Dua

1286 Words
Hari sudah semakin gelap, sinar matahari sudah mulai meredup. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Waktunya semua karyawan mengakhiri semua kegiatannya di kantor. “Sis, jadi ngemall nggak?” Tanya Sinta yang berada di pintu ruangan Siska. “Jadi dong, tapi gue beres-beres dulu ya.” Jawab Siska sambil membereskan berkas-berkas yang ada di mejanya. “Kalau gitu gue tunggu di parkiran ya?” “Oke, paling gue juga nggak lama kok ini.” “Sippp.” Jawab Sinta sambil berlalu menuju parkiran. Sampai di parkiran Sinta melihat dua laki-laki idaman yang akan menaiki mobil, siapa lagi kalau bukan Devan dan Riko. Ya sinta sejak pertama kali melihat Riko dia merasa dirinya telah jatuh cinta, tapi selama ini hanya dia pendam sendiri dan hanya Siska yang mengetahui. Dia merasa sudah cukup hanya dengan mengagumi dari jauh dan tentu menjadi penyemangat dirinya untuk pergi ke kantor. “Woy, liatin apa lo sampe nggak kedip gitu.” Tanya Siska yang baru saja datang. “Sialan lo ya, ngagetin gue aja.” Sinta kaget karena dari tadi pandangannya hanya ngeliat mobil yang dinaiki oleh Devan dan Riko sampai mobil itu tidak terlihat lagi. “Lagian lo sih, kayak ngeliat pangeran turun dari surga, sampe gue dateng aja nggak tahu.” “Emang gue habis liat pangeran hati gue.” Jawab Sinta sambil cengegesan. “Iyain aja deh biar seneng, ayo jadi nggak nih? Keburu malem.” “Jadi dong, ya udah yuk naik.” Mereka pun pergi ke mall menggunakan mobil Sinta, karena memang Siska tidak mempunyai mobil. Biasanya kalau ke kantor, Siska menggunakan taxi online atau kendaraan umum, dan terkadang dia juga di jemput oleh Sinta. Sebenarnya Sinta tiap hari ingin menjemput Siska, tapi sering di tolak oleh Siska, Karena Siska nggak mau ngrepotin Sinta terus. Lagian mereka juga beda jalur. Sesampainya di mall, mereka langsung berkeliling mencari dan membeli semua kebutuhan yang mereka butuhkan. Setelah dirasa sudah lengkap dan sudah merasa sangat capek, kaki juga udah pegel, mereka berhenti di sebuah food court. Bagaimana nggak capek kalau hampir 3 jam mereka megelilingi mall untuk memilih-milih barang yang yang sesuai selera mereka. Biasalah wanita kalau udah belanja nggak kenal waktu. “Busyet, kaki gue pegel banget.” Keluh Sinta sambil memijit-mijit kakinya. “Kaki gue juga.” “Habis ini mau kemana lagi?” Tanya Sinta. “Pulang aja, gue pengen cepet-cepet rebahan. Lagian kita besok juga harus kerja.” Jawab Siska. “Oke.” Setelah selesai istirahat sebentar dan mengisi tenaga kembali dengan segelas ice lemon tea dan burger, mereka pun beranjak untuk pulang kerumah karena hari ini benar-benar melelahkan. Dan tak lupa Sinta mengantarkan Siska ke apartemenya dulu, barulah dia tancap gas ke rumahnya sendiri. ****** Matahari telah memancarkan sinarnya, menunjukkan bahwa hari telah berganti. Dan jarum jam pun telah menujukkan pukul 06.30 pagi. Siska POV “Sial, gue kesiangan.” Gue pun langsung mandi. Selama gue kerja nggak pernah yang namanya gue telat bangun. Karena emang gue orangnya suka disiplin. Pasti ini gara-gara gue kecapekan keliling mall kemarin. Selesai mandi gue langsung ganti baju, fue langsung ambil dress putih dengan sedikit motif bunga. Gue nggak sempet kalau harus milih-milih baju lagi. Setelah selesai make up tipis-tipis, gue langsung cabut, taxi online yang gue pesen tadi juga udah dateng. Gue nggak sempet sarapan, apalagi buat mompa asi gue. “Nanti ajalah pas istirahat makan siang, gue sedot sekalian isi perut,” Pikir gue. Turun taxi gue langsung lari-lari masuk Kantor. Syukurlah gue nggak telat, yah meskipun mepet banget waktunya. Sekarang gue lagi bergelut dengan berkas-berkas yang ada di meja kerja seperti hari-hari biasa. Kriiiiiiing…….. “Hallo iya Pak.” “Pergi keruangan saya sekarang!” “Baik pak.” Yah yang nelpon adalah boss ganteng gue, Devan. Nggak dipungkiri gue juga sama seperti wanita-wanita lain. Gue juga terpesona oleh pesona boss gue yang satu ini. Tapi bedanya gue nggak sefanatik dan semurahan kayak wanita-wanita lain, yang selalu caper dan tebar pesona buat dapat hati boss gue. Karena emang gue sadar diri aja. Gue pun langsung pergi ke ruangan Pak Devan. Tok……..tok……. “Iya silahkan masuk.” Sahutan dari dalam ruangan. “Hari ini kita ada proyek diluar kota, kamu ikut saya. Mungkin malam udah pulang.” “Baik pak, saya siap-siap dulu.” “Oke, saya tunggu di parkiran.” “Baik pak.” Devan POV “Ternyata Siska sangat cantik dan sexy. Apalagi bibirnya yang tipis itu, rasanya pengen gue cobain, bagaimana rasanya, apakah semanis orangnya." Batin gue saat Siska berjalan keluar dari ruangan gue. Haissssttttt, apa yang gue pikirin. Gue geleng-geleng sambil nepuk-nepuk kepala gue untuk menghilangkan pikiran m***m gue yang entah kenapa tiba-tiba dateng. Sejak gue denger percakapan antara Siska dan sahabatnya itu, gue jadi banyak berpikir m***m tentang Siska. Siska jalan kearah mobil gue. Kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk di samping gue. Tapi kenapa badan gue rasanya jadi panas gini lihat dia. Sial mana dia pakek dress press body banget, mana itu roknya pendek banget, kan gue jadi engap sendiri lihat paha putihnya yang mulus itu. Selama perjalanan kita nggak banyak bicara, hanya seperlunya saja itu pun tentang pekerjaan. Saat ini gue rasa suasanya hening dan kelihatan canggung, gue pun berinisiatif buat nyalain music, dan pas mau nyalain nggak sengaja mata gue ngeliat ke arah bukit kembar Siska yang sedikit menonjol dari dressnya. Gue langsung ngalihin pandangan gue dan fokus nyetir lagi sebelum dia menyadarinya. Setelah menempuh jarak hampir 3 jam, akhirnya kita sampai di sebuah desa di perbukitan. Kita berhenti di sebuah villa dan disambut oleh satu rekan kerja gue. Kita dianter ke kamar untuk beristirahat sebentar. Tentunya gue dan Siska di kasih kamar yang berbeda. Rapat akan dilakukan pada jam makan siang nanti. Tibalah jam makan siang, dan kita sudah berkumpul untuk membahas proyek sesuai rencana. Ditengah-tengah diskusi gue ngelirik ke Siska, gue ngerasa kalau dia lagi menahan rasa sakit atau apa gue nggak tahu. Dia terlihat sangat gelisah. Gue mencoba buat nggak terlalu perduli dan kembali fokus untuk diskusi. Setelah hampir dua jam berdiskusi, akhirnya selesai juga dan telah mencapai sebuah keputusan dan kesepakatan. Siska langsung meminta ijin ke toilet. Siska POV Gue menghela nafas panjang, akhirnya rapat selesai juga. Gue buru-buru pamit ijin ke toilet dan segera pergi ke toilet kamar yang tadi disediain buat gue. “Dimana pompa ASI gue, perasaan tadi udah gue bawa.” Gue mengacak-acak isi tas buat nyari pompa ASI, karena gue udah nggak tahan lagi. Rasanya udah kenceng banget dan sakit, karena emang tadi pagi nggak sempet buat mompa. “Haissssstt, pasti tadi gue lupa masukin ke tas.” Gue menggeram frustasi. Gue duduk di pinggir ranjang sambil berpikir gimana caranya agar d**a gue nggak sakit lagi. Gue buka pengait bra gue, karena rasanya udah sesek banget. “Apa gue ijin ke apotik aja ya buat beli pompa ASI, tapi tempat kayak gini apa ada Apotik yang deket. Soalnya kalau jauh kayaknya gue udah nggak kuat lagi. Ah yang penting coba dulu aja deh.” Gue bergelut dengan pikiran gue sendiri. Tok….tok…tok “Haduh siapa lagi sih ini.” Gue buru-buru bettulin pengait bra gue. “Eh Pak Devan, ada apa pak?” ternyata boss gue yang dateng. “Cuman mau ngasih tahu, kamu siap-siap bentar lagi kita akan pulang.” “Oh iya pak.” Dada gue rasanya udah sakit banget, dan gue merasa sepertinya air ASI gue udah mulai keluar dan membasahi baju gue. Sebelum pak Devan menyadari dan melihatnya, gue harus segera masuk. Kalau sampai pak Devan tahu, gue nggak tahu lagi mau ditaruh mana muka gue, bisa malu tujuh turunan nanti. Yang ada nanti dia mikirnya macem-macem lagi.  “Ya udah pak, saya siap-siap dulu.” Gue langsung nutup pintunya gitu aja. Bodo amatlah kalo nanti Pak Devan marah ama gue karena nggak sopan. TBC *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD