Ranti tak mampu menyembunyikan senyum di mulutnya. Andai tak ada orang, mungkin ia akan jingkrak-jingkrak kegirangan, atau menjerit kesenengan. Rencananya berjalan lancar. Semua yang ia inginkan sebentar lagi tercapai. Ia tak menyangka semudah ini membuat hubungan Jihan dan Arga terlerai.
Dengan langkah pasti, ia beranjak ke kamar Jihan.
Matanya menemukan Jihan masih tergeletak tak berdaya, dengan lelaki yang entah siapa namanya, Ranti tidak tahu. Yang jelas lelaki itu duduk di kursi tak jauh dari ranjang Jihan. Sedangkan putrinya berdiri di dekat pintu.
Sejak tadi Elina menunggu lelaki di depannya bicara.
"Kamu siapanya Jihan?" tanya Ivan dengan penuh rasa ingin tahu.
"Aku ingat kita pernah bertemu di Mall. Saat keponakanku hilang."
Elina tersenyum.
"Jihan sepupuku. Saat itu kami b
