POV Rasya Aku mengemudi sambil sesekali mendesah kesal. Tak ada obrolan sama sekali sepanjang jalan menuju pasar Kam. "Mas kita ke BKT saja." Aku menoleh, memicingkan mata. Rumahnya di PWI, kenapa meminta ke BKT? "Ke BKT saja, Mas." Ulangnya, menatapku dengan mata berkaca-kaca. Yaelah, kenapa dia harus melow begitu? Tidak pernah kulihat Mira sesedih ini. Tapi terserahlah. Dia bukan istriku juga. Tidak ada hak bagiku untuk marah karena dia bukan siapa-siapa.Tapi saat melihatnya mulai terisak lirih, aku tak tahan lagi. Kupukul stir dengan keras dan menatapnya sinis. "Maksudmu apa?! Bukannya ibumu sedang sakit?!" Tin tin! Kuklakson kendaraan di depan dengan tak sabar. Mira menggelengkan kepala. "Ibuku ndak sakit, Mas. Kalau aku ndak melakukan ini, kita ndak mungkin bisa bicara begini.

