Yudis melangkah perlahan dari kamar Jihan. Jangan tanya bagaimana hatinya tadi. Ia begitu hancur ketika melihat penampakan sang keponakan. Sungguh, ia pikir Jihan pergi dari rumah karena lupa jika ia akan lamaran, atau ada teman yang mengajaknya keluar. Sampai pemikiran buruk tentang Jihan yang pergi karena tidak siap menikah. Lalu kabur entah kemana.
Tidak, Yudis tidak yakin Jihan semengerikan itu untuk kabur dan membuat malu keluarga.
Tapi yang terjadi hari ini, jauh lebih mengerikan dari bayangannya.
Dia tidak menduga jika hari yang ia pikir menjadi awal kebahagiaan keponakan satu-satunya menjadi berantakan. Yudis tak ingin mengambil sebuah kesimpulan, tapi demi Tuhan! Matanya jelas melihat bercak di leher Jihan yang putih dan lipstick di bibir lelaki tadi.
Yudis bisa mengambil kesi
