2. Miati

1043 Words
Dialah Miati, gadis kampung tapi tidak kampungan. Jika dibilang cantik, ya, memang dia cantik. Mirip model malah. Hanya karena dia lahir, dibesarkan dan tinggal di kampung, lalu dia disebut gadis kampung. Akan tetapi jika dilihat-lihat justru penampilan Mia, begitu gadis itu biasa disapa, terlihat begitu modis tak kalah dengan gadis kota. "Mia …! " suara panggilan dari Tini, yang tak lain adalah sahabat Miati, membuat Mia menoleh dan mengurungkan niat yang akan menstarter motornya. "Opo, Tini?" tanya Mia, karena sejujurnya dia sedang terburu-buru. Hari ini Mia ada kelas pagi dan setengah jam lagi dia sudah harus tiba di kampusnya. "Kowe engko mulih jam piro?" tanya gadis bernama lengkap Sutini. Akan tetapi Mia biasa memanggil sahabatnya ini dengan sebutan Tini. ( Kamu nanti pulang jam berapa ) "Aku mulih awan paling. Nyapo? enek titipan opo piye," jawab Mia dengan sesekali membenarkan letak helm yang gadis itu pakai. ( Aku pulang siang mungkin. Kenapa? Apa ada titip sesuatu.) "Yo, wis rapopo. Aku apek ijin nang kowe. Sore aku raiso nunggu warung. Apek ngancani Emakku mergane." ( Ya sudah tidak apa-apa. Aku hanya ingin ijin ke kamu. Sore aku tidak bisa menjaga warung. Mau menemani Ibuku .)" "Iyo rapopo. Engko sore warung tak tunggu dewe. Yo wes, ya, aku budal sek. Selak telat iki." (Iya, tidak apa-apa. Nanti Sore biar aku sendiri yang menjaga warung. Ya ,sudah aku berangkat dulu. Keburu telat nanti.) Dengan cepat Mia menstarter motor matic-nya. "Ati-ati nang dalan. Ojo ngebut." ( hati-hati di jalan jangan ngebut.) Mia sudah melajukan motornya meninggalkan Tini yang masih mematung di tempatnya. **** Miati, gadis itu sangat terkenal di kampung tempat tinggalnya. Bahkan warung kopi miliknya sangatlah viral di kalangan anak muda. Mia memang salah satu pemilik sebuah warung kopi. Dia bukanlah satu-satunya pemilik warung kopi yang ada di daerahnya. Karena di daerah tempat di mana Mia tinggal, sangatlah banyak dijumpai yang namanya warung kopi. Namanya saja warung kopi, jadi hanya menyediakan menu yang bernama kopi, es teh atau aneka jenis gorengan. Meskipun warung yang dimiliki Mia tidaklah besar, tapi karena keramahannya dan juga Tini, pada akhirnya mampu membuat warung kopinya satu-satunya warung terlaris bahkan terviral di daerah tempat tinggalnya. Hingga pendapatan dari warung kopi itu mampu menopang biaya hidup Mia, adik serta kedua orang tuanya. Bahkan Mia juga mampu mengenyam bangku Universitas dari hasil warung kopinya itu. Sementara Tini adalah sahabat Mia dari kecil. Gadis bernama lengkap Sutini itu sejak duduk di bangku kelas satu SMA telah membantu Mia mengelola warung kopi tersebut. Hingga Tini pun bisa bersekolah dengan biaya sendiri hasil dari bekerja di warung kopi milik Mia. Mia yang terburu-buru karena takut telat, melajukan motornya diatas rata-rata. Dia tidak menyadari jika di perempatan depan, traffic light mendadak berwarna merah. Dengan susah payah Mia mengerem laju kendaraannya. Tapi tak bisa, dan justru yang terjadi sekarang malah hal yang tidak Mia inginkan. Brak Suara yang lumayan nyaring ditimbulkan oleh tumbukan motornya yang mencium sebuah mobil di depannya yang memang sedang berhenti karena lampu merah. Mia melotot tak percaya dengan apa yang dia lakukan, "Mati aku! Piye iki … waduh apes tenan aku! " omel Mia pada dirinya sendiri dengan nada panik. Bagaimana ia tidak panik jika mobil yang ia tabrak termasuk dalam jenis golongan mobil mewah. Pajero Sport berwarna putih, mobil yang tampak mewah dan gagah. Membuat Mia dengan susah payah menelan saliva, kegugupan kini menderanya. ***** Mia masih shock, bagaimana mungkin dia menabrak bagian belakang mobil orang. Haruskah dia pergi saja? Tapi jika nanti pemilik mobil melaporkannya ke polisi bagaimana? Haduh sial … Sial. Mia merutuki kesialannya hari ini. Wajahnya mendadak berbinar karena lampu traffic light berubah warna menjadi hijau. Dengan semangat empat lima, Mia memacu gas motornya untuk meninggalkan mobil yang ia tabrak barusan. Mumpung sang empunya mobil tidak keluar, atau jangan-jangan memang pemilik mobil tidak terasa jika mobilnya sudah Mia tabrak. Lega, satu kata yang terlontar dari mulut wanita berkulit eksotis itu. Kampusnya sudah di depan mata dan Mia merasa aman karena bisa lolos dari insiden tabrak lari. Motor matic Mia berbelok menuju gerbang kampusnya tapi, sebuah mobil mewah tiba-tiba menghadang jalannya. Mia dengan tenaga ekstra mencoba mengontrol laju kendaraannya dengan tujuan agar dia tidak menabrak untuk kali kedua. "Asyem ...! " kata u*****n meluncur begitu saja dari mulut Mia. Ciiiitttttt Suara decit ban motor Mia beradu dengan aspal. Motor itu berhenti tepat di samping moncongnya mobil orang tak dikenal yang sudah membuat Mia terus mengumpat, mengeluarkan semua uneg-uneg beserta semua jenis nama hewan yang ada di kebun binatang. Mia melepas helm-nya bersiap untuk tempur dengan pemilik mobil tidak aturan yang berani menghadangnya. Nyali Mia menciut begitu saja, lelaki bule berwajah ganteng tapi sangar, berperawakan mirip binaragawan, keluar dari dalam mobil. Berjalan mendekat ke arah Mia. "Mati kowe. Wong londo tibake. Hancrit... Piye iki." Mia mulai kebingungan. ( mati kamu. Orang Bule ternyata. Bagaimana ini. ) Pria bule berwajah sangar berdiri tepat di depan motor yang masih Mia tunggangi. "Turun....!" perintah Mas Bule. Mia mengerjab, heran mengetahui mas bule bisa berbahasa Indonesia. Dalam hati Mia membatin, "wong londo kok iso boso indonesia." "Aku bilang turun ..!" nada James semakin tinggi sungguh menyeramkan. Ah ya, benar sekali. Mas bule tadi memang James Howard. "Ya, Mister. Ada apa?" "Ada apa katamu? Kau tahu apa kesalahanmu?" Lah, Mia menggeleng jelas saja. Karena dia merasa tidak salah apa-apa. "Sungguh kamu tidak tahu apa kesalahanmu?" tanya James sekali lagi karena gadis di hadapannya tetap saja menggelengkan kepala. "Jane ki ngerti opo ora londo kuwi. Aku salah opo to jane" Gumaman Mia membuat James mendelik sebal pada gadis itu. Pasalnya James mendengar gadis itu bergumam dengan bahasa jawa dan James tak mengerti artinya. Membayangkan jika gadis itu sedang mengumpatinya, membuat James murka. Ditarik sedikit kasar lengan Mia, dan dengan jari telunjuk menuding mobilnya. " Lihat! apa yang kau lakukan dengan mobilku? Masih kah kau bilang tak tahu apa kesalahanmu?" Mata Mia membulat seketika, sekarang dia paham dan mengerti apa kesalahan nya. Ya, mobil inilah yang dia tabrak di lampu merah tadi. Ya, Tuhan! bagaimana ini. Selain ketakutan, Mia juga bingung seandainya pria bule itu meminta ganti rugi. Duit darimana untuk mengganti kerusakan mobil mewah ini. #### Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD