membawa Farfalla, tapi ia juga sangsi meninggalkan gadis lugu itu di rumah sendirian. “Carla, dipanggil bos,” ucap Cindy. Salah satu barista yang bekerja di sana. Cindy sudah memakai seragamnya karena beberapa menit lagi kafe mereka akan di buka. “Kamu tunggu di sini sebentar, ya,” pinta Carla pada Farfalla. “Cin, titip adek gue ya,” ujarnya kemudian pada Cindy. “Ya elah, lu kayak mau pergi jauh aja,” jawab Cindy. “Nama lu sapa?” Cindy bertanya pada Farfalla ketika Carla sudah berlalu dari hadapannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD