Terseret ke Dunia Lain

1184 Words
Di suatu tempat, di sebuah istana Naga. Seorang lelaki berjubah merah bersulam emas dengan bentuk naga di punggungnya tengah duduk bersila. Surainya yang hitam laksana air terjun dalam kegelapan malam. Netra matanya yang berwarna merah menyorot tajam, seolah memiliki api yang siap membakar apa pun di dekatnya. Garis wajahnya yang indah dengan kulit selembut pualam, memberikan aura ìblis yang sangat kental. Dia lelaki, tetapi kecantikannya bahkan memukau siapa pun. Seolah-olah dia suatu kelembutan, padahal dia mengandung banyak hasrat membunuh di nadinya. Tiba-tiba, dia berdiri dan menarik jubah kebesarannya dengan gerakan cepat. Hidungnya yang sempurna terangkat tinggi, memberikan kesan angkuh yang mendalam. Rambut panjangnya sepanjang pinggang, berayun lembut mengikuti langkahnya. "Yang Mulia!" Moli, lelaki yang mengabdikan diri selama ribuan tahun di sisi lelaki itu tampak terkejut. Sudah tujuh ratus tahun tuannya tak bergerak sama sekali dalam semedinya. Dia seperti patung yang duduk bersila, terdiam di dimensi lain dan tak memedulikan keadaan sekeliling. Sekarang, tiba-tiba dia bangun entah karena alasan apa. "Ikuti aku!" kata seorang lelaki yang disebut pangeran. "Baik. Ke mana, jika boleh saya tahu?" tanya Moli. "Ke gerbang dimensi!" Moli membeku. Gerbang dimensi adalah gerbang utama yang membatasi dunia ini dari dunia luar. Gerbang tersebut memiliki kekuatan sihir paling kental dan kuat. Tak ada siapa pun yang bisa mengoperasikannya selama dua ribu tahun belakangan ini. Tak ada yang bisa memasukinya dan tak ada pula yang mampu keluar. Gerbang tersebut telah menjadi pembatas yang nyata dan melindungi dunia ini dengan kekuatan tak terbatas. Mungkinkah setelah dua ribu tahun, gerbang itu akan mulai menunjukkan aktifitas baru? Jika ya, apakah itu hal buruk? Atau sebaliknya? Pangeran Alastair, penguasa dari istana naga, menyipitkan mata saat ia mengangkat jubah merahnya untuk terbang, keluar dari batas wilayah miliknya. "Pangeran!" Moli mengejar di belakang. "Wanita yang ditakdirkan untukku telah datang. Dia membawa darah dari perjanjian lama," jelas Pangeran Alastair, kedua mata merahnya menyorot dingin. … Seorang wanita dengan wajah menakjubkan dan mampu meruntuhkan dunia karena kecantikannya, berdiri di sisi Jazlyn. Rambutnya yang berwarna putih melambai tertiup angin, menyempurnakan wajah lembutnya yang sangat cantik. Wanita itu berdiri di pantai, menatap pasir emas yang ia injak. Tak jauh dari mereka, ada laut biru membentang sejauh mata memandang. Hanya saja, laut itu hanya menjadi pemandangan saja. Ada semacam cahaya samar keemasan yang melingkupi pantai ini, membatasinya dengan laut sehingga siapa pun yang berada di baliknya tak bisa menembus garis batas yang tercipta. Batas ini dinamakan gerbang dimensi. Suatu pembatas yang sangat kuat dan berfungi menahan apa pun dari dua alam yang berbeda. Yang satu laut lepas, yang satu dunia istimewa. "Putri!" seorang wanita muda lain memanggil sang wanita dengan rambut putih panjang berkibar. "Bantu aku membawa wanita ini!" pinta wanita yang dipanggil putri. Wajahnya tampak pucat, seperti ia baru saja menggunakan seluruh kekuatannya untuk melakukan hal yang sangat berat. "Dia ... dia ...." Pelayan itu tertegun lama. Ada kemiripan yang jelas antara majikannya dengan wanita pingsan yang kini terbaring di pasir emas. "Ya. Dia wanita yang kusebutkan. Cepat bawa dia ke kediamanku. Sebelum Kaisar Alastair menyadari keberadaannya!" pinta sang putri terburu-buru. Dalam keadaan normal, wanita yang dipanggil putri itu tak akan mengalami kesulitan yang berarti untuk membawa Jazlyn dengan tangan kosong. Tetapi saat ini situasi sangat lain. Tenaganya terkuras habis. Bahkan untuk bergerak saja sang putri merasa sendi-sendinya memprotes kuat. "Baik, Putri!" "Cepat. Aku bisa merasakan aura Kaisar kian mendekat!" … Lelaki berjubah merah itu tiba di gerbang dimensi dalam waktu singkat. Tetapi matanya menunjukkan ketidaksukaan. Pasir berwarna emas di mana tempatnya berdiri kini menunjukkan kekosongan, tak ada apa pun sama sekali. Hanya pemandangan laut luas yang membentang dan awan keemasan yang tak tertembus. "Yang Mulia, tak ada jejak apa pun di sini. Gerbang dimensi tampaknya memang tidak menunjukkan aktifitas!" kata Moli pelan. Dia mengamati sekeliling, mencoba mencari jejak asing, tetapi tak kunjung menemukan sesuatu. Tak ada aura asing, tak ada jejak aktifitas, dan tak ada tanda-tanda apa pun. "Dia telah masuk ke dunia ini!" Kaisar Alastair berkata datar. Suaranya seperti dicampur dengan es, memiliki kebekuan dan kedinginan sejati. "Tapi tak ada aura asing yang tersisa!" Moli menggeleng lemah, tak mengerti. "Itu artinya dia sengaja dipanggil oleh seseorang. Seseorang yang cukup kuat dan mampu menghapus jejak auranya!" "Dipanggil? Tetapi siapa yang memiliki kekuatan untuk memanggil orang dari dunia atas?" "Aku akan mencari tahu!" Pangeran Alastair berbalik dan terbang menjauh dari tempat itu, tak memedulikan Moli yang masih berdiri bingung. … Jazlyn mengerjapkan matanya perlahan, merasa kacau luar biasa. Seluruh tubuhnya seperti dijatuhkan dari lantai seratus dan babak belur tak karuan. Hanya saja, Jazlyn samar-samar merasakan semua bagian tubuhnya lengkap. Itu artinya, dia seharusnya baik-baik saja. Pemandangan pertama yang ia lihat saat pertama membuka mata adalah ruangan antik dengan desain klasik seperti yunani kuno. Kamar ini memiliki dua pilar dengan lukisan unik di sisi dinding. Lukisan seperti tiga dimensi dengan garis-garis cahaya keemasan. Jazlyn merasa ragu dan mengerjapkan matanya, bingung. Benarkah yang ia lihat? "Kau sudah sadar?" tanya seorang wanita yang berdiri tak jauh dari ranjang. Suara wanita itu sangat lembut, indah, dan menyimpan keanggunan. Seperti seorang dewi. Wajahnya mewakili kecantikan sejati dengan rambut putih sepanjang lutut. Bibir metah cerinya tampak lembut dibalut senyuman. Wajahnya sedikit pucat, tetapi terlepas dari itu, semuanya baik-baik saja. "Kau …." Jazlyn mencengkeram seprai lembut di bawahnya. Wanita yang memanggilnya itu wajahnya sangat mirip dengan Jazlyn. Hanya rambut dan auranya saja yang berbeda. Dan satu lagi. Matanya. Mata wanita itu berwarna keemasan, seperti emas cair murni. "Aku Putri Agie. Putri dari klan putih!" Jazlyn melotot bingung. Klan putih? Apa-apaan ini. Hal terakhir yang dia ingat adalah ia sedang berlibur di atas kapal pesiar mewah, terjatuh karena ombak, dan dibawa oleh pusaran ombak entah ke mana. Bagaimana bisa sekarang ia berhadapan dengan wanita yang mengaku dirinya sebagai putri dari suatu klan? Pakaian wanita itu menunjukkan ia bukan berasal dari jaman modern. Dia mengenakan gaun putih panjang dengan pola rumit dan mahkota kecil di atas kepala. Ya Tuhan. Ada apa ini? "Bisakah kau sebutkan aku ada di mana saat ini? Aku pasti terseret ombak cukup jauh!" Jazlyn bertanya pelan. Dia mengesampingkan keanehan yang ada di ruangan ini dan mencoba memfokuskan pikirannya pada jawaban yang akan ia dapatkan dari wanita di sisinya. "Kau berada di istana Putih, di wilayah klanku." "Maksudnya, ini di negara mana?" "Negara?" "Ya. Nama negeri yang kita diami sekarang!" "Ini wilayah Timur bagian dari dunia sihir bawah. Maafkan aku, Saudari. Aku yang telah memanggilmu ke sini. Kau pasti mengalami banyak kebingungan sekarang!" Jazlyn terbengong, sama sekali tak tahu harus bagaimana. Hanya ada dua kemungkinan saat ini. Entah otak wanita itu yang gila, atau dirinya yang terlalu berdelusi. Mungkin setelah ia terseret ombak cukup dalam, otak Jazlyn mengalami kerusakan permanen. Siapa tahu? "Boleh aku tahu namamu?" tanya wanita itu lembut. "Jazlyn Osborne. Kau bisa memanggilku Jazlyn!" "Jazlyn, nenek moyangmu dan nenek moyangku memiliki garis darah yang sama sejak dua ribu tahun yang lalu. Kau berasal dari tempat ini. Tetapi karena suatu alasan, nenek moyangmu pergi ke dunia atas dan tak kembali. Aku, dengan kata lain, memiliki ikatan darah dan mampu memanggilmu. Saat ini klanku sedang dalam masa kritis dan aku bisa dikatakan sekarat. Untuk menjaga klan putih tetap utuh, satu-satunya cara adalah memanggilmu ke sini untuk menggantikan kedudukanku!" …
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD