Penawaran

1500 Words
Marcel Kampret Rick, anterin dong. Mobil gue masuk bengkel, gue mau ngambil pesenan bini gue “Nah biar jadi temen kadang kampret, tapi kadang ‘penolong’ juga ” ujar Erick setelah membaca pesan Marcel.  Sejak argumen beberapa hari lalu, Erick tidak banyak bicara dengan kedua orang tuanya. Ia tidak mau ambil pusing, karena menurutnya orang tuanya yang harus mengerti situasinya saat ini. Mereka akan lebih merugi jika Erick tidak fokus pada pendidikannya dan malah fokus pada urusan cinta. “Pa, kakak mau pergi dulu sama Marcel” ujar Erick sambil memakai sepatunya itu. Hadi menjawab dengan dehaman. Erick menuju mobilnya, lalu segera melaju untuk mejemput dan mengantar temannya itu. “Mobil lu kemana?” tanya Erick setelah Marcel masuk ke dalam mobilnya.  “Mogok, udah dua hari di bengkel. Istri gue lagi di rumah orang tuanya, ntar malem balik, jadi dia minta gue ambil pesenan dia di restoran temen dia” ujar Marcel. “Anak lu juga?” tanya Erick. “Ya iya, udah sepaket itu mah” jawab Marcel. Erick tidak begitu asing dengan restoran yang hendak di tuju oleh Marcel. Beberapa teman-temannya sudah pernah mengunjungi restoran tersebut dan banyak media yang memberitakan tentang restoran tersebut. Sesampainya di restoran tersebut, Erick langsung memarkirkan mobilnya dan kemudian ikut bersama Marcel untuk masuk ke resotran tersebut. “Siang Mbak, saya mau ambil pesenan istri saya” ujar Erick pada seorang resepsionis restoran sambil menunjukkan bukti pemesanan dan bukti pembayaran. “Baik Pak, silahkan duduk dulu. Pesanannya akan kami antarkan ke meja bapak” ujar resepsionis tersebut. Erick dan Marcel duduk di sebuah meja tidak jauh dari resepsionis tersebut. “Eh si boss lagi di sini!” ujar Marcel sambil mengacungkan tangannya ke udara. Erick menoleh ke arah yang di maksud oleh Marcel. Alangkah terkejutnya Erick ketika melihat sosok yang Marcel sapa adalah Alaia. Wanita yang ia temui beberapa hari lalu di sebuah bar. Alaia yang melihat Erick pun terkejut. “Erick?” tanya Alaia saat menghampiri Marcel dan Erick. Marcel pun kaget karena bukan dirinya, justru Erick yang langsung ‘di sapa’ oleh Alaia. “Alaia?” tanya Erick balik. Alaia mengangguk. “Kalian saling kenal?” tanya Marcel sambil melihat bergantian antara Erick dan Alaia.     “Gimana ceritanya lu bisa kenal sama Aya?” tanya Marcel setelah selesai dengan urusan pesanan istrinya itu. “Di bar” ujar Erick santai sambil menyetir. Erick pun menceritakan awal pertemuannya dengan Alaia. “Lu kenal sama Aya dari mana?” tanya Erick pada Marcel. “Temen istri gue, cuman karena anaknya asik jadi akrabnya sama gue” ujar Marcel. “Awas kecantol” ujar Erick. “Kagaklah gila! Gue gini-gini setia! Enak aja kalo ngomong” ujar Marcel sewot. “Dia … sori janda ya?” tanya Erick lagi. Ada rasa penasaran pada dirinya tentang Alaia. “Tau darimana?” tanya Marcel pada Erick. “Ya kemaren dia cerita” jawab Erick. “Semudah itu dia cerita?” tanya Marcel tidak percaya. “Iya. Orang dia udah mulai mabok” ujar Erick. “Gak lu apa-apain kan Rick?” selidik Marcel. “Ya kagak anjir! Gue aja ke bar kemaren gegara stress di terror nyokap gue. Eh malah ketemu sama dia” ujar Erick. Marcel hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban Erick. “Iya, baru cerai beberapa bulan lalu. Padahal dia baru aja pulang ke Indonesia beberapa bulan” ujar Marcel. “Suaminya selingkuh sama temen kantornya” lanjut Marcel. “Emang si Aya kemana?” ujar Erick. “She’s taking her Master's degree in France” lanjut Marcel. “Awalnya dia gak percaya kalo suaminya itu selingkuh, tapi dia mulai curiga sama transaksi kartu kredit suaminya dan bahkan dia nemu struk minimarket pembelian kondom” ujar Marcel. “Pantesan dia bilang kemaren laki-laki b******k, mantan suaminya toh ternyata. Ya emang b******k” ujar Erick. “Pas awal Aya mau ambil Master di Perancis, dia udah mikirin mateng-mateng karena dia ngambil dalam keadaan udah nikah. Of course she had to discuss it with her husband. Dan suaminya ijinin. Which means mereka harus long distance untuk beberapa tahun” Marcel melanjutkan ceritanya. “Tapi baru setahun di tinggal, mantan suaminya malah selingkuh. Padahal Aya jaga diri banget di sana. Banyak yang naksir dia, tapi dia jaga hatinya cuman buat suaminya. Emang dasar laki b******k” ujar Marcel sambil mengutuk mantan suami Alaia. “Mereka akhirnya cerai, dan Alaia ngelampiasain kekesalan dia di pekerjaan. Tuh restoran tadi, salah satu hasil pelampiasan dia” ujar Marcel. “Keren ya, patah hati menghasilkan duit begitu. Gue juga mau, gapapa deh kalo sakit hati tapi ujung-ujungnya jadi duit begitu” ceplos Erick. “Alaia masih dendam sejujurnya sama mantan suaminya. Ia masih merasa gak terima karena dia udah ngejaga diri dan hati dengan baik tapi malah dikhianatin begini” Marcel menghela napas dan ingatannya kembali ke beberapa bulan lalu ketika Alaia sedang patah hati begitu dalam karena perceraiannya. “Banyak sih yang menganggap dia wanita gak baik karena status janda, tapi dia gak mau mikirin. Dia gak mau musingin statusnya. She don’t give a single s**t about it” ujar Marcel lagi. “Orang tua Alaia lumayan alert sama dia sejak dia cerai. Meskipun Aya udah tinggal sendiri, tapi orang tuanya khawatir anak tunggal mereka ini bakal berbuat yang nggak-nggak gitu” ujar Marcel. “Tapi dia gak gitu kan?” tanya Erick. “Gak. Dia emang sering pergi ke bar, minum sendiri trus pas udah hampir mabok, dia pulang ke rumah. Or sometimes, she drink alone in her apartment. Tapi Aya gak pernah berhubungan sama laki-laki mana pun semenjak cerai” ujar Marcel. “Bisa di bilang, you’re the first one” tambah Marcel. “Me? The first one? ” tanya Erick tidak mengerti. “Lu cowok pertama yang ‘berhubungan’ sama Alaia setelah dia cerai” ujar Marcel. “Tau dari mana lu?” tanya Erick balik. “Ya emang Alaia gak cerita sama gue sama bini gue? Biarpun dia gak cerita tentang lu pas kalian pertama kali ketemu, tapi Alaia gak pernah kenalan sama cowok baru setelah dia cerai Rick” ujar Marcel. Erick hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban Marcel. ****   Ini adalah malam terakhirnya di Jakarta. Besok, ia akan berangkat ke Belanda. Erick menghabiskan malam terakhirnya di bar yang sama saat ia bertemu dengan Alaia untuk pertama kalinya. “Mau ngajak Marcel tapi anaknya lagi sibuk sama pasiennya” ujar Erick. Tentu saja Erick tidak bisa mengajak Marcel bertemu. Temannya itu juga sedang menjalani pendidikan dokter spesialis, seperti dirinya. Bedanya, Marcel melanjutkannya di Jakarta. “Mojito satu ya” ujar seorang wanita. Suara tersebut terdengar familiar di telinganya. Ia menoleh dan mendapati Alaia berada di sampingnya. “Alaia?” tanya Erick sambil menunjuk ke arah Alaia. Wanita itu menoleh dan kaget mendapati Erick di sampingnya. “Loh kamu di sini lagi?” tanya Alaia sambil menarik kursi dan duduk di sebalah Erick. “Iya, it’s my last day here. Besok aku balik ke Belanda” ujar Erick. Heh! Kok gue malah ngomong pake aku-kamu sih?! “Ohh kamu tinggal di Belanda” ujar Alaia yang kemudian menyesap minumannya. “Bukan tinggal sih, lebih tepatnya lagi ambil spesialis. Sama kayak Marcel” jawab Erick. Alaia hanya mengangguk. “Ambil spesialis apa?” tanya Alaia sambil memiringkan kepalanya ke arah Erick. “Bedah ortopedi” jawab Erick. “Beda ya sama Marcel” Alaia kembali mengangguk-angguk. “ Dia ambil kardiologi” tambah Erick. “Aya” panggil Erick. “Hmmm” Alaia sambil asyik menyeruput minumannya. “Gimana kalo kita nikah aja?” tanya Erick. Pertanyaannya sukses membuat Alaia tersedak. “Apa kamu bilang? Nikah? Kamu gila?” tanya Alaia pada Erick. “Iya, mau gak kita nikah, tapi cuman dua tahun aja abis itu cerai” ujar Erick. Alaia semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Erick. “Kayaknya kamu belum minum apapun, tapi kok udah ngelantur ngomongnya” ujar Alaia. “Aku gak ngelantur. Aku beneran serius ngajakin kamu nikah. Kita nikah cuman dua tahun aja abis itu cerai” tawar Erick. “Aku jadi janda untuk kedua kalinya lagi gitu? Makasih!” tolak Alaia. Alaia memilih untuk meninggalkan Erick, namun Erick menahan tangannya. “Aku belum selesai ngomong. Itu cuman kulit luarnya” ujar Erick mencoba sebisa mungkin untuk menahan Alaia. “Terus dalemnya gimana?” tanya Alaia dengan wajah malas. “Kita bikin perjanjian kalo kita cuman nikah dua tahun. Kamu boleh tulis apapun yang kamu mau di surat perjanjian kita. Apapun itu” ujar Erick. “Kamu masih dendam sama mantan suami kamu kan?” tanya Erick dengan nada culas. Alaia menoleh ke arah Erick dengan ekspresi curiga. “Kamu masih dendam sama mantan suami kamu, aku capek terus menerus di suruh nikah sama Mama-Papa aku. Jadi kita nikah sementara waktu supaya Mama-Papa aku gak lagi maksa aku buat nikah dan kamu bisa bales dendam sama mantan suami kamu” Erick akhirnya mengutarakan alasan sebenarnya ia menawarkan pernikahan itu pada Alaia. “Jadi gimana?” tawar Erick. “Gak bisa”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD