I Believe You Chapter 05

1982 Words
Author pov   30 menit telah berlalu dan Leo masih setia berdiri didepan kamar apartement Evelyn akan tetapi tidak ada tanda-tanda sang pemilik akan membukakan pintu. Apa di jam segini dia masih tidur, pikir Leo. "Leo.." Sontak Leo berbalik dan menoleh ke arah sumber suara tersebut berasal. "Evelyn.." Sungguh Leo tidak percaya dengan seseorang yang berdiri didepannya saat ini, wajahnya pucat pakaiannya kusut, sepertinya dia habis menempuh perjalanan yang sangat jauh namun 1 hal yang membuat hatinya miris adalah melihatnya bertelanjang kaki. "Apa yang kau lakukan pagi-pagi disini, hah?" Merasa sangat terganggu dengan kahadiran Leo terlebih tidak suka memperlihatkan ketidakberdayaannya didepan siapapun termasuk sahabatnya sendiri. "Bersiaplah aku akan menunggumu dimobil, kita ada jadwal operasi pagi ini," Maafkan aku Leo bahkan akupun melupakan tugas dan tanggung jawabku sebagai seorang dokter, batin Evelyn penuh penyesalan. “Cepatlah bersiap kita tak memiliki banyak waktu,” Ada kemarahan dalam nada suaranya namun langkahnya seketika terhenti melihat Evelyn berjalan tertatih. Leo bergegas menghampiri dan memapahnya hingga Evelyn duduk disofa, posisi Leo berjongkok lalu meraih kaki pucat  Evelyn dan memeriksa lukanya. “Lukamu cukup parah,” Merasa dikasihani dan terlihat tak berdaya Evelyn menghempas tangan Leo kasar akan tetapi dengan penuh kelembutna Leo berkata. "Biar ku obati dulu luka dikakimu,"  Dengan penuh kelembutan membersihkan sisa-sisa kotoran dikaki pucat tersebut setelah itu mengoleskan salep. “Sakit?” Leo bertanya ketika Evelyn merintih kesakitan. Tak ada jawaban hanya tatapan kosong yang Evelyn tunjukkan. Perih, itulah yang dirasakan melihat kondisi gadis dihadapannya seperti tak ada gairah hidup. Leo menggenggam kedua tangannya mencoba memberinya kekuatan. "Menangislah sepuasmu.. Tapi berjanjilah ini untuk yang terakhir kalinya, laki-laki k*****t seperti dia tidak pantas kau tangisi.. Air matamu hanya pantas kau tumpahkan untuk kebahagiaanmu saja Evelyn bukan untuk kesedihan," Nada suaranya terdengar lembut sarat akan janji bahwa setelah kesakitan ini hanya akan ada kebahagiaan lalu menarik Evelyn ke dalam pelukan mengusap punggungnya dengan gerakan naik turun coba menyalurkan kedamaian disana. Evelyn tidak dapat lagi menyembunyikan kristal bening yang sedari tadi ingin tumpah. Seharian ini Leo memutuskan untuk menemani Evelyn namun terlebih dulu dia menghubungi pihak rumah sakit untuk mencarikan dokter pengganti karena dirinya berhalangan hadir. Meninggalkan Evelyn sendirian dalam kondisinya yang seperti sekarang ini bukanlah pilihan yang tepat mengingat kondisi gadis tersebut belum pulih. “Mau kemana?” Leo bertanya ketika mendapati Evelyn beranjak dari sofa. “Tentu saja bersiap dan tolong jangan menatapku seperti itu,” “Siapa yang memberimu ijin untuk pergi ke rumah sakit?” “Leo.. Please.. Jangan terlalu memanjakanku, aku tidak mau dokter-dokter lain berfikir kita ada hubungan spesial,” “Kalau iya apa kau keberatan Evelyn?” Mengunci tatapan Evelyn. “Bicaramu mulai ngelantur,” Meninggalkan Leo sendirian diruang tamu dan berjalan menuju kamarnya. 45 menit kemudian Evelyn sudah siap dengan pakaian rapi dan almamater kebanggaannya yang tersampir dilengannya. “Ayo berangkat,” Ajak Evelyn akan tetapi Leo hanya menatapnya dengan ekspresi yang tak terbaca. “Mulai hari ini kau dipecat,” “Apa? Aku dipe-cat..” Sejenak Evelyn tampak berfikir sebelum melanjutkan ucapannya. “Atas dasar apa kau memecatku Dr. Leo, bisa kau jelaskan? Jika penjelasanmu masuk akal akan dengan senang hati aku menerimanya akan tetapi bila alasan pemecatan sepihak ini karena ada campur tangan urusan pribadi kita maka-“ “Maka apa?” Tatapan Leo masih tanpa ekspresi sehingga Evelyn tidak tahu apakah saat ini Leo sedang marah atau tidak. “Tetap disini sampai kondisimu benar-benar sehat,” Menatap kaki Evelyn yang masih terbungkus perban. Mencengkeram handle pintu. “Jika kau tetap memaksa pergi bekerja maka hari ini juga secara sepihak aku akan mengakhiri kontrak kerjasama kita Dr. Evelyn,” Sebelum tubuhnya menghilang dibalik pintu suara dentuman keras terdengar karena Leo sengaja membanting pintu apartement Evelyn. Dasar pemaksa dia pikir aku takut dengan ancamannya. Akan tetapi Evelyn mengurungkan niatnya mengingat sahabatnya tersebut tidak pernah main-main dengan ancamannya.   ---   Inilah dunia bisnis tak ada kata ampun bagi lawan jika ingin bertahan Hanya ada 2 pilihan Dihancurkan oleh lawan Atau Menghancurkan lawan ---**---Ethan Morillo Vernandez---**---   ---   "Terimakasih Bashar kau membuat segalanya menjadi lebih mudah," Raut kemenangan terukir jelas diwajahnya yang terlihat semakin tampan. "Kurasa ucapan terimakasihmu lebih pantas untuk Lou..is," Seketika Bashar menghentikan kalimatnya menyadari mulutnya dengan lancang menyebut nama yang paling dibenci oleh Ethan. “Maksudmu?" Nada suaranya penuh penekanan dengan sorot mata tajam setajam pedang mengunci tatapan Bashar. Menyadari perubahan ekspresi Ethan, Bashar mulai bergidik ngeri tidak mampu membayangkan hukuman apa yang akan diterima akibat kesalahannya, dia tidak berani menatap mata elang yang menatapnya dengan tatapan membunuh.  “Jawab!” Suaranya menggelegar bagai iblis Lucifer akan tetapi tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Bashar. "s**t, kau.. Lancang!" Jari telunjuknya menunjuk tepat ke wajah Bashar. "Louis.." Geram Ethan, tangannya mengepal sorot matanya berubah gelap memandang pria separuh baya dihadapannya. -Bugh bugh bugh-   Ethan seperti kesetanan melampiaskan emosinya menghajar Bashar tanpa ampun, tangan kirinya menarik kerah leher sementara tangan satunya dipakai untuk membogem wajah Bashar berkali-kali sampai hidungnya patah. Pelipis, hidung dan mata sebelah kanan mengeluarkan banyak darah segar hingga wajahnya tak dapat dikenali. Sampai meregang nyawapun Bashar tidak berniat untuk membela diri karena percuma saja dia melawan kekuatannya tak sebanding. Namun satu hal yang dia yakini bahwa Ethan tidak akan semudah itu untuk melenyapkan nyawanya. Dengan nafas terengah yang masih dipenuhi emosi Ethan melempar tubuh Bashar ke hadapan 5 bodyguard bertubuh kekar yang berpakaian serba hitam, mereka sedang berjaga dibalik pintu. "Obati dia," Sorot matanya nyalang penuh amarah. Tanpa menunggu lama 5 bodyguard bertubuh kekar tersebut segera membawa Bashar keluar dari ruangannnya. Ruangan yang didesain sangat elegan itu kini telah hancur akibat ulahnya. Dia meraih jas yang tergantung dikursi kebesarannya lalu melenggang pergi, amarah masih menyelimutinya sehingga butuh pelampiasan. "Bereskan kekacauan didalam sana," Perintah Ethan pada sekretarisnya. Jeslyn adalah wanita berusia 35 tahun dia dulunya bekerja pada Louis Vernandez namun semenjak Ethan mendirikan perusahaan sendiri Louis meminta Jeslyn untuk menyelinap ke perusahaan Ethan dengan menjadi sekretarisnya agar bisa terus mengawasi perkembangan putra kesayangannya tersebut. Jeslyn merasa kasihan melihat perubahan sikap Ethan yang sekarang bukan lagi pribadi yang ramah dan hangat seperti yang dikenalnya beberapa tahun silam. Sikap Ethan telah berubah 180% menjadi sosok arogan, dingin bahkan tak tersentuh. Kenyataan pahit dalam hidupnya telah berhasil merubahnya menjadi manusia setengah iblis. Saat ini sang kegelapan yaitu jelmaan iblis Lucifer sedang berada di Mex Club, club terbaik di Paris yang hampir setiap malam dikunjunginya. Sang pemilik club pun segera menyambut kedatangannya akan tetapi seorang wanita bertubuh sexy menghentikannya. "Aku tau kau pasti akan datang aku sudah menunggumu sayang," Ucap Talles dengan nada suara menggoda. Malam ini Talles terlihat sangat cantik memakai gaun mini warna merah nyala membalut tubuh rampingnya sehingga terlihat sangat sexy. Dia sedang bergelayut manja dilengan kekar Ethan. Gerakan tubuhnya sangat menggoda dan dengan sengaja menyentuhkan gundukan kembar ke d**a bidang Ethan membuat sang pemilik menatapnya tajam lalu meraih dagunya dan menciumnya kasar. Setelah puas mendorong tubuh Talles hingga tersungkur ke lantai, kulitnya yang putih telanjang dapat merasakan dinginnya lantai bar. "Kau.." Ucap Talles geram sambil menatapnya tajam, sorot matanya berubah merah menandakan sang pemilik sedang menahan emosi. Ethan sungguh tidak suka dilawan dia merasa sangat jijik menatap w***********g didepannya bertingkah seolah dia adalah wanita terhormat. "Ohh maafkan aku sayang sudah bersikap kasar padamu," Ethan mengulurkan tangannya membantu Talles berdiri lalu mengusap lembut rambutnya namun sedetik kemudian hal yang tak terduga terjadi tubuh Talles dilempar ke tengah gerombolan para p****************g. "Kalian bisa bergiliran menikmati tubuh sexynya malam ini," Menatap Talles sekilas lalu melempar segepok dollar senilai 500 juta ke arah Albert sang pemilik club. 6 pria itu bersorak senang seperti berada disurga dapat menikmati tubuh sexy Talles tanpa harus merogoh kocek, tangan-tangan lapar itupun mulai menggerayangi tubuh Talles, meremas payudaranya ada juga yang langsung menelusup masuk melewati dressnya berusaha melepas celana dalam Talles namun sebuah suara menghentikan kegiatan mereka. "Bersikaplah terhormat kawan, kita bawa saja dia masuk, kita bersenang-senang didalam sana," Lalu tubuh Talles diseret paksa oleh 6 pria memasuki salah satu kamar vvip. Tamat sudah riwayatnya malam ini dia harus melayani 6 pria sekaligus dalam semalam. Inilah akibat dari kelancangannya mengganggu iblis berwujud manusia tampan yaitu Ethan Morillo Vernandez seorang pengusaha muda yang sukses dan paling berpengaruh di negara ini. Albert sang pemilik Mex Club tersenyum puas dengan uang 500 juta di tangannya. "Terimakasih Mr. Ethan, aku tau kau tidak suka jika kesenanganmu diganggu oleh para wanita penghibur disini tapi aku punya yang baru dan menurutku dia berbeda dengan yang lain, mungkin saja kau akan menyukainya," Ethan menatapnya tajam namun Albert mengabaikannya, Albert memberi kode ke Carlotte penghuni baru di Mex Club wajahnya sangat cantik, memiliki mata bulat dan bibir bawah yang sedikit tebal ditambah gaun super ketat sepaha dan belahan d**a terbuka membuat para pria lapar ingin menyantapnya bulat-bulat. Albert membisikkan sesuatu ke telinga Carlotte dengan seringaian liciknya. "Taklukkan sang billionaire itu dan jika kau berhasil aku dengan suka rela siap membagi 50% dari saham Mex Club atas namamu," Carlotte tersenyum bahagia mendapati tawaran Albert, dia pun mulai mendekati Ethan lalu dengan lancang mengalungkan lengan kiri dileher sementara tangan satunya merebut gelas berisi wine dari genggamannya dan meneguk isinya sampai tandas. Carlotte memandang dengan senyum menggoda. Ethan tersenyum miring sebelum memulai kalimatnya. "Aku tidak ingin berbuat kasar padamu nona jadi ku mohon menjauhlah dariku," Akan tetapi Carlotte tidak juga menyerah, dengan gerakan menggoda dia mendudukkan bokongnya dipangkuan Ethan dengan terus menggerak-gerakkan sambil meraba d**a bidangnya yang mulai ditumbuhi bulu-bulu halus. "Kau sangat tampan bak dewa yunani Mr. Ethan dan Carlotte Keane siap kau jadikan pemujamu," Seketika mata elangnya terbuka menatapnya tajam lalu mendorong tubuh Carlotte hingga dagunya membentur meja bar dengan sangat keras. "Lancang sekali kau b***h," Bentakan Ethan membuat Carlotte beringsut menjauhinya. "Aduhhhh dagumu berdarah sayang sini ku obati," Albert memeriksa dagu Carlote yang sobek akibat membentur meja bar tadi. "Dia itu psikopat," Carlotte mengumpat kesal sementara arah pandang matanya tak lepas dari laki-laki berbalut kemeja biru polos dengan lengan dilipat sampai siku yang sedang duduk sendirian dikursi bar sambil meneguk minumannya. “Sudahlah lupakan dia,” Bujuk Albert. “Dia sudah melukaiku dan aku akan memberinya pelajaran,” Menatap tajam Albert. “Jangan sebut aku Carlotte Keane kalau aku tidak bisa melumpuhkannya,” “Setelah dia melukaimu kau masih ingin mendekatinya?” Albert menggeleng-gelengkan kepalanya.  “Aku suka dipermainkan kasar dan aku sedang membayangkan bermain diatas ranjang dengannya Albert,” Desah Carlotte. "Bukankah itu si tampan Ethan," Ucap Zeline dengan wajah berbinar menatap Albert. "Cih, coba saja kau dekati dia," Nada suara Carlotte terdengar sinis. "Itu karena kau tidak tahu cara menjinakkan iblis seperti dia. Akan ku tunjukkan padamu, lihat aku," Ucap Zeline penuh percaya diri berjalan mendekati meja bar. "Hai," Sapa Zeline mengulurkan tangan lalu duduk dikursi sebelah Ethan. "Masih ingat aku?" Ethan tidak menjawab bahkan melirik pun tidak. "Aku tahu kau sedang kesal dan membutuhkan pelampiasan, aku siap membantu jika kau menginginkan hal itu," Ucapnya manja diiringi senyum menggoda dan dengan lancang tangan Zeline meraih dagunya lalu hendak menciumnya namun dalam sekejap Ethan menepis kasar tangan wanita cantik tersebut menatapnya dengan tatapan muak. "Hai b***h lancang sekali kau berani menyentuhku," Meremas tangannya sampaiZeline menjerit kesakitan. “Lihatlah kebodohan anak buahmu, dia terlalu percaya diri,” Ucap Carlotte sinis. “Sudahlah jangan pedulikan dia lagi lebih baik kau temui para pelangganmu, mereka sudah terlalu lama kau buat menunggu,” Mendorong bahu Carlotte. "Bukankah mereka sangat memujamu terbukti mereka selalu menanti kedatanganmu meskipun kau menolak dan bersikap kasar, kenapa kau tidak mencoba bersikap baik?" Tanya Lucas takut-takut. "Cih, katakan padaku apa menurutmu wanita yang dengan suka rela menjajakkan tubuh mereka ke semua pria hanya demi uang masih pantas diperlakukan dengan baik?" Tatapannya mencemooh. "Terserahlah kau sajalah," Jawab Lucas tidak mau berdebat. "Bukakan 2 botol lagi, vodka dan champagne," Perintahnya pada Lucas. "Tapi kau sudah menghabiskan 8 botol," "Kau tidak mendengar perintahku, hah?" Menggebrak meja bar. Meskipun enggan akhirnya Lucas menuruti kemauan Ethan, kembali disajikannya 1 botol vodka dan 1 botol champagne. Dia tidak berani membantah karena hal itu hanya akan memancing emosi sang kegelapan dan membuat dirinya bernasib sama seperti 3 rekannya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD