3. Pertemuan

1068 Words
"Kenapa diam? Jadi, kau sudah tau apa kesalahanmu?" tanya James dan Mia hanya bisa mengangguk lemah. "Apa?" tanya James sekali lagi. "Saya telah menabrak mobil Mister di lampu merah tadi." Mia menunduk setelah mengatakan itu. "Bagus. Jadi kau sudah tahu kesalahanmu. Itu berarti kau pun tahu apa konsekuensinya, kan? Perbaiki mobilku sampai kembali seperti sedia kala." Mia mendongak. " Mati aku. Tenan to lekku nebak. Mesti lek kon ganti rugi." Mia berbicara lebih tepatnya pada dirinya sendiri. "Sekarang juga, bawa mobilku ke bengkel." perintah James. "Tapi, Mister?" "Tak ada tapi, tapi. Sekarang, aku bilang!" " Oalah, dasar londo edan ra ngerti omongan! Saiki aku kudu kuliah. Iki malah aku wes apek telat," jawab Mia asal dengan rasa kesal. "Kau bilang apa? Bisa tidak jangan menggunakan bahasa planet itu jika berbicara denganku." Menyemburlah tawa Mia. Ternyata Mas Bule ora iso boso jowo. Satu kelemahan mas bule di dapat Mia. Dan James, merutuki dirinya sendiri yang harus dipertemukan dengan manusia planet yang berasal dari satu spesies yang sama dengan maminya. Dan hal itu sungguh membuat James tersiksa karena dia benci sekali bahasa jawa. "Teruslah kau menertawaiku. Sekarang mana id card-mu. Serahkan padaku." James menengadahkan tangannya. "KTP kok gawe opo to Mister." "Jangan banyak tanya. Kau tetap harus mengganti rugi kerusakan mobilku." "Iya, iya, aku pasti ganti. Tapi jangan sekarang. Aku sudah telat." "Aku tak peduli. Id card." James tetap ngotot minta KTP milik Mia. Baiklah, karena Mia pun sudah berpikir jika dia ada kelas pagi, tanpa pikir panjang dia serahkan KTP-nya pada James. Lalu kembali ia menunggangi motor maticnya. "Mas Bule, minggir ...!Ra minggir tak tabrak." Mia memberi kode dengan lambaian tangannya. Tak ayal James pun minggir juga. "Dasar gadis aneh." gumam James masih menatap kepergian Mia. Tujuan James datang ke daerah ini sebenarnya adalah untuk survey apakah benar kopi yang lagi Viral itu memang benar-benar enak. Dan James penasaran. Tapi ternyata dia justru mendapat kesialan. Mobilnya di tabrak gadis tak bertanggung jawab tadi. Beruntungnya ia berhasil mendapatkan KTP gadis itu. Lalu James pun beranjak meninggalkan tempat ini. **** Sore harinya Mia dengan terpaksa harus menjaga warung kopinya seorang diri karena Tini sedang mengantar emaknya. Sebenarnya badan Mia sudah sangat lelah, tetapi ini adalah warung yang menjadi mata pencahariannya. Bahkan warung kopi milik Mia ini sangatlah Viral. Selain karena penjaga warungnya yang cantik dan sexy, yaitu dirinya sendiri, kopi di sini juga terkenal sangat enak. Mia memang sengaja mengirim biji kopinya langsung dari daerah Kalimantan. Dia ada kenalan yang selama ini memasok biji kopi kepadanya. Dan pengolahan biji kopinya juga masih dengan cara tradisional sehingga benar- benar tercipta serbuk kopi yang nikmat tiada tandingan. "Mbak Mia ..! Aku kopi siji ya...!" "Mbak Mia, kopi telu ...!" "Mbak Mia, kopi limo ...!" Teriakan dari beberapa pengunjung warungnya membuat kepala Mia serasa hampir pecah. Pasalnya dia harus bekerja sendirian melayani tamu sebanyak ini. Hilir mudik mengantarkan pesanan kopi dari satu meja ke meja lainnya. Sebenarnya masih ada adik dan ibunya yang membantu. Akan tetapi keduanya lebih membantu Mia di dapur, seperti menyeduh air panas dan mencuci banyak cangkir kotor setelah selesai dipakai. "Ya, Tuhan! Lempoh aku." Mia duduk sembari menselonjorkan kaki. Napasnya ngos-ngosan tak beranturan. Sementara itu, di luar warung, James menghentikan mobilnya kala dirasa tempat yang ia tuju ada di depan mata. Pandangannya meneliti sekitar dan ia tercengang mendapati begitu banyak pengunjung. Area parkir saja sampai penuh. James menjadi penasaran. Dia turun dari dalam mobilnya lalu masuk ke dalam warung. Tentu saja dia langsung menjadi pusat perhatian. Tumben di desa ada Bule yang masuk ke warung kopi. James berhenti sekejap meneliti seisi penjuru warung kopi yang tampak sederhana tapi terkesan elegan. Mia yang kembali mendapat panggilan terpaksa beranjak dari duduknya. Dia kucek matanya. Dia tidak salah lihat kan? Mister Bule ada di sini, di warung kopinya untuk apa? Dan detik itu juga James menatap ke depan, pandangannya bersitatap dengan gadis itu. James menuding dengan jari telunjuknya. "Kau! Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya James penasaran. "Lah, kok malah takon. Kudune lek aku sing takon. Nyapo pean nang kene, Mas Bule?" James menggeram. Pasalnya dia tahu gadis itu sengaja menggunakan bahasa jawa untuk mengerjainya. Sebenarnya, James sedikit paham dengan arti bahasa jawa yang orang lain katakan. Hanya saja jika ia diminta melafalkan, James tak bisa. Lidahnya terasa kelu dan James tak suka itu. " Aku mau beli kopi, " ucap James singkat. Mia teringat akan KTP-nya, dia mulai mencari cara agar bisa mengambil kembali KTP miliknya dari tangan Mas Bule. "Mas Bule mau kopi? Baiklah. Tunggu sebentar." Mia sudah melesat masuk meracik kopi untuk James. Lalu ia bawa keluar dengan sebuah nampan. Dilihatnya James yang sedang duduk di salah satu kursi. "Mas Bule ini kopinya." Mia menyodorkan secangkir kopi. James sudah akan mengambilnya tapi di tahan oleh Mia. "Eits, tunggu dulu. Janji sek ambi aku. Lek kopiku enak, KTP-ku balikno. Lek kopiku ra enak, aku ganti kabeh biaya kerusakan mobilmu. Piye. Deal?" Mia mengulurkan tangannya dan disambut oleh tangan besar James. Mia menelan salivanya. Astaga, tangane ae gede banget. Opo maneh anune mesti lek yo gede. Batin Mia berkata. Buru-buru ia menggelengkan kepalanya dengan pemikiran yang baru saja terlintas di otak mesumnya. "Deal," ucap James. Lalu Mia mengangsurkan cangkir kopi di hadapan James. Lelaki itu perlahan mulai mengaduk kopinya. Mia menatap James tak berkedip, hatinya sudah harap-harap cemas. Satu tegukan melewati kerongkongan James. Lelaki itu mengerutkan alis. Menikmati rasa kopi di dalam mulutnya yang terasa berbeda di lidah. Kopi ini mempunyai cita rasa yang unik. Kembali James meneguknya hingga tak terasa tandas isinya. Lelaki itu terdiam masih berusaha menilai rasa. Kira-kira ini adalah perpaduan kopi apa dan James tak menemukan jawabannya. "Bagaimana Mister? Enak nggak?" tanya Mia bersemangat. Yah, James tak mau berbohong pada dirinya sendiri. Kopi ini memang sangat enak. Lalu dia mengangguk. Mia langsung loncat kegirangan. Sampai-sampai membuat pengunjung warung kopinya terheran-heran. "Ayo! endi saiki KTP-ku." Mia menengadahkan tangannya. "Aku akan memberikan id card-mu tapi dengan satu syarat?" "Syarat? Hei perjanjiannya tak begitu tadi." Mia mulai emosi. "Up to you." James mengedikkan bahu. "Yo wes, opo syarate." "Kasih aku resep kopimu ini." "Opo? Resep? Wow.. Bule edan. Nggak bakalan, yo, aku menehi resep kopiku. Ini rahasia perusahaan. Kecuali satu.... " Mia sengaja menggantung ucapannya membuat James menjadi penasaran. "Apa? " "Mas Bule rabi karo aku. Baru tak wenehi resep rahasiane." "Oke, fine. Kita nikah." "Apa? Bule edan ...!" teriak Mia sembarangan. Padahal Mia tadi hanya bercanda bilang begitu. Kenapa di iyakan saja sama si Mas Bule.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD