Chapter 7 - Academy Chao Xing

1049 Words
Xiao Xinyuan duduk berhadapan dengan pedagang bermarga Li. Pelayan wanita menuangkan secangkir teh, lalu berdiri di sisi pinggir kanan ruangan. "Silakan Pangeran Kedua." Tuan Li mempersilakan Xiao Xinyuan sembari menggerakkan tangan kanannya. Pangeran Kedua meneguk teh dengan gerakan anggun sesuai dengan tata cara kerajaan. "Apa apa gerangan Pangeran Kedua datang ke sini?" tanya Tuan Li sopan. "Aku akan mendaftar di Academy Chao Xing dengan menyamar. Jadi, kedatanganku ke sini untuk meminta izin memakai nama keluarga Li, jika Tuan Li tidak keberatan," ujar Pangeran Kedua serius menatap Kepala Keluarga Li. Saat ini Pangeran Kedua berada di ruang tamu di kediaman keluarga Li. "Pangeran Kedua mohon maafkan hamba yang lancang berani menanyakan ini kepada Pangeran." "Katakan saja Tuan Li tidak perlu merasa sungkan." "Apa Pangeran Kedua tidak takut Yang Mulia Kaisar akan menghukum Pangeran karena tanpa izin masuk ke Academy Chao Xing?" ucap Tuan Li hati-hati. "Untuk sementara waktu biarkan Yang Mulia Kaisar tidak mengetahuinya, jika waktunya tepat aku akan menjelaskan padanya." Xiao Xinyuan dapat menangkap raut wajah khawatir di wajah Tuan Li. "Tuan Li, aku akan menjamin keluarga Li tidak akan mendapat masalah." "Tuan Li juga sudah aku anggap sebagai paman sendiri," lanjut Pangeran Kedua. "Baiklah, ini merupakan kebanggaan keluarga Li Pangeran mau memakai nama keluarga Li dan menganggap hamba sebagai paman." "Aku permisi Paman." Pangeran Kedua menyatukan tangan, lalu melangkah keluar kediaman Li diantarkan oleh Tuan Li. ************************************** Kemunculan secara mendadak seorang pria asing hampir membuat He Hua terkena serangan jantung. "Nona, aku bukan orang jahat. Tolong jangan melempari aku terus," pinta Fu Shi dengan nada memohon. Laki-laki itu tak tinggal diam, ia berusaha menghindar dari lemparan buah persik yang terarah kepadanya. "Kau pasti orang jahat!" seru He Hua menunjuk pria tinggi itu dengan jari telunjuk kanannya. "Oh, jangan-jangan kamu itu adalah hantu gentayangan?" tebak He Hua asal. "Sudah kukatakan aku ini orang baik, Nona." Fu Shi membela dirinya. "Jangan bohong kamu!" seru He Hua tidak percaya. Apa aku ini terlihat seperti hantu? Tidak mungkin wajah setampan ini dibilang hantu. Mata gadis ini pasti sudah katarak, batin Fu Shi. He Hua berjalan terburu-buru ke kamar utama mengambil tas dan segera pergi meninggalkan kediaman itu. Astaga baru tinggal satu hari sudah ketemu sama hantu pemilik rumah kosong itu, harusnya jika aku tahu tidak akan menginap di sana, batin He Hua. Fu Shi tersadar dari pikirannya saat He Hua sudah tidak ada di depannya lagi. "Nona? Lah dia pergi kemana?" tanya Fu Shi kebingungan mencari He Hua di setiap sudut halaman belakang. "Nona aku tidak akan melepaskanmu!" serunya. Fu Shi merapikan buah-buah persik yang berserakan di rumput memasukkannya ke dalam keranjang. ************************************** He Hua berjalan santai di pinggir jalan kota. Ada banyak pedagang yang berjualan di pinggir jalan. Ada yang sedang tawar-menawar harga barang, adapula yang tengah jalan-jalan saja. Aku tidak akan kembali ke rumah berhantu itu, batin He Hua bergedik ngeri. Di depan pria dan wanita bergerombol. "Maaf Tuan di depan kenapa ramai sekali?" tanya He Hua menunjuk gerombolan pria dan wanita. "Academy Chao Xing membuka pendaftaran hari ini oleh karena itulah banyak orang yang mendaftar," jawab pria yang jenggotnya didominasi putih. "Baiklah, terima kasih Tuan." "Saya permisi." He Hua berjalan dan ikut berbaris di barisan wanita. Ada sebanyak dua ratus orang yang mendaftar. He Hua menepuk pundak gadis di hadapannya. "Nona, apa pendaftarannya butuh biaya?" tanya He Hua saat gadis berambut ikal sepinggang itu berbalik. "Setiap tahun Academy Chao Xing tidak pernah memungut biaya pendaftaran." Mei Hwa mengamati He Hua dari atas ke bawah. "Nona anda sepertinya bukan orang sini?" He Hua spontan mengangguk. "Aku baru saja datang ke kota ini." Tepatnya aku terlempar ke kota ini, lanjut He Hua dalam hati. Di langit cahaya bersinar terik, cahayanya terasa seakan membakar kulit. Awan-awan putih melayang di langit. "Oh, pantas saja." "Siapa namamu?" tanya pria yang duduk bertugas di bagian pendaftaran mendongak menatap He Hua. "He Hua," balasnya singkat. Semua calon murid yang telah mendaftar diperintahkan masuk ke dalam untuk diperiksa. Ada dua orang yang akan memeriksa satu orang pria dan satu orang wanita. "Siapa namamu?" "An Bowen." "Keluarkan!" seru pemeriksa pria ketika memeriksa tubuh seorang calon murid laki-laki berbadan kurus tinggi di bagian sepatu. Laki-laki berbadan kurus itu membuka sepatunya, terlihat tumpukan kertas kuning contekan yang dibentuk serupa dengan bentuk sepatu yang dia sembunyikan. "Kau gugur!" Pemeriksaannya ketat sekali bahkan kertas contekan yang disembunyikan di bawah sepatu bisa ketahuan, pikir He Hua. Tibalah giliran He Hua yang diperiksa. Pemeriksa wanita yang memakai hanfu hijau mulai memeriksa dari atas ke bawah. "Lepaskan benda yang ada dipunggungmu!" perintah wanita itu yang langsung dituruti He Hua. "Benda ini bisa kau ambil setelah tes selesai." He Hua mengangguk patuh. "Baiklah." Bersama calon-calon murid lain yang lolos di bagian pemeriksaan mereka berbaris di lapangan luas. Di bagian depan terdapat panggung setinggi setengah meter, satu orang pria berdiri di atas panggung menatap wajah-wajah calon murid. Di belakang panggung terdapat kaisar beserta bawahannya yang ditutupi memakai kain tipis putih sebagai pembatas. "Pada penerimaan murid-murid baru tahun ini tesnya sedikit berbeda dengan tahun yang sebelumnya. Di tahap pertama akan menyisakan seratus orang calon murid yang bisa melanjutkan ke tahap berikutnya." "Di tahap pertama kalian akan berlari melintasi dari Academy Chao Xing sampai melintasi Kerajaan Yun Zhi. Setelah melintasi semua lokasi, kalian kembali ke lapangan ini. Sebagai bukti di tangan kalian harus ada segel dari setiap lokasi tempat yang kalian lewati, jika tidak ada akan dianggap gugur." Pria berusia empat puluh tujuh tahun memberikan instruksi. "Perhitungan peringkat dari yang paling cepat sampai dan telah menyelesaikan lima putaran untuk calon murid pria dan tiga putaran untuk calon murid wanita." "Waktunya dimulai dari sekarang!" teriak laki-laki pemberi instruksi. Semua calon murid berbalik dan mulai berlari. Debu-debu pasir sampai terbentuk ke udara. He Hua mulai berlari dengan kecepatan sedang. Dia berlari berdampingan dengan Mei Hwa. "Kita harus lari lebih cepat!" ucap Mei Hwa di sela-sela berlari. He Hua beristirahat sejenak, mengambil sepiring air yang disediakan salah satu pedagang yang baik hati. "Nona kenapa kau pergi begitu saja tanpa memberitahu Fu Shi?" tanya Fu Shi, pria itu berdiri tepat di samping He Hua. Suara Fu Shi ditangkap indra pendengaran gadis itu, meletakkan piring kosong di atas meja. "Hantu gentayangan! Hantu gentayangan!" teriaknya ketakutan mempercepat larinya. Beberapa calon murid laki-laki dan perempuan sampai menengok ke arah He Hua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD