Wanita cantik bernama Seoyeon segera bangun setelah mendengar suara alarm di handphonenya yang biasa dia simpan di sampingnya. Mengucek pelan matanya lalu mengerjapkannya beberapa kali agar pandangannya lebih jelas. Matanya kurang sehat, sesekali dia harus memakai kacamatanya saat membaca dalam waktu yang lama.
Dia segera bangun dan duduk sambil mengecek handphonenya. Ada beberapa pesan masuk tapi pesan dari seorang laki-laki yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil yang pertama dia buka. Pesan dari Na Jaemin.
Dari Nana
Yeon? Udah tidur?
Untuk Nana
Udah. Ini baru bangun.
Walaupun dia tau itu pesan semalam, dan maksudnya bukan pertanyaan klise yang cocok dengan jawaban, Seoyeon tetap menjawab dengan apa yang dia inginkan.
Pasti belum bangun
Heran, kenapa udah jadi idol masih aja kebo.
Seoyeon tersenyum sendiri setelah mengirim pesan terakhir nya lalu segera pergi untuk mandi dan Bersiap untuk ke sekolah. Setelah semuanya selesai Seoyeon segera keluar kamar untuk sarapan.
"Pagi Bu" sapa Seoyeon pada ibunya.
"Pagi sayang. Ayo sarapan dulu" katanya sambil meletakkan sup daging dengan satu mangkuk nasi.
"Kak Jung Hwan mana? Belum bangun?" Tanya Seoyeon dan duduk.
Jung Hwan Yang di maksud adalah Lee Jung Hwan. Kakak laki-laki Seoyeon yang merupakan seorang dokter spesialis penyakit dalam yang bekerja di sebuah rumah sakit besar di Seoul.
"Udah berangkat tadi jam 4. Katanya mendesak di UGD" jawab ibunya yang masih sibuk mencuci piring.
"Ya ampun, padahal udah hampir seminggu gak pulang dan sekalinya pulang ke rumah cuma beberapa jam aja. Sibuk banget yah Bu jadi dokter" kata Seoyeon sambil mulai mengunyah sarapannya.
"Iya. Makanya kamu pikir-pikir lagi kalau mau jadi dokter" kata Ibunya lagi.
"Aku udah pikirin baik-baik ko Bu, dan aku tetep mau jadi dokter. Makanya aku berusaha keras buat dapet nilai terbaik" kata Seoyeon yang membuat ibunya tersenyum mendengar kesungguhan anaknya.
"Bagus kalau begitu. Ibu selalu dukung."
"Iya Bu. Ayah juga pasti dukung aku kan yah Bu" kata Seoyeon dengan nada sedikit lebih pelan.
Ayah Seoyeon meninggal saat Seoyeon masih di sekolah dasar. Sejak saat itu dia hanya tinggal bersama Ibu dan satu kakak laki-laki nya yang umurnya hampir 10 tahun lebih tua.
"Pasti lah. Itu udah pasti. Ayah bakal seneng karena kedua anaknya jadi dokter hebat seperti dirinya" kata Ibunya yang sekarang ada di sampingnya lalu mengelus puncak kepala anaknya itu. Saeyeon tersenyum begitupun ibunya.
Ayah Seoyeon adalah seorang dokter bedah dan saat itu Ayahnya meninggal karena penyakit kanker paru-paru nya.
"Ayo cepat habiskan, nanti telat lagi" kata ibunya.
"Iya. Ibu juga ayo sarapan dulu jangan beres-beres terus, kenapa sih Ibu-ibu hobi banget sama beres-beres" kata Seoyeon dan ibunya tersenyum lebar lalu ikut duduk untuk ikut sarapan.
"Kamu ini. Oh iya, Jaemin apa kabar? Ibu bener-bener udah lama tuh gak ketemu dia. Dia juga jarang ke restoran kita." Kata Ibunya yang sudah mengenal Jaemin sejak lama pula. Bahkan ibunya kenal baik dengan keluarga Jaemin.
Ibu Saeyeon juga membuka sebuah restoran dengan menu-menu makanan Korea seperti biasanya dan restorannya selalu ramai setiap hari. Walaupun anaknya adalah seorang dokter dan mampu mencukupi kebutuhannya, tapi tetap saja Ibu Saeyeon menjalankan usahanya di bantu dengan satu pegawai yang lainnya.
"Dia baik Bu. Dia sibuk sama latihan-latihan nya jadi gitu makin sini makin susah walaupun sekedar ingin chatting pun" jawab Saeyeon.
"Emmh iya yah. Emang jadi Idol tuh super sibuk" kata Ibu Saeyeon. "Tapi dia masih ke sekolah kan?" Lanjutnya.
"Masih. Tapi kadang dalam seminggu masuknya paling tiga hari tapi kadang suka full juga sih. Tapi jarang banget kalau full. Ya gitu lah waktunya bagi-bagi kan sama kerjaan nya itu" jawab Seoyeon.
"Emmh gitu. Yaudah bilangin ke Jaemin kapan-kapan harus mampir ke restoran. Ibu pengen ketemu juga udah sebulan lebih kali yah ibu gak ketemu dia. Bilangin, nanti di kasih diskonnya gede gitu yah. Tapi jangan ketahuan siapa itu temannya yang nyablak itu?"
"Haechan?"
"Nah iya. Jangan sampai ketahuan dia soalnya dia agak ngelunjak gitu kalau udah di kasih diskon sekali tuh suka minta lagi" katanya dengan senyumannya.
"Hahaha Iya. Yaudah Yeon pamit yah Bu"
"Iya hati-hati yah. Ada yang ketinggalan gak?" Tanya ibunya.
"Enggak ko udah semua" jawab Seoyeon.
"Yakin? Coba inget-inget lagi. Nanti ada lagi. Terus nanti repot harus balik lagi dan jadi kesiangan kayak kemarin." Kata ibunya mengingatkan sekali lagi dan Saeyeon diam sambil mengingat-ingat.
"Oh iya Handphone" kata Seoyeon.
"Tuh kan" kata Ibunya. Seoyeon nyengir sendiri, lalu segera berlari ke kamar nya dan kemudian benar-benar pergi untuk ke sekolah.
Di dorm Chenle dan Renjun sudah siap dengan seragam sekolahnya masing-masing dan duduk di meja untuk memakan satu pasang roti sebagai sarapannya. Roti tawar itu sudah di olesi selai strawberry. Sarapannya di siapkan manager yang tinggal di dorm yang sama dengan mereka.
"Yang lain mana sih. Park Jisung buruan oy" kata Chenle setengah teriak.
"Ketularan si Jaemin dia" kata Renjun dengan senyumannya. Dan tak lama Jisung datang.
"Jaemin mana?" Tanya Renjun.
"Bang Jaemin baru selesai mandi" jawab Jisung dan duduk di samping Chenle.
"Astaga dia emang paling santai" kata Chenle sambil tersenyum.
"Jaemin-naaaa buruan sarapan. Lo mau bikin kita naik pagar belakang lagi hari ini?" Tanya Jeno berteriak sambil berjalan ke meja makan.
"Naik pagar?" Tanya Chenle yang penasaran.
"Gara-gara si Jaemin" keluh Renjun sambil mengunyah sarapannya dan mengutak-atik handphone nya.
"Hahaha telat?" Tanya Jisung.
"Iya" jawab Renjun lagi.
"Ko bisa?"
"Kaya gak tau Jaemin aja" kata Jeno yang ikut tersenyum karena mengingat kejadian satu hari yang lalu yang harus menaiki pagar belakang sekolah karena telat.
"Bangun telat, mandi lama, sarapan lama harus mampir kafe dulu buat beli kopi pait. hadeuuuh. Mau di tinggalin gak bisa. Kita harus tetep bareng kan sesuai aturan perusahaan." keluh Renjun yang di sambut dengan tawa yang lainnya.
"Weh weh weh apa-apaan nih, malah pada hujat gue" kata Jaemin yang baru saja muncul dan langsung duduk di samping Jeno.
"Udah buruan sarapan. Nih roti mentega Lo" kata Jeno menyodorkan roti milik Jaemin yang hanya di balut dengan krim mentega.
"Ko cuma mentega. Gak selai kacang?" Tanya Jaemin.
"Kata kak manager, selai kacangnya habis, nanti baru mau beli. Cuma ada strawberry doang nih, mau?" Tanya Jisung sambil menyodorkan rotinya yang tinggal satu suap lagi.
"Aish gue siram juga Lo pake cinta" kata Jaemin yang sama sekali tidak suka strawberry dalam bentuk apapun.
"Hih" Jisung bergidik geli sambil memasukkan sisa rotinya kedalam mulutnya sekaligus dan semuanya tertawa.
"Buruan Cung, udah mau telat nih" kata Chenle sambil berdiri dan memakai tasnya.
"Iya ini minum dulu" kata Jisung dan segera berdiri juga lalu keduanya pamit untuk pergi lebih dulu.
"Belajar yang bener jangan maen game mulu" kata Renjun yang sudah selesai sarapan begitupun dengan Jeno.
"Abang-abang itu nyebelin yah" kata Chenle pada Jisung dan Jisung mengangguk lalu keduanya pergi dengan tawa.
"Yaak!!!" Bentak Renjun sambil mengangkat piring bekas alas roti nya. Jaemin yang masih mengunyah tertawa pelan begitupun dengan Jeno.
Setelah selesai sarapan dan berpamitan kepada manajer yang ada di dorm, ketiganya keluar dan mendapati Haechan yang sudah berdiri menunggu disana.
"Buruan dah kenapa si lama banget"
"Suruh masuk dulu gak mau" kata Jaemin. Sebelumnya Haechan menelpon Renjun dan mengatakan dia sudah di luar. Renjun menyuruhnya ke dalam dulu tapi tidak mau.
"Males lepas sepatu." Kata Haechan dan keempatnya berjalan bersama menuju stasiun kereta bawah tanah untuk menuju ke sekolahnya dan hanya membutuhkan waktu 5 menit dari dorm ke stasiun lalu 10 menit dari stasiun ke sekolah.
Di dalam kereta, semuanya hanya fokus dengan handphonenya masing-masing. Begitupun dengan Jaemin yang baru mengecek handphonenya kembali setelah terkahir kali dia menggunakannya sebelum tidur.
Ada beberapa pesan dari ibu nya yang sekarang tinggal di luar daerah Seoul karena sudah pindah untuk menyesuaikan tempat pekerjaan ayahnya. Isinya seperti ibu ibu pada umumnya menanyakan kabar, sudah makan atau belum lalu menyarankan untuk memakai pakaian hangat karena sedang musim dingin.
Jaemin membalas dengan semestinya lalu tidak lupa untuk mengungkapkan rasa sayangnya tanpa malu. Karena begitulah Jaemin, dia adalah laki-laki tampan dengan senyum manis. Dia juga selalu bersikap manis pada siapapun. Dia terlalu penyayang dan penuh dengan pesona. Siapapun yang sudah kenal dengan Jaemin mungkin tidak akan ada yang menyia-nyiakan nya. Dia terlalu mudah menarik seseorang agar mempunyai keinginan untuk memilikinya.
From Seoyeon
Udah, ini baru bangun.
"Iyalah orang udah pagi" kata Jaemin menjawab pesan Seoyeon dengan kata-kata nya langsung. Tak lupa dengan seulas senyum manisnya.
Too Seoyeon
Sampai jumpa di sekolah.
"Guys guys" Haechan membuat ketiganya fokus padanya.
"Apaan sih" kata Renjun.
"Bantuin gue dong?" Kata Haechan berbisik dengan mata yang fokus melihat wanita cantik yang duduk agak jauh dari keempatnya, sambil mendengarkan musik di earphone nya.
"Bantuin apaan? Deket sama Saerom?" Tanya Jeno yang sudah tahu maksud dari kata-kata Haechan dan semua juga tahu wanita cantik itu bernama Saerom.
"Lu emang paling ngertiin gue Jen" kata Haechan dan Jeno hanya tertawa pelan.
"Lo nggak tau Saerom sukanya sama Hyunjin?" Tanya Renjun.
"Hyunjin? Yang bar bar itu?" Tanya Haechan. Memang benar, siswa bernama Hyunjin di sekolah nya adalah salah satu siswa nakal. Dia terlalu sering membuat onar hanya dengan menciptakan kegaduhan dengan menindas beberapa orang lemah di sekolah. Dia juga terkenal karena berasal dari keluarga kaya raya dan ketampanan yang sedikit b******k.
"Iyalah. Dan dari situ Lo harus nyadar Haechan-ni. Hyunjin bukan tandingan Lo dari segi apapun" kata Renjun sarkas. Membuat Jeno lagi-lagi tertawa pelan di ikuti Jaemin yang sejak tadi ikut menyimak juga sambil mendengarkan sebuah lagu dari earphone yang di pasangkan sebelah.
"Oke mungkin gue emang gak akan yah bar bar kaya Hyunjin karena gue anak baik. Dan Saerom harusnya liat dari sisi baiknya gue itu. Terus gue juga tampan dan akan segera kaya. Secara kan gue sekarang idol korea" kata Haechan bangga.
"Dan buktinya sisi baik Lo itu semuanya ke tutup sama sisi bar bar nya Hyunjin, ketampanannya, kekayaannya juga. Udahlah, Lo berada di level yang berbeda sama Hyunjin termasuk kepopuleran Lo sebagai idol gak ada apa-apanya di mata Saerom. Dia lebih suka Hyunjin yang populer karena bar-bar, tampan dan kaya. Di banding Lo yang populer karena seorang idol dan baik hati, juga akan segera kaya secara perlahan itu" kata Renjun lagi-lagi mengatakannya dengan lugas.
Anak laki-laki bertubuh kurus dengan tinggi badan rata-rata itu memang sedikit sarkas jika sudah berbicara. Dia tidak segan-segan mengatakan hal apapun selagi itu sebuah fakta yang benar nyata adanya.
"Waaaahh" Jaemin tertawa pelan "Renjun-na mulut Lo bener-bener pedes" lanjut Jaemin dengan masih menyisakan tawa begitupun dengan Jeno tertawa pelan sampai matanya benar-benar menghilang.
"Tau Lo b**o. Napa sih jahat banget. Lo dukung gue kek" kata Haechan menyikut lengan Renjun karena sadar Renjun benar-benar jahat.
"Heh gue bantu nyadarin Lo itu" kata Renjun.
"Nyadarin apanya? Lo bikin orang down tau nggak? Waaaah yang kek gini gini nih yang harus di hilangkan dari Korea. Sono Lo pulang ke China." Kata Haechan.
"Syuuuuuttt ini di kereta" kata Jeno dengan masih tertawa pelan.
"Jaemin-naaa bilang ke Seoyeon dong bantuin gue deket sama Saerom. Seoyeon kan sahabat Saerom dan Lo sahabat Seoyeon, dari kecil lagi. Jadi dia pasti dengerin Lo kalau Lo yang ngomong" kata Haechan.
"Haechan-niii sayangku. Dengerin gue baik-baik. Pertama, Lo harus inget sama kerjaan kita ini apa? Dan apa akibatnya nanti kalau ada suatu hal yang terjadi. Lo faham maksud gue apa. Kedua, Lo harus terima kenyataan seperti apa yang di bilang Renjun, dan ketiga, kalau Lo tetep mau ngeyel Lo ngomong sendiri aja ke Seoyeon. Oke?" Kata Jaemin dengan nada suara manisnya.
"Oke oke. Lo semua emang musuh gue" Jawab Haechan dan semuanya hanya tertawa.
"Jangan gitu dong anjir. satu hal lagi dah gue tambahin. Kita dukung Lo ko walaupun mungkin agak sulit emang yah hahahaha" kata Jeno menambahkan lalu ketiganya tertawa setuju dengan apa yang di katakan Jeno.
"Gak enak akhirnya Lo, s****n" kata Haechan dan semuanya hanya tertawa lalu kereta berhenti dan keempatnya keluar dengan mata Haechan yang melihat Saerom yang juga ikut keluar dari pintu gerbong yang berbeda.
Keempatnya berjalan dengan Saerom yang juga berjalan di depannya sambil fokus pada handphone nya. Keempatnya sampai di depan sekolah dan berjalan melewati koridor dengan posisi yang sama sambil sesekali menyapa kembali orang yang menyapanya termasuk beberapa fans dari Nct dream yang ada di sekolah itu.
"Gue masih mau usaha ah" kata Haechan "doa'in" lanjutnya dan sedetik kemudian dia sudah meluncur untuk berjalan di samping Saerom.
"Waaaahhh Lee Haechan" Jeno terkekeh geli melihat Haechan yang semangat untuk mendekati Saerom.
"Wah wah wah" kata Renjun dan Jaemin hanya ikut terkekeh lalu pandangannya fokus pada satu wanita yang sedang berjalan membawa buku paket yang jumlahnya lumayan banyak dan akan sangat kesusahan karena kelas nya berada di lantai 3 dan harus menaiki tangga.
"Gue duluan" kata Jaemin dan pergi untuk menghampiri Seoyeon. Jeno dan Renjun hanya acuh karena itu hal biasa lalu kembali berjalan untuk menuju kelas.
"Jangan serakah deh" kata Jaemin sambil mengambil sebagian buku paket yang di bawa Seoyeon.
"Dari tadi kek. Berat nih" kata Seoyeon.
"Yeeeeh" kata Jaemin mengacak pelan rambut Seoyeon.
(Aaaaaaa pen jadi Seoyeon di cerita sendiriii haha)
Seoyeon hanya tersenyum kesal karena rambutnya yang sedikit kusut lalu segera berjalan bersama Jaemin yang terus tersenyum setelah melihat senyum kesal Seoyeon.
"Lo percaya gak sih mereka cuma punya perasaan sebatas sahabat?" Tanya Renjun pada Jeno yang berjalan berdua di belakang Jaemin dan Seoyeon.
"Harus di bahas? Bukannya udah jelas?" Tanya Jeno dengan senyumannya.
"Iya sih hahaha. Tapi kasian Seoyeon" kata Renjun.
"Kenapa emang?"
"Resiko idola" jawab Renjun dan Jeno mengerti bahwa berpacaran dan sejenisnya di masa sekarang akan membuat segala hal yang sudah di bangun dari nol akan hancur hanya karena perasaan yang masih bisa di gapai di masa depan.
"Kadang gue pengen cuma jadi siswa biasa. Bukan jadi idola" Jeno terkekeh.
"Korea Selatan memang kejam" kata Renjun.
Pelan-pelan yah Pembaca pelaaaan. Tolong tinggalin jejak seperti komen apa kek dan kalo ada typo kasih tau. Kalau ada yang malah jadi janggal juga kasih tau. Terima kasih pembaca