Kishi Kai dan Ship Area 3

416 Words
Hari ini pun Kishi Kai kembali bekerja di Ship Area seperti biasa. Ia akan melakukan semua tugasnya seperti biasa. Kembali tidak disukai seperti biasa. Dan seperti biasa juga… ia tidak akan pernah memikirkan semua itu. Kishi Kai tidak mengetahui siapa nama aslinya. Ia juga sama sekali tidak mengingat siapa orang tua yang telah melahirkannya ke dunia kejam ini. Kehidupan di dunia yang ia ingat hanya berlangsung setelah ia berkenalan dengan seorang Day. Setelah seorang Day mengulurkan tangan kepadanya. Menawarkan dunia bersama segala gemerlap cahaya juga kegelapannya. Sejak kecil Kishi Kai sudah memiliki mental yang lemah. Ia juga selalu pasif, pendiam, serta sulit untuk bersosialisasi. Ia adalah tipe manusia tidak menarik yang akan selalu terpinggirkan oleh khalayak. Itu kenapa setelah tinggal bersama Day. Ia berusaha keras untuk membuang semua kebiasaan buruk yang bersarang di dirinya. Ia akan berubah menjadi Kishi Kai yang lebih kuat saat menghadapi badai. Menjadi Kishi Kai yang lebih bisa diterima oleh kehidupan sosial dan masyarakat. Ia tak ingin sampai menyusahkan Day karena masalah dalam kepribadiannya. Kishi Kai memang banyak dibenci karena segala kelebihan yang ia miliki. Karena kebaikan yang ia miliki. Karena kepolosannya. Karena sifatnya yang masih begitu murni. Namun, Kishi Kai sendiri hanya percaya bahwa semua manusia itu terlahir baik. Ia akan terus bersikap positif pada semua orang agar hidupnya tak semakin susah. Tak bisa bergaul dengan anak yang seumuran dengannya, ditambah harus bekerja sendiri untuk mencukupi kebutuhan hidup, semua memang tidak mudah. Tapi, itulah kenyataan yang ia dan Day hadapi. “Nanti malam mau masak apa, ya?” tanyanya lirih sambil berjalan ke ruangan direktur Ship Area. Direktur Ship Area yang bernama Acalapati menugasi Dawani untuk memanggilnya. Druukh. Tubuhnya terjatuh karena bertubrukan dengan seorang kawan sejawat yang berusia dua puluh lima tahun. Pemuda itu langsung membantunya berdiri. “Kamu lagi sakit?” tanya pemuda ganteng bernama Adinata itu. “T-Tidak, kok. Memangnya kenapa?” tanya Kishi balik. Tak nyaman dengan pertanyaan Adinata. “Kamu ini sudah berusia dua puluh empat tahun, ‘kan?” tanya Adinata dengan wajah yang ganjil. Ia melanjutkan, “Menabrak kamu rasanya seperti sedang menabrak tubuh anak bocah.” Tubuh dua puluh empat tahun itu kan hanya ilusi buatan teknologi rekayasa bayangan. Aslinya masa tubuh Kishi masih tetap milik anak berusia sebelas tahun. Semoga Adinata tidak curiga lebih jauh. Segera dipercepat langkahnya menuju ruangan Pak Direktur Acalapati. Smartphone-nya tiba-tiba berdering. “Day, udah kubilang jangan menelpon saat sedang jam kerja!” amuk Kishi sebelum penelponnya mengucapkan sepatah kata pun. Ia matikan sambungan itu. Mengabaikan Day yang sedang berada dalam perjuangannya sendiri. Saat ini aku sedang merencanakan sebuah revolusi. Sama seperti yang D Clan lakukan sejak ratusan tahun silam. Aku harus fokus, tekadnya dalam hati. Mempercepat langkah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD