“Aku nggak sangka kamu bohongin aku selama ini, Yas,” ucap Argo geram, dalam kamar itu hanya ada mereka berdua. Tyas membeku, air matanya terus mengalir, “Bukan kemauan aku membohongi kamu, Argo. Aku—aku juga tidak mau menerima ketika kamu melamar aku.” Argo masih menatap Tyas dengan tajam, dahinya mengerut. “Dari pertama kali saja, kamu sudah berbohong, Yas.” Argo menghela napas, menerima kenyataan ini sangat sulit. “Ayolah, Tyas, ini hanya ada aku di sini, kenapa kamu terus berbohong?” Tyas mengangkat kepalanya, “Argo, papa sangat ketakutan ketika aku pernah melahirkan anak. Ayah nggak mau suamiku nantinya tahu tentang masa lalu aku. Ayah juga cukup ketakutan kalau-kalau tidak ada yang menikah denganku. Jadi, aku menuruti apa yang ayah mau. Menikahi kamu.” “Apa? Karena masa lalu