Tolong Jujur Padaku!

1856 Words
Melanie mengambil ponselnya, walau di hatinya masih bertanya-tanya prihal Javier? Namun tidak ada asalahnya Melanie mengabadikan gaya tidur Javier yang sama dengan putrinya. Tidak hanya itu, ia pun akan memberikan moment langka ini pada Javier nanti. “Sudah pukul tujuh lebih Jav, apa kamu tidak akan berangkat ke kantor?” bisik Melanie duduk di tepi tempat tidurnya. Javier menggeliatkan tubuhnya, tidak menjawab. “Andri sudah menunggumu di depan,” bisik Melanie lagi. Masih tidak ada jawaban, Melanie mendengus lirih. “Jav,” lirih Melanie seraya mengusap bahu Javier dengan lembut. “Hmmm…” “Di sebelahmu ada Adia tidur, awas saja kalau tubuh besarmu ini menimpa putri kecilku,” bisiknya lagi. “Aku tahu itu sayang,” jawab Javier memiringkan tubuhnya lalu mengangkat kepalanya berpindah pada paha Melanie. “Aku malas pergi ke kantor, suruh Andri pergi saja lebih dulu!” Lagi lagi Javier enggan membuka matanya dan malah semakin nyenyak. “Tidak bisa begitu dong Jav.” “Aku selalu merindukan mereka, apa boleh aku ajak mereka ke kantor?” tanya Javier seraya memeluk pinggang Melanie. Melanie menghembuskan napas pelan. “Kamu boleh mengajak mereka, tetapi kalau mereka sudah besar dan bisa berjalan sendiri. "Masih bayi seperti itu aku tidak akan mengizinkanmu membawa mereka ke kantor. Mandilah sana, aku sudah siapkan pakaian gantimu di kamar sebelah.” “Aku tidak akan ke kantor!” Melanie diam pandangi wajah tampan Javier yang masih masih terpenjam namun bibirnya selalu menjawab. “Oh yah, nanti lagi kalau kamu mau menginap di sini bisakah kamu meminta sekretarismu untuk pulang Jav? Bukan menyuruh untuk menunggu karena kalau kamu sudah bersama dengan si kembar. "Bukan sebentar namun kamu malah begitu susah untuk kembali pulang. Kasihan kalau dia selalu tidur di dalam mobil,” ungkap Melanie pada kebiasaan Javier. “Semalam aku lupa mau menelepone Andri suruh pulang. Ya sudahlah nanti lagi nggak akan seperti itu.” Javier membuka kedua matanya, ia tersenyum tampan pada Melanie yang menatapnya. “Mandi sana, aku sudah siapkan sarapan untukmu.” “Nanti, biarkan aku memelukmu sebentar saja. Oh iyah sayang, hari ini aku mau pergi ke London menghadiri acara pesta kolegaku. "Mungkin aku di sana empat hari karena ada investor baru juga. Apa kamu mau ikut bersamaku kita pergi ke London kita berlibur bersama, bagaimana?” “Aku tidak akan ikut, mereka baru dua bulan kasihan belum kuat untuk berpergian jauh-jauh.” “Tapi kan kita berangkatnya pake private jat kita pasti mereka aman sayang. Ya kamu ikut yah, aku akan tersiksa kalau jauh dengan mereka. Kamu tahu bukan kalau aku selalu merindukan mereka?” bujuk Javier. Meski mereka bukan terlahir dari benihnya, tetapi Javier begitu mencintai mereka. “Astaga, kamu itu nggak pergi selama bertahun-tahun Jav. Hanya empat hari, kamu sudah biasa bukan selalu video call sama mereka. Sudah jangan manja, dan lekas pergi mandi kamu bau!” Javier mencibikkan bibirnya karena Melanie selalu menolak ajakannya. Ia pun lekas bangun dari tempat tidur dan mencium pipi gembul Adia dan juga mencium pipi Melanie. *** “Yeah anak mami sudah pada bangun, ayo kita mandi,” kata Melanie pada kedua anak-anaknya yang sudah membulatkan kedua matanya. Si kembar sudah terbangun. Tangan Melanie kini sudah terampil untuk mengganti popok dan memandikan si kembar. Ia ingin ikut terlibat di setiap detiknya dengan kedua malaikatnya itu. Meski kerepotan namun Melanie senang melakukan hal baru ini. Runtinitas pagi itu tentunya selalu mencuri perhatian seseorang yang sedari tadi berdiri di depan pintu. Seeorang itu tidka henti-hentinya meluki senyum, karena bahagia. “Aku senang melihatmu bahagia, meski aku tahu kamu masih merindukan dia,” gumamnya dalam hati. “Ta-da… yeah kaka sudah tampan dan kamu sudah cantik,” decak Melanie bahagia melihat kedua anak-anaknya yang sudah selesai mandi. “You are everything in my life,” gumam Melanie mengecup pipi gembul Arkana lalu perindah pada pipi gembul Adia. Seseorang di belakang sana pun berjalan mendekat, menghampiri Melanie. Ia memeluk punggung Melanie dengan kedua tangannya melingkar di pinggang wanita yang selama ini menjadi pusat perhatiannya sekaligus pusat kebahagiannya. Ya Melanie adalah cinta pertamannya yang sedari dulu ia inginkan. “And you are everything in my heart Melanie Sanjaya,” bisik seseorang yang tidak lain Javier Abarham di telinga Melanie seraya merengkuh tubuh gempal Melanie. Melanie menoleh ke samping, lalu ia tersenyum lembut pada Javier. “And you are my hero Javier Abraham,” jawab Melanie membuat wajah Javier langsung memerah karena mendengarkan kata-kata yang membuat hatinya bahagia. Javier mengecup pipi Melanie dan semakin erat memeluk Melanie. “Aku ingin mengajakku kedua anak-anakku berjemur sebentar.” Javier melepaskan pelukannya, bahaya kalau ia lama-lama meluk Melanie. Ia melangkah ke samping untuk menggendong baby boy yang sudah tampan. Namun, Melanie mendelik saat melihat Javier yang bukan memakai pakian formal tapi pria itu malah mengenakan kaos dan celana pendek. “Bukannya aku sudah menyiapkan pakaian kerjamu? Lalu kenapa kamu tidak berangkat bekerja?” “Nanti. Aku sudah suruh Andri pergi terlebih dulu. Aku ingin berjemur dengan putraku, bawalah putriku ke luar kita berjumur bersama,” ucap Javier berlalu pergi meninggalkan Melanie. Melanie menghela napas lirih menggendong baby girl untuk berjemur di luar. Tidak lama setelah berjemur, Melanie memberikan asi pada kedua anak-anaknya secara bersamaan. Melihat dua bukit kembar yang begitu saja terekspos pun membuat sesuatu di bawah sana terasa sesak. “Ini sudah pukul sepuluh lewat, apa kamu tidak akan berangkat?” tanya Melanie mengalihkan perhatian Javier yang sedari tadi menatap ke arah dadanya. “Aku tidak bekerja sehari pun, tidak akan membuat perusahanku bangkrut sayang!” jawab Javier menyombongkan diri. “Nanti kalau kalian sudah besar, jangan pernah mengikuti jejak daddy candanganmu ini yang begitu angkuh dan sombong setengah mati oke?” gumam Melanie pada kedua anaknya yang sama-sama menatapnya. “Memang benar kenyataanya begitu, apa yang harus aku sombongkan? Aku sudah putuskan aku tidak akan masuk kerja hari ini karena aku mau seharian bersama dengan anak-anakku karena nanti sore aku akan pergi ke London.” Melanie menyerah kalau sudah seperti ini, rasanya memaksa Javier untuk berangkat bekerja pun percumah karena pria itu keras kepala dan sulit membujuknya bila sudah bersama dengan kedua anaknya. “Nanti jangan lupa vitaminya di minum biar asinya banyak untuk kedua anakku ini. Kamu juga jangan telat makan dan harus makan banyak. Aku tidak mau anakku kelaparan karena ibunya selalu diet,” omel Javier yang bawel seraya seperti suami Melanie sendiri. Tapi Javier seperti itu karena mengingatkan Melanie. Bi Ani mengatakan kalau Melanie sedang diet karena melihat postur tubuhnya yang kini sudah tidak sexy lagi seperti dulu, makanya Javier ngomel pada Melanie. Menurut Javier tubuh Melanie yang gempal itu lebih enak di pandang, cantik dan juga menantang. “Kata siapa aku diet?” “Bi Ani,” jawab Javier cepat. Melanie mendengus lirih. “Aku nggak jadi diet karena kasihan pada mereka, aku makan banyak kok!” “Ya makan yang banyak, awas saja kalau aku mendengar kamu diet-diet karena ingin tubuhmu langsing kaya artis korea. Ketahuan aku marah loh!” jawab Javier sembari menatap tajam. Melanie membuang napas seraya bergumam di dalam hati. “Astaga suami bukan, suami cadangan bukan, tetapi kenapa bawelnya sudah seperti suami sungguhan saja. huffth dasar Javier menyebalkan!” Melanie masih menatap Javier. “Tapi kenapa aku harus menurut juga padanya?” gumam Melanie dalam hati. “Mel…” “Hmmm…” jawab Melanie seraya memberikan baby girl yang sudah kenyang dan terlelap. Javier menerima dan menimang-nimang putrinya. “Sepertinya aku akan tinggal di sini. Bagaimana menurutmu?” tanya Javier pandangi Melanie. “Kenapa kamu pindah ke rumah papahku?” “Aku lelah kalau harus ke sana ke sini. Jadi kalau aku pulang, inginnya aku langsung kemari. Setidaknya lelahku tergantikan saat melihat mereka. Ya, kalau itu pun kamu mengizinkan aku dekat dengan anak-anakku,” ungkap Javier. “Lalu bagaimana dengan Raisa? Apa kamu tidak memikirkan dia?” Javier menarik napas panjang, ia merebahkan putri kecilnya di tempat tidur si kembar. “Aku sudah lama memutuskan hubungaku dengan Raisa, Mel. "Sudah jangan bahas lagi, yang sekarang aku inginkan hanya ingin bersama dengan kedua anak-anakku ini.” Melanie diam namun kedua matanya pandangi Javier. Begitu banyak pertanyaan yang ada di kepala Melanie, namun Melanie bingung harus bertanya yang mana terlebih dulu karena semuanya itu penting. “Aku sudah meminta izin pada Om Andi dan Om Andi sudah mengizinkan hanya menunggu izin darimu. Sudah jangan memikirkan masalah aku dengan Raisa, karena kita berpisah pun dengan baik-baik!" “Apa Raisa marah karena kamu selalu mengabaikannya Jav? Apa itu karena saat aku hamil dan kin anak—“ “Tidak. Itu tidak benar. Aku dan Raisa berpisah karena kita sudah saling cocok!” Oke, Melanie akan menyingkirkan masalah Raisa. “Tolong jawab aku dengan jujur. Apa kamu pria yang sudah merenggut kesucianku saat aku mabuk waktu dulu?” Javier menoleh ke samping pandangi Melanie yang menatapnya. Melanie pun tidak berhenti menatap Javier dan Melanie bisa melihat pria itu terlihat terkejut. “Aku butuh penjelasan di sini Jav. Tolong jujur padaku!” Javier terdiam, ia masih takut untuk mengatakan semuanya. Ia belum siap kehilangan Melanie saat ini. “Please jangan diam saja, Jav! Jawablah dengan jujur!” Javier menghembuskan napas dalam. “Ya. Akulah yang sudah merenggut kesucianmu. Bukan Chang!” “Kenapa kamu tidak jujur padaku?” “Karena Marsha tidak ingin kamu tahu akan hal ini!' “Tapi kenapa kamu selama ini diam dan tidak mengatakan yang sebanarnya Jav?” cecar Melanie. “Karena aku tidak ingin kamu membenciku! Maafkan aku Mel.” Melanie menghembuskan napas dalam, ia bangun dari duduknya dan meletakan putranya di tempat tidurnya. “Apa ini alasanmu tidak bisa menerima sahabatku?” “Aku sudah katakan kalau selama ini aku tidak mencintainya. Aku hanya mencintai kamu Mel dan rasa ini pun masih tetap sama. Aku mencintaimu!” “Jav, ini salah! Kamu tidak bisa seperti ini, tidak!” gumam Melanie. Javier mendekat menengkan Melanie. “Mel…” “Tolong keluarlah.” “Mel, please…” “Aku ingin sendiri Jav!” Javier bersimpuh di kedua kaki Melanie dan memeluk kedua kaki Melanie. “Kamu tidak bisa menyalahkan cinta yang selama ini tumbuh di hatiku Mel. Aku tahu, aku sadar kalau ini salah. "Aku tahu kamu tidak bisa mencintaiku karena kamu mencinta Revano. Aku tahu itu Mel. Tapi aku mohon, biarkan aku selalu berada di sampingmu, menjagamu dan juga menjaga kedua anakmu. Aku menyayangi kedua anakmu meski mereka tidak berasal dari benihku, bukan darah dagingku. Tapi aku sangat mencintainya Mel.” “Jav, jangan seperti ini bangunlah.” “Tidak! Sebelum kamu mengatakan padaku kalau kamu tidak akan memisahkanku dengan anak-anak itu!” “Please Jav, berdiri!” Javier menundukan pandangan, Melanie berjongkok memeluk Javier. Meski Melanie kini sudah tahu kebenarannya. Tetapi ia tidak bisa menghukum Javier seperti ini, pria itu sudah begitu baik padanya selama ini. “Tidak mungkin aku memisahkan kamu dengan kedua anak-anakku Jav. Jangan seperti ini.” “Maafkan aku Mel.” Melanie tersenyum lembut. “Aku sudah memaafkanmu meski ya aku masih kesal karena kamu tidak jujur padaku masalah itu.” Javier memeluk Melanie lalu mengecup kening Melanie. “Terima kasih.” “Karena aku sangat mencintaimu dan aku meninggalkanku Raisa hanya demi bisa dekat denganmu, Mel,” gumam Javier di dalam hati. “Apa aku harus mengatakan pada Melanie?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD