I Believe You Chapter 04

1650 Words
Sekilas Ethan melihat ke arah Evelyn tatapannya penuh selidik. "Oh ya, perkenalkan dia Dr. Evelyn Agracia Sandors rekan kerjaku di rumah sakit dan Evelyn, perkenalkan ini adalah Ethan Morillo Vernandez seorang pengusaha muda sukses menyandang gelar sang billionaire," Sembari memukul pelan pundak Ethan. "Evelyn," Mengulas senyum sambil mengulurkan tangannya. Akan tetapi Ethan tak tertarik untuk menjabat uluran tangan Evelyn sebagai salam perkenalan dia justru menatapnya tajam mulai ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan merendahkan melihat penampilan Evelyn. Menyadari akan hal itu Evelyn segera menarik tangannya dan menunduk. Suasana hening beberapa saat sebelum cemooh yang terlontar memecah keheningan menjadi amarah yang memuncak. "Sejak kapan seleramu banyak berubah dari kelas atas menjadi kelas rendahan seperti dia, huh," Ethan melontarkan pendapatnya tanpa basa basi. "Bisakah kau jaga cara bicaramu," Suara Leo penuh penekanan, tatapan matanya tak lepas dari Evelyn karena takut emosi Evelyn terpancing dan hal tersebut bisa mempengaruhi kesehatannya karena bagaimana pun juga Evelyn adalah tanggung jawabnya saat ini. "Untuk Perempuan seperti dia,” Menatap tajam Evelyn. “Dia ini sama sekali tidak pantas bersanding denganmu Leo, lihat saja penampilannya persis seperti gembel dan kau,” Tatapan mata elangnya beralih menatap Leo sebelum kembali melanjutkan kata-katanya. “Seorang pemilik Willmore Elizabeth Hospital salah satu rumah sakit terbaik di negara ini, kau bisa mendapatkan wanita manapun yang kau suka sahabatku tapi bukan perempuan gembel seperti dia,” Kembali menatap Evelyn dengan tatapan mencemooh. “Ethan!” Bentak Leo. Tindakan Ethan yang tanpa aturan membuat darah Leo perlahan mendidih. “Wow, seorang Leo yang terkenal berhati baik bisa membentak sahabat masa kecilnya hanya demi perempuan seperti dia.  Sepertinya kau sangat tertarik padanya, pada wajah polos ini,” Meraih dagu Evelyn supaya menatapnya. Tatapan mata Ethan mengunci manik hijau Evelyn. “Tipe wanita seperti inilah yang akan menghancurkanmu tanpa ampun setelah berhasil menguras habis hartamu," "Kau sudah melewati batasanmu Ethan, apa kau tidak pernah dididik untuk menghormati seorang wanita," Rahang Leo mengeras menahan amarah. "Menghormati wanita,” Nada suara Ethan terdengar seperti sebuah geraman sambil menghempas kasar dagu Evelyn sebelum kembali melanjutkan kata-katanya. ”Camkan kata-kataku ini dengan baik, suatu saat kau akan menyesal setelah kau hancur," Mata elangnya kembali menatap Evelyn. "Ethan!" Suara tinggi Leo membuat pengunjung sekitar menoleh ke arah mereka, tidak sedikit dari mereka yang saling berbisik. "Hai nona jika kau masih punya sisa harga diri dan rasa malu..” Kata-katanya terjeda. “Pergilah! Cari laki-laki yang sederajat denganmu dan berhentilah bermimpi untuk menjerat laki-laki kaya," Bisik Ethan ditelinga Evelyn. Sontak Evelyn menatapnya tajam, manik hijaunya menyiratkan luka dan tanpa rasa malu membuat kristal beningnya memaksa keluar membasahi pipinya yang mulus. "Perlakukan wanita selayaknya mereka pantas untuk diperlakukan Mr. Ethan," Suaranya bergetar tersirat akan rasa sakit dihina pria yang sama sekali tidak dikenalnya dan telah lancang menilai dirinya dengan sangat buruk. "Oh Good," Sambil tertawa mengejekEthan kembali melanjutkan kata-katanya. "Anda berbicara tentang moral? Ingin mengajari saya bagaimana cara memperlakukan wanita mari saya tunjukkan nona," Dengan satu sentakan Ethan menarik pinggang Evelyn sehingga d**a Evelyn mengenai d**a bidangnya, merasakan sesuatu menekan dadanya Ethan semakin mempererat pelukan. Sekuat tenaga Evelyn mendorong tubuh kekar Ethan akan tetapi pelukannya tak terlepas yang dirasakannya justru tangan kekar Ethan memeluknya semakin erat hingga rasanya Evelyn susah bernafas.  Yang dirasakan selanjutnya adalah ada benda kenyal menekan bibirnya kasar  lalu menggigit bibir bagian bawahnya sehingga memudahkan lidah Ethan melesak masuk menjelajahi bibir cherri Evelyn. Tak lupa satu tamparan mendarat dipipi kirinya setelah ciumannya terlepas, napas Evelyn terengah menahan amarah, dadanya naik turun sambil mengusap bibirnya kasar. "Perempuan hina beraninya kau b***h," Ucapannya terpotong karena Leo lebih dulu membogem wajah Ethan dengan sangat keras hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. "Ini hadiah untukmu Ethan karena sudah berani merendahkan seorang wanita," Dan ketika Leo berniat menghajarnya lagi Evelyn coba menghentikan karena dia tidak suka melihat kekerasan. "Ayo.." Leo meraih jemari Evelyn menariknya keluar cafe, dia sudah tidak tahan lagi berada disana sementara Ethan menatap kepergian mereka hingga tubuh keduanya lenyap dari pandangan. Dan entah kenapa hatinya menangkap sesuatu yang berbeda dari sorot manik hijau ketika menatapnya tadi. --- Ethan membuang berkas yang diberikan Bashar Wassel sahabat sekaligus orang kepercayaannya. Kurang ajar berani sekali Zilqwin ikut campur dan berusaha menggagalkan kerjasama perusahaannya dengan perusahaan nomor 1 di Jerman yaitu Sandors Company yang bergerak dalam bidang pengembangan biomassa industri yang sudah diincarnya selama bertahun tahun. Sandors Company mencakup beberapa bidang antara lain penyedia konsultan biomassa, penyedia teknologi biomassa, pengembangan biomassa industri dan beberapa bidang lainnya. Saat ini Sandors Company menjadi incaran para pebisnis muda sepertinya. "Basharrrrr.." Ethan berteriak memanggil orang kepercayaannya, emosinya tak lagi terkontrol. "Kenapa kau sangat marah, cobalah kendalikan emosimu dulu Ethan," Ucap Bashar sambil menepuk pelan pundaknya. "Kumpulkan semua informasi mengenai Zilqwin dan siapkan penerbanganku ke Jerman, besok pagi aku harus memberinya pelajaran," Rahangnya mengeras, sorot mata berubah gelap, tangannya mengepal hingga kuku-kuku jarinya memutih. "Tenanglah dulu, biarkan itu menjadi urusanku, aku yang akan membereskannya," Ucap Bashar penuh janji. "Baiklah, aku percayakan urusan ini padamu berikan aku kabar terbaik dan jika kau sampai mengecewakanku kau akan terima akibatnya," Nada suaranya penuh ancaman, sorot mata elangnya menatapnya tajam akan tetapi Bashar tidak pernah merasa takut karena sudah sangat mengenal wataknya. "Tentu," Bashar segera bergegas meninggalkan ruang kerja Ethan. Hanya dirinyalah yang berani menghadapi Ethan dalam situasi sekarang tak ada yang berani melakukan itu selain dirinya dan Louis Vernandez.    ---   Akan ku hancurkan semua yang kau miliki hingga tak tersisa Zilqwin, itu adalah janjiku. ---**---Ethan Morillo Vernandez---**---   ---   Sepanjang perjalanan mobil Ethan melaju dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba sudut matanya menangkap sosok gadis yang tidak asing dari kaca spion mobilnya. Bukankah itu perempuan hina yang dengan tangan kotornya berani menamparku didepan umum tempo hari dan apa yang dia lakukan tengah malam begini dipinggir jalan sendirian? Sedikit rasa kemanusiaan yang dia miliki buru-buru ditepis lalu kembali malajukan mobilnya. Ya gadis itu adalah Evelyn, mobilnya mogok dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Dia sedang menunggu petugas dari bengkel namun sudah 60 menit berlalu petugas bengkel tersebut tak kunjung datang. Apa mungkin jalanan ini terlalu sulit untuk mereka temukan, pikir Evelyn. "Evelyn.." Sontak Evelyn menoleh ke arah sumber suara itu berasal, dia kedinginan sehingga mendekap kedua sikunya berusaha mencari kehangatan dari hawa dingin yang mulai menusuk tulang. "Apa yang terjadi? Dan apa yang kau lakukan tengah malam disini sendirian?" Tanya Leo penuh selidik sebelum melanjutkan kata-katanya. "Diluar udara sangat dingin sementara memakai mantel pun tidak bagaimana kalau kau sakit? Kau ini seorang dokter tapi lihatlah tindakanmu ini sangat ceroboh sekali," Ucap Leo panjang lebar sambil memakaian mantel miliknya ke tubuh mungil Evelyn. Leo menatapnya tajam ada kecemasan bercampur rasa marah di sana. "Katakan padaku apa yang kau lakukan malam begini sendirian disini?” "Mobilku mogok dan aku sudah menghubungi petugas derek dari bengkel tapi sudah 60 menit berlalu aku berdiri disini mereka tak kunjung datang aku tidak mengerti Leo apakah jalanan ini terlalu sulit untuk mereka temukan?" "Gadis bodoh,"Maki Leo. "Apa? Kau mengataiku bodoh?" Jemarinya mengarah ke dadanya. "Yah.. Dulu ku pikir kau ini pintar karena selalu meraih nilai kamloud disetiap mata kuliah tapi ternyata.. Ah sudahlah," Leo membuka pintu mobil. "Hei masuklah," Perintah Leo ketika mendapati Evelyn tetap berdiri disana. "Tapi.." Ucapan Evelyn menggantung karena Leo setengah menyeretnya lalu mendorong tubuhnya untuk duduk dikursi penumpang. Seperti biasa sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam tidak ada yang berusaha memecah keheningan hingga mobil ferrari itu berhenti tepat didepan apartemen Evelyn. "Aku cukup mengantarmu sampai sini atau perlu sampai depan kamarmu Ms. Judes?" Evelyn langsung melotot ke arah Leo memberi peringatan. "Okay, okay Dr. Evelyn kau ini memang tidak bisa diajak bercanda yah cepat sekali marah. Sepertinya besok pagi aku harus mengoperasi otakmu yang cantik itu," Ucap leo diiringi gelak tawa sebelum melanjutkan kata-katanya. "Satu hal lagi mulai besok bersiaplah sebelum jam 10 pagi karena aku yang akan menjemput dan mengantarkanmu pulang selama mobilmu masih dibengkel," Tanpa menunggu persetujuan, Leo bergegas meninggalkan Evelyn yang masih berdiri mematung. "Dasar laki-laki arogan sukanya memberi perintah, ups tapi Leo juga ada sisi baiknya dan dia itu sahabat terbaikku," Ralat Evelyn.   ---   Evelyn pov Dalam kesendirian Bayangmu selalu datang Menghampiri  & Memeluk sangat erat Hingga tanpa sadar  Pisau itu  Kau tancapkan tepat dijantungku Kehidupan kembali menyeretku Ke dalam kegelapan Hingga aku tak mampu melihat warna lain selain gelap Kesedihan ini tak berujung Namun disinilah aku Dengan sisa kesadaran  Mencoba kembali meraih Nafas yang hampir Terenggut ---**---Evelyn Agracia Sandors---**---   ---   Aku terbangun tengah malam dengan nafas terengah, keringat dingin mengucur membasahi sekujur tubuhku, pandanganku mulai menggelap dan sedetik kemudian yang kurasakan adalah rasa pening mulai menyergapku. Mimpi buruk itu datang lagi dan lagi tidak hanya merenggut kebahagiaanku namun juga merenggut kehidupanku seutuhnya. Jeritan kelam yang coba ku kubur kembali menyerangku dengan ribuan memori tentang Andreas yang kembali berputar berulang-ulang dalam otakku bagai kaset rusak. Letih, itulah yang ku rasakan, sekeras apapun aku mencoba melupakan namun rasa ini menyakitiku lagi dan lagi. Aku tidak pernah menyesal telah kehilangan namun penghianatan yang Andreas lakukan padaku bagai melemparku ke dasar jurang memenjarakan hatiku,  jiwaku diantara kegelapan melumpuhkan saraf-sarafku hingga aku tak dapat lagi meronta. Aku meraih sweeter tipis, dengan langkah gontai kakiku keluar meninggalkan apartement  menyusuri jalanan seorang diri dengan bertelanjang kaki, sepanjang jalan yang ku lalui ini tampak lengang seperti tidak ada kehidupan, hawa dinginpun tidak lagi dapat ku rasakan dan entah sudah berapa lama kaki ini terus berjalan tanpa ada niatan untuk berhenti atau kembali hingga fajar pagi menyapaku. Sang surya tersenyum kearahku, meraihku kembali dari mimpi burukku, tapi ini bukan mimpi ini adalah nyata, kenyataan yang hanya aku dan Tuhan saja yang tahu. Ku langkahkan kakiku kembali ke apartement, perih itulah yang ku rasakan disepanjang telapak kakiku akan tetapi rasa itu seketika lenyap melihat dia berdiri didepan apartement ku. "Leo.." Sontak Leo berbalik dan menoleh ke arahku. "Kau.." Leo menatapku tak percaya. "Apa yang kau lakukan pagi-pagi disini, hah?" Bentakku. Aku tak suka dengan kehadirannya terlebih ku tak ingin dia atau siapapun melihat keadaanku sekarang.  Aku tak suka dipandang lemah, aku tak suka dikasihani meskipun pada kenyataannya banyak luka yang tersembunyi dibalik senyumanku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD