Lucy terlempar dan berhasil mendarat dengan mulus. Kini ia berdiri tepat di atas Rawa Hades yang terkenal, airnya terlihat keruh, hijau, berlendir, dan menjijikan. Beruntung ia penyihir bisa menatap di atas benda cair dan tidak mudah terjebur.
Dua penyihir bawahan Lim iba dengan senyum miringnya. Mereka sama-sama ikut berdiri di atas rawa berhadapan dengan Lucy. “Menyerahlah saja Elder kecil, hahahahah....”
Lucy berdecak. Kemampuan keduanya terbilang tingkat tinggi, tapi ia mampu menghalaunya. “Kalian bukankah anak buah Kreon? Sedang apa kemari? Seharusnya kalian melindungi Raja tamak itu!”
Salah satu penyihir hitam mendekat. “Begitupun denganmu Elder, seharusnya kau melindungi Tuan anjingmu itu, hahahaha....”
“Ck, sialan kalian!!”
Lucy terbang. Ia mulai menyerang dua penyihir tersebut.
Mereka tertawa karena berhasil menghindar dan melayang di kedua sisi Lucy, tapi penyihir putih lebih cerdas. Terpilihnya ia menjadi Elder termuda bukan tanpa sebab, jelas ia memiliki kecerdasan di atas yang lain. Lucy menggunakan teknik teleportasi dan berhasil menghujami dua musuhnya dengan sihir dari titik buta mereka.
BYURR!!
Keduanya yang tidak siap akan serangan Lucy pun terjebur ke dalam Rawa Hades yang menjijikan tersebut.
Penyihir Lim menguap menonton pertandingan dua anak buahnya, sangat membosankan. Ia menoleh pada Emily yang masih berdiam diri di tempatnya. Pria itu tersenyum dan muncul di belakang tubuh assassin tersebuydengan tangan menghalau akar yang tiba-tiba muncul akan menyerang dari belakang.
“Kau?!” Emily terkejut, ditatapnya akar hidup di tangan Lim yang berubah layu dan menjadi hitam.
“Sudah lama tidak bertemu Nona.”
“Mengapa kau ada di sini dan menyerang mereka?”
Lim terkekeh. “Sudah seharusnya kami menghalau para penyusup yang masuk ke rumah kami.”
“Tapi rumahmu ada di dekat Hutan Terkutuk?”
Penyihir hitam hanya memberikan senyumannya. Ia menatap warrior dan dua manusia lainnya yang sedang sibuk melawan beberapa monster kawasan Rawa Hades. Lim kembali beralih pada Emily.
“Sepertinya rencanamu untuk menelusup di kelompok mereka berhasil.”
Emily mengangguk. “Benar, tapi aku sama sekali tidak menemukan dua pusaka itu.”
“Hm...” Lim menyentuh dagunya yang berjenggot. “Mungkin kau perlu petunjuk. Bagaimana dengan ini?”
Lim menjentikan jarinya dan tanah yang mereka pijak mulai bergetar. Pria itu tersenyum saat air dari Rawa Hades meluap membentuk ombak raksasa.
Lucy mengernyit menatap fenomena di bawah. Matanya terbelalak saat sesuatu muncul dari dalam air menjijikan tersebut. Ia menghindar dan mengamati.
Suatu makhluk sangat besar telah keluar dari dalam rawa dan berpijak di tanah. Penyihir kembali terbelalak melihat banyak tulang dan tengkorak jatuh dari tubuh makhluk tersebut.
“Wow, ternyata semua yang masuk ke dalam rawa akan mati.” Lucy menangkupkan mulutnya ketika dua tengkorak dengan pakaian terkoyak seperti dua lawannya tadi terjatuh.
Beruntung ia tidak terjebur ke dalam.
GRAAAAAA!!!
Makhluk raksasa tersebut berteriak kencang, sangat memilukan telinga. Beberapa cairan hijau keluar dari mulutnya yang bau dipenuhi lumut dan berbagai ornamen tidak lazim. Tubuh raksasa terlihat tambun, tanpa busana.
“Apa lagi ini?!” Egan terperangah.
“Itu goblin raksasa Egan!!!” Nara menyembunyikan tubuhnya di belakang bahu teman naganya.
Arden menatap Egan. “Kita harus membunuhnya!”
Egan mendesah. “Baiklah-baiklah.”
“Mungkin Putri Nara bisa bergabung dengan assassin itu?”
Egan menoleh pada Emily yang masih terkejut akan makhluk raksasa di hadapannya. Naga itu menyipitkan mata tatkala melihat penyihir hitam berdiri di samping assassin. “Aku tidak percaya padanya!”
Warrior menatap hal yang sama. Ia merasakan tanah kembali bergerak. Ternyata raksasa itu tengah melangkah keluar kawasan Rawa Hades.
Lim tersenyum ke arah warrior dan naga dan beralih pada Emily. “Jangan lupakan tujuanmu Nona, masa depanmu yang akan menjadi taruhannya.”
Perempuan assassin menatap penyihir hitam yang berjalan masuk ke dalam sebuah portal yang diciptakannya dan menghilang.
“Masa depan ya?” Emily menatap para pengembara.
“Tuan Putri, untuk kali ini saja demi keamanan Anda. Tolong berubah ke bentuk berlian lotus kembali.” Arden memberikan atensi penuh pada Nara.
“Tapi-tapi aku akan berpisah dengan Egan. Perlu dua hari untuk bisa kembali ke wujud manusiaku lagi!”
Cho Egan menatap lekat gadis bersurai panjang yang sangat lekat merangkul lenganya. “Putri, ini demi keselamatanmu. Aku rela menunggu kapanpun itu selama kau selamat. Bukankah teman selalu menunggu teman lainnya?”
Melihat Egan terlihat yakin, akhirnya Nara mengangguk setuju. Gadis itu memejamkan mata, seluruh tubuhnya perlahan dipenuhi cahaya putih dan mulai menyusut menjadi berlian lotus.
Arden menangkapnya dan segera memasukan ke dalam tas kulitnya.
Egan menatap Arden dan mendesah. “Untuk kali ini kubiarkan kau!”
Arden tersenyum dan mengangguk.
Maka, dengan begitu Egan berlari menuju goblin raksasa dan berubah menjadi naga.
Sha Arden ikut berlari dan meloncat pada tubuh naga Egan yang perkasa.
Kembali pada penyihir Lucy, ia melemparkan sihir berbentuk rantai raksasa pada kaki goblin agar makhluk itu tidak bisa bergerak maju menuju kawasan penduduk.
GRAAAAA!!!
Raksasa itu terus saja berteriak. Tentu saja di setiap tindakannya akan memercikan cairan hijau bau menjijikan dari tubuhnya.
“Eww!!”
Lucy menghindari cairan-cairan hijau milik raksasa tersebut. Ia kembali menembakan sihirnya mengelilingi goblin.
“Maaf kami terlambat, Penyihir!”
Naga Egan terbang melenggok di depan wajah goblin dan menyemburkan api.
Wajah raksasa terbakar dan meraung kesakitan. Ia menggeram dan berusaha menggapai naga Egan yang gesit seperti belut.
“Bawa dia kembali ke rawa!!” teriak Lucy masih terbang di belakang goblin.
Egan yang mendengar segera menarik perhatian goblin. Raksasa itu mulai memutar tubuhnya mengikuti naga, namun kakinya yang masih dikuasai sihir Lucy membuat raksasa itu terjun berdebum. Tanah menjadi remuk dan bergetar hebat.
“Lucy?!” Arden dibuat tercengang.
“Ups, aku lupa hehe....”
GRAAAAA!!
Goblin itu kembali berteriak keras. Rantai sihir yang berada di kakinya pecah. Para pengembara terkejut saat goblin bangkit terlihat begitu marah. Matanya berubah menjadi putih dan tangannya terkepal akan meninju naga yang melenggak-lenggok di hadapannya.
“Eh, tidak kena!” Egan berusaha memanas-manasi.
Egan terbang menjauhi goblin untuk mempersiapkan serangan. Tubuhnya telah diselimuti api diikuti kedua tangan Arden sudah ada dua gumpalan api yang berkobar. Setelah siap, Egan melesat cepat akan menyerang wajah goblin kembali.
GRAAAAA!!!
Namun, bukannya berhasil menyemburkan api, mereka malah terpelanting. Angin dari mulut goblin yang berteriak cukup kuat. Tubuh mereka tergusur ke tanah dan dipenuh lendir hijau menjijikan.
Tubuh Egan berubah menjadi manusia dan mencak-mencak. “Goblin sialan!! Bajuku jadi kotor dan bau!! Mati kau!!”
Naga itu meloncat dan kembali berubah. Ia membakar tubuh goblin begitu gesit, susah untuk ditangkap.
Arden masih di atas tanah meratapi nasibnya dipenuhi lendir goblin. Ia menoleh saat mendengar seseorang terkikik, ternyata assassin tahanan Egan. Warrrior tersenyum dan memastikan dinding apinya masih bertahan cukup kuat.
Arden kembali berlari menuju goblin. Kakinya menapak kuat dan melompat cukup tbertah. Hampir saja ia jatuh, tapi ada naga Egan yang segera menampung tubuhnya.
Lucy terbang di samping Egan. “Kelemahannya ada di leher. Kalian harus memenggal kepalanya. Aku akan membuatnya berlutut.”
Naga itu mengangguk dan kembali terbang ke atas melebihi tubuh goblin. Arden menatap ke bawah, goblin itu sedang dimantrai Nako dan berhasil jatuh dengan lutut sebagai tumpuannya.
Warrior kembali menatap ke depan, ini pertama kali ia terbang menembus awan. Tangannya terulur dan merasakan sensasi dinginnya benda putih tersebut.
Arden yang tersadar pun berdiri dan meloncat dari tubuh Egan. Ia meluncur menuju goblin dengan tubuh dipenuhi api. Tangannya terulur dan terbuka.
“Egan! Berubah!!”
Jantung naga Egan berdetak hebat. Bola mata hitam kelamnya berubah menjadi merah menyala. Tubuhnya perlahan dipenuhi api dan berubah menjadi cahaya putih. Perlahan tapi pasti tubuh naga bertransformasi menjadi pedang dengan api berkobar menyelimutinya.
Ini pertama kali Arden menggunakan pedang naga api. Pedang tersebut terlihat kuat dan gagah. Perlahan tangannya meraih pedang tersebut, terlihat pas di genggamannya.
Warrior tersenyum dan mengarahkan pedangnya pada tengkuk goblin.
“Aaarrrrgggg! Mati kauuu!!”
SPLASH!!
Darah goblin yang menjijikan menyiprat ke segala arah. Tubuh raksasa itu kejang-kejang saat kepalanya menggelinding ke samping. Mata putih goblin yang awalnya berwarna putih berubah menjadi hitam.
Arden dibuat takjub. Senyumannya begitu lebar. Ia memperhatikan pedang di tangannya yang indah. Bagaimana ornamen naga terlihat epik pada gagang yang terbuat dari emas.
“Egan ternyata kau tampan juga!!”
Perempuan assassin tersenyum kecut. Sekarang ia tahu di mana keberadaan dua pusaka itu dan ia tidak senang.