Aku membuka mata saat merasakan embusan napas hangat menerpa kening. Mas Rasya tengah berbaring miring memperhatikanku. Aku tersenyum kecil lalu memeluk tubuhnya yang hanya mengenakan kaus dalam cokelat s**u. Mas Rasya mengusap rambutku. "Mas Rasya gak tidur?" Mas Rasya menjulurkan tangan meraih HP. Ditatapnya benda di tangannya itu lantas beranjak duduk. "Kita keluar sekarang, Pus." Aku merenggangkan tubuh yang terasa pegal semua, lalu menarik tangannya hingga ia kembali merebah. Saat ia hendak bangun lagi, segera kulingkarkan tangan ke tubuhnya, merasakan debar di d**a. Nyaman rasanya. Perlahan aku mulai memejamkan mata. "Ish, kamu. Kita salat subuh lalu keluar." Aku mengerutkan kening. "Memang sudah subuh apa, Mas? Perasan gak dengar azan." Mas Rasya menekan keningku, aku langsun

