"Jadi kau masih menganggapku pria asing? Begitu, huh,” Memicingkan sebelah matanya.
Tatapan matanya mengunci dan pelukan diantara keduanya semakin erat hingga tak ada celah. "Tidak setelah beberapa hari yang lalu mengajakku untuk tinggal bersama di apartemenmu,"
Evelyn tersenyum sinis sambil menggelengkan kepalanya. "Huh, selain menyandang status psikopat dan manusia setengah iblis ternyata kau juga memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi yah. Dengar Mr. Ethan,” Membuang nafas kasar sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. “Aku tidak pernah mengajakmu untuk tinggal bersama yang ku lakukan hanyalah menolong lelaki yang sedang SEKARAT dan satu hal lagi yang harus kau tanamkan dikepalamu,” Menjitak kepala Ethan sehingga pemilik mata elang itu langsung menatap tak suka. “Adalah.. Kau tak lebih dari seorang pasienku saja, tidak lebih dari itu Mr. Kepedean,"
Ethan tersenyum menyeringai sebelum berkata. "Kau belum tahu rupanya sedang berhadapan dengan siapa, tanamkan dalam otakmu yang cantik ini bahwa aku bukan hanya seorang psikopat tapi semua orang lebih mengenalku sebagai jelmaan dari iblis Lucifer, bukan lagi manusia setengah iblis seperti katamu barusan,"
Egonya sedikit terluka dan gadis didepannya inilah pelakunya. "Ayo," Nada suaranya terdengar tegas penuh perintah yang tak terbantahkan.
"Aku tidak mau ikut denganmu," Mendorong tubuh Ethan akan tetapi seolah tubuh kekar dia terukir dari batu sehingga tak bergeser sedikitpun.
"Kau benar-benar menguji kesabaranku nona," Menyusuri sepanjang leher putihnya membuat sang pemilik memejamkan mata merasakan aura dingin menjalari permukaan kulitnya.
"Sepertinya kau lebih suka leher mulusmu ini ku patahkan dokter," Sentuhan lembut itu telah berubah jadi cengkraman kuat sehingga Evelyn merasa tercekik, sulit baginya untuk bernafas karena rongga dalam kerongkongannya seketika mengering.
Mata hijau nan indah yang selalu dipujanya kini mendelik seolah akan melompat keluar dari pemiliknya. Saat ini Evelyn berada diujung pemisah merasakan kakinya tak lagi berpijak dibumi yang dilihatnya kini hanya hamparan putih yang membentang luas.
Tempat apa ini? sangat indah dan aku baru melihatnya.
"Evelyn..." Suara yang sudah tidak asing mengusik pendengarannya sehingga dia berbalik dan mendapati oma Grace berdiri disana.
"Apa yang kau lakukan disini sayangku? Pulanglah anak-anakku menunggu kedatanganmu,"
Belum sempat Evelyn menjawab tubuh oma Grace sudah menghilang dibalik asap putih.
Dimana aku?
Tidak ada siapa pun disini, dia sendirian, dia ketakutan, dia menangis lalu tiba-tiba seperti ada sebuah benda yang menendang tubuhnya dengan begitu keras sehingga terpental sangat jauh.
-Uhuk uhuk uhuk-
Evelyn terbatuk dan segera menghirup udara sebanyak mungkin, dia butuh beberapa saat untuk memulihkan kesadarannya, mengerjap berulang kali untuk memperjelas penglihatannya.
"Kau baik-baik saja?" Rasa cemas mulai menggelayutinya mendapati gadis didepannya dalam keadaan tidak baik dan semua itu karena ulahnya.
Apa yang sudah ku lakukan aku hampir saja melenyapkannya.
Setelah kesadarannya pulih dia menatap tak percaya lelaki yang kini berdiri menjulang tinggi di depannya. "Kau sengaja ingin melenyapkanku? Aku sungguh tidak percaya ini Mr. Ethan kau benar-benar iblis,"
"Sekarang kau takut padaku?” Senyum puas menghiasi bibirnya mendapati Evelyn hanya diam.
“Gadis pintar,” Mengacak rambut Evelyn.
“Berhenti melawan dan turuti semua perintahku kalau kau masih sayang dengan nyawamu,"
"Apa kau tuli, hah? Aku sudah mengatakannya berulang kali bahwa aku tidak sudi ikut denganmu sekalipun kau memaksaku Mr. Ethan jadi lepaskan aku," Muak menatap lelaki pemaksa yang tidak diketahui asal usulnya.
"Ohh jadi kau lebih memilih kehilangan nyawamu? Apa Leo yang sudah mencuci otak cantikmu ini sehingga kau terus melawanku,hah!"
"Ucapanmu sama sekali tidak berdasar, kau menuduh seseorang tanpa alasan," Nada suaranya melengking.
Rasa frustasi yang membelenggunya membuat kristal bening itu akhirnya lolos begitu saja membasahi pipinya yang mulus membuat sang pemilik mata elang peduli dan ini untuk pertama kalinya sedikit rasa manusiawinya tersentuh setelah sekian lama terbelenggu dalam kegelapan.
“Cengeng, air matamu sama sekali tak guna jadi buat apa kau menangis, hah!”
"Aku akan berteriak sekarang juga jika kau tetap tidak mau melepaskanku,"
Sikap keras kepala yang sulit untuk diruntuhkan itulah yang selalu menyulut emosinya.
Dasar kepala batu, Ethan mengumpat kesal.
"Lepaskan atau aku akan benar-benar berteriak," Ancamnya dengan nada frustasi.
"Apa kau ingin mempermalukan dirimu sendiri, huh," Diiringi gelak tawa, mata elangnya melirik ke bawah yang diikuti arah pandang Evelyn dan betapa dia sangat terkejut karena ternyata bukan Ethan yang menggenggam melainkan sebaliknya.
Pipi putih mulus itu langsung bersemu merah karena malu. Pasti pipiku semerah strawberry saat ini.
"Emmmm aku tidak akan lari jadi bisakah kau lepaskan Evelyn?" Tersenyum nakal.
"Wajahmu lucu sekali ketika sedang malu-malu dan aku lebih suka melihatmu seperti ini dari pada penampakan aslimu yang lebih terlihat seperti macan betina,"
Evelyn langsung menutupi wajahnya dengan telapak tangan namun sedetik kemudian yang dirasakan adalah tubuhnya bagai melayang diudara dan benar saja karena kini tubuh mungilnya sudah terparkir apik dipundak dengan kepala terbalik.
"Turunkan aku bodoh kau membuatku malu, semua orang sedang memperhatikan kita, ku pastikan setelah ini kau akan masuk koran karena kasus penculikan," Protes Evelyn.
"Abaikan saja," Ucap Ethan dengan terus melangkah tanpa menghiraukan banyak pasang mata yang sedang menatap ke arahnya.
"Tapi aku yang malu, kau merusak citraku sebagai seorang dokter!" Kata terakhir yang keluar dari bibir Evelyn bagai magnet menarik kakinya dengan begitu kuat.
"Kalau begitu menurutlah padaku dan jangan lagi membantah, ok!" Nada suaranya terdengar lembut menggelitik pendengaran namun penuh ancaman yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Evelyn, setelah itu dia langsung menurunkan tubuh Evelyn dan berjalan disisinya.
---
Sebuah pesawat jet mewah sudah menunggu kedatangan mereka. "Good evening Mr. Ethan & Miss.." Ucap seseorang menggantung karena dia tidak pernah melihat gadis ini sebelumnya.
"This is my girl you can call her Miss Evelyn and you better keep your eyes if you do not want me to pry," Ancam Ethan dalam bahasa yang tidak bisa pahami oleh Evelyn lalu Ethan menoleh ke samping sambil terus menyunggingkan senyuman.
Seolah Ethan tahu arti tatapan tajam Evelyn. "Aku hanya memintanya untuk melayanimu dengan baik karena kau tamu spesial,"
"Bohong,"
"Lalu kau ingin aku mengatakan apa Evelyn?"
"Aku melihat dia ketakutan, kau pasti mengancamnya kan? Kenapa kau sangat kejam dan kenapa kau membuat orang lain takut padamu?"
"Karena itu yang ku mau," Berjalan lebih dulu meninggalkan Evelyn dibelakangnya.
Dasar manusia tak punya hati, Evelyn mengumpat kesal sambil menendang tubuh kekar yang sudah berjalan jauh darinya dan Ethan hanya tersenyum simpul melihat tingkah menggemaskan Evelyn.
Gadis bodoh awas saja kau.
Kini Evelyn sudah berada didalam pesawat dan dia sama sekali tidak terkejut dengan segala kemewahan didalamnya karena dari kecil kehidupannya layaknya putri kerajaan dan apa yang dilihatnya sekarang belum ada apa-apanya dibandingkan dengan milik keluarganya.
aku merindukanmu mom, batin Evelyn dan seketika kristal bening menggenang dipelupuk mata.
---
Untuk apa aku dilahirkan ke dunia jika hanya untuk dibuang
Untuk apa aku disayangi jika akhirnya dibenci
Untuk apa aku dihadirkan jika tak diinginkan
Aku sendirian melewati gelapnya malam
Mencoba mengobati luka yang mereka torehkan
Namun, rasa sakit ini semakin mengoyak hati
Tuhan
Kirimkan aku malaikat bersayap ku ingin terbang jauh bersamanya
Sungguh, ku tak sanggup lagi menahan luka ini
_Evelyn Agracia Sandors_
---
"Sepertinya kau tidak menyukai perjalanan kita," Ethan bertanya sambil berjalan mendekat dan duduk disamping Evelyn.
Dasar aneh, gimana bisa aku menikmati perjalanan dengan pria psikopat seperti dia.
"Lihatlah pemandangan diluar nampak begitu indah dari atas sini," Namun Evelyn sama sekali tidak tertarik untuk melihatnya.
"Sedang berfikir apa?" Meraih jemari putih pucat dan menggenggamnya erat akan tetapi segera dihempas kasar oleh Evelyn.
Nafas berat keluar dari bibirnya. "Nikmati saja perjalanan ini dan anggap kita sedang liburan,"
"Memangnya kita mau ke mana?" Tanya Evelyn sinis dengan melihat ke luar jendela mencoba untuk menyembunyikan kristal bening yang mencuat ke pelupuk mata. Antara rasa rindu, marah, kecewa, sakit hati menghantam relung jiwanya berulang-ulang.
Merasa tak direspon dia menoleh ke samping dan ternyata Ethan sudah tertidur, menatap lama wajah tampan tersebut dan sejenak mengagumi kesempurnaan sang mahakarya akan tetapi seketika senyum itu memudar mengingat betapa kejam perlakuannya.
"Apa ini kebiasaanmu yang lain? Mengagumi seorang yang sedang tertidur, huh," Setelah itu membuka mata melirik gadis disebelahnya.
"Tidurlah dan jangan menggangguku jika kau tidak ingin menanggung akibatnya nanti," Tak berselang lama matanya kembali tertutup sempurna.
Dasar arogan sukanya main perintah, rasanya aku ingin melempar tubuhnya keluar dari sini.
"Tidur Evelyn, kita akan sangat lama berada diatas sini dan berhentilah menggerutu, apa kau mau wajahmu yang cantik itu berubah keriput karena selalu marah-marah, hah!" Ucapnya dengan mata terpejam.
Seenaknya saja dia mengataiku bukannya dia yang tidak bisa memgendalikan emosi, dasar gila.
"Kau mengatakan sesuatu?" Mata elangnya terbuka sempurna.
"Memangnya kau mendengar aku mengatakan sesuatu, hah? Pria aneh,"
"Aku mendengar hatimu sedang memakiku,"
Dia ini manusia apa iblis sih kenapa bisa membaca pikiranku, menjengkelkan.
"Berhenti menggerutu dan tidurlah, apa perlu aku yang menidurimu?"
Mendengar kata terakhir berhasil membuat bulu roma berdiri dan tanpa mau berdebat lagi Evelyn langsung memejamkan mata meskipun hanya pura-pura. Seakan tahu yang dilakukan gadis disebelahnya Ethan meraih Evelyn dalam pelukan, menjadikan lengan kekarnya sebagai sandaran.
Apa yang sebenarnya sudah kau alami Evelyn? matamu menyiratkan luka yang begitu dalam. Melirik wajah cantik yang bersandar dilengannya.
Tidak biasanya dia begitu peduli pada seorang gadis namun kali ini ada perasaan aneh yang melingkupi hatinya. Apa yang sebenarnya ingin dia lakukan bukankah tujuan awalnya adalah menghancurkan Evelyn karena sudah berani menamparnya akan tetapi secara tiba-tiba tujuannya berubah.
Evelyn merasakan sesuatu mengusap kepalanya lembut yang diyakini bahwa itu adalah tangan kekar Ethan namun dia tidak berani membuka mata. Setelahnya yang dirasakan adalah kehangatan melingkupi sepanjang pinggangnya, ingin rasanya mematahkan tangan tersebut akan tetapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk melawan. Orang-orang yang ada disini bekerja untuk lelaki psikopat itu jadi bisa dipastikan tidak akan ada yang bisa membantunya, bisa-bisa justru tubuhnya lah yang akan dilempar dari atas sini.
Merasakan nafas memburu menyentuh dadanya, mata elangnya melirik ke bawah lalu dengan penuh kelembutan usapan demi usapan membelai disepanjang rambutnya membuat sang pemilik merasa damai.