Daddy Candangan

2187 Words
Melanie pandangi kedua malaikat kecilnya yang terlelap. Saat ini ia sudah menjadi seorang ibu sepenuhnya. Melahirkan kedua putra dan putri kembarnya ke dunia dengan perjuangan yang begitu luar biasa. Di dalam lubuk hati Melanie yang teramat dalam, ia merasa bahagia dan juga merasa bersedih. Isi kepalannya selalu ada Revano, Revano dan Revano lagi. ‘Ya Tuhan, apa benar suamiku tidak akan pernah kembali lagi? Apa Revano kini menyerah padaku dan menganggap kalau aku sudah bahagia dengan Chang seperti apa yang diinginkan pria itu? 'Kalau Revano beranggapan seperti itu. Dia salah besar! Sampai detik ini aku selalu menuggumu, berjuang sampai pada akhirnya kamulah yang menjadi satu-satunya suamiku dan juga ayah biologis mereka,” lirih Melanie terasa perih menerima kenyataan yang begitu menyayat hatinya saat ini. ‘Kembalilah Rev, sampai kapan kamu akan bersembunyi dariku. Berapa lama kamu akan bersembunyi hingga tidak ada satu orang pun bisa menemukanmu?!’ lagi lagi rintihan hati Melanie berbicara. Dua bulan kemudian… “Bun, lihatlah si kembar sekarang mirip siapa? Kenapa tidak salah satu dari mereka yang mirip denganku?” tanya Melanie pada ibunya Marsha. “Kamu ini nak, masih bayi seperti ini wajahnya pasti sering berubah-rubah. Kadang seperti ayahnya, ibunya, neneknya atau kakenya.” jawab Bunda, bersamaan dengan tangan kecilnya itu memakaikan pakain untuk putri cantik Melanie yang baru saja mandi. “Nanti juga kelihatan bila mereka sudah besar nanti. Mereka akan mirip dengan siapa, tapi yang pastinya baby girl ini akan secantik maminya. Iya kan cucu nai-nai yang cantik ini,” ujar Bunda mencium pipi baby girl. Bayi cantik itu kini sudah cantik dengan pakaian serba pink membuat siapa pun yang melihatnya gemas. “Tumben Javier sepagi ini tidak datang kemari? Biasanya pria itu paling rajin sudah ada di sini bersama dengan mereka berdua.” “Tidak. Tadi pagi Javier sudah video call sama si kembar. Malahan ini dia mengirim pesan padaku untuk mengirim foto si kembar yang ter up to date katanya. "Ia sedang bad mood karena nggak bisa datang buat cium mereka dan gendong mereka dulu. Ada meeting penting katanya,” ungkap Melanie sembari memberikan asi pada putranya. Bunda menggendong putri cantiknya. “Oh jadi Daddy Cadanganmu itu sekarang ini lagi bad mood nggak bisa gendong dan cium kalian dulu. Foto mereka saja dulu, mereka sudah ganteng dan cantik,” ujar Bunda yang dianggukan Melanie. Tidak terasa dua bulan sudah usia si kembar hingga keluarga Marsha pun tidak henti berdatangan hanya sekedar ingin melihat putra dan putrinya. Apa lagi Chang, pria yang tadinya membenci anak Revano. Kini pria itu selalu datang yang dikawal langsung oleh Marsha. Bunda meraih ponselnya yang berdering panggilan masuk. Wanita berusia setengah abad itu bukan langsung menjawab panggilan video call tersebut, melainkan menghembuskan napas dalam. “Kenapa tidak diangkat bun?” Bunda memperlihatkan nama yang tertera di layar ponselnya ‘Menantu kurang ajar’ “Hallo ada apa?” seru Bunda pada menantu kurang ajar di seberang sana. “Ibu mertuaku yang cantik, bisakah anda menujukan kedua anakku saat ini. Aku merindukannya termasuk mantan istriku itu,” kata si pria di seberang sana yang terkekeh melihat ibu mertuannya yang mencibikkan bibirnya. “Sebenarnya kamu itu rindu pada si kembar atau ibunya hah?” “Dua-duannya,” jawab Chang dengan kekehan. Keluarga Marsha tahu, Chang memang belum bisa menerima Masha sebagai istrinya. Chang dipaksa menikah dengan putrinya saat Chang sedang cinta-cintanya pada Melanie hingga harus menerima perceraian dengan Melanie karena ancaman Andi Sanjaya. “Adia sedang tidur nih, dan kaka sedang bersama dengan Melanie,” ujar Bunda. “Ya Tuhan kenapa kamu begitu cantik sekali sayang, seperti mamimu, Melanie. Baiklah makan siang nanti Daddy Chang akan ke rumah mamimu, jadi tunggu d**a ya,” ujar Chang langsung mengakhiri panggilan video callnya. “Haisssh benar-benar menantu kurang ajar, tidak ada sopan santunya,” decak Bunda bersamaan dengan membuang napas pelan. Melanie menurunkan putranya di atas tempat tidurnya dan mengambil ponsel untuk memberikan foto kedua anaknya karena Javier terus menanyakan. “Nak, kenapa kamu tidak menikah dengan Javier saja? Bunda lihat selama ini Javierlah sangat perhatian padamu. semenjak kamu hamil hingga kamu melahirkan. Perhatian Javier tidak ada habisnya. Bunda rasa Javier pun menyangimu nak.” “Bunda ini, Javier memang menyayangi Mel. Tetapi hanya sebatas menyayangi Melanie seperti adiknya sendiri. Tidak lebih dari itu, bun. "Javier sudah punya Raisa. Melanie masih istri sah Revano, sampai kapapun Melanie akan menunggu ayah si kembar pulang dan berkumpul bersama lagi,” kata Melanie mengirim tombol send pada Javier. “Apa kamu yakin Revano akan kembali lagi?” Bunda pandangi Melanie penuh tanda tanya, sudah cukup lama pria itu tidak kunjung di temukan. “Mel yakin Revano pasti kembali, Bun. Melanie yakin itu, Revano sangat mencintai Mel,” jawab Melanie penuh percaya diri dan semoga cinta Revano akan tetap sama, hanya ada Melanie seorang begitu juga Melanie. *** Siang harinya… “Hai say—“ “Stop, berhenti di situ dan jangan masuk ke dalam,” seru Melanie memberhentikan Chang untuk tidak masuk. “Kenapa?” tanya Chang heran bersaman dengan bingung. “Cuci tangan dan kakimu terlebih dulu kalau kamu masuk ke kamar si kembar.” Chang menghembuskan napas pelan dan berbalik badan menuju toilet. Riana yang berada di sana pun terkekeh melihat mantan suami Melanie yang kini lebih sering datang mengunjunginya dari pada mengunjungi istrinya. “Ya Tuhan mantan suamimu!” Melanie menghembuskan napas pelan. “Entah, aku harus bagaimana menasehati Chang. Aku tidak enak hati pada Marsha yang kini sudah menjadi istrinya,” gumam Melanie, lagi lagi menghembuskan napas pelan ketika melihat ponselnya yang selalu mendapatkan pesan dari Javier. “Hai mantan istriku tercinta. Aku menikah siri dengannya, itu pun terpaksa karena ancaman kaka-kakanya,” sela Chang yang kini sudah kembali dari toilet. “Tidak bisakah kamu menerima Marsha apa adanya Chang?” “Tidak!” jawab Chang cepat, ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Melanie di mana kedua malaikat itu terlelap. “Aku masih mencintaimu dan aku masih menunggumu!” “Sinting! Aku sudah punya Revano, Chang!” “Tolong gendongkan putri cantikku ini,” sela Chang pada Melanie dan Riana. Ia masih takut menggendongnya sendiri dan meminta bantuan pada kedua wanita itu. “Mungkin pria itu tidak akan kembali lagi. Apa kau kini akan berpindah haluan? "Sepertinya Javier pun sama menginginkanmu Mel. Tidak mungkin tidak ada rasa cinta. Aku begitu yakin karena pria itu selalu memberikan perhatian penuh padamu?" Chang menjeda, tersenyum lembut pada putri Melanie yang menggemaskan. "Apa kamu tidak tahu kalau Javier itu sebenarnya mencintaimu sejak pertama bertemu? Pria itulah yang sudah mengambil kesucianmu, bukan diriku!” kata Chang, pelan namun membuat Melanie terlihat terkejut akan perkataan Chang yang terakhri kali itu. “Apa maksudmu?” tanya Melanie bingung. Chang menghembuskan napas pelan dan pandangi Melanie dengan lekat. “Apa kamu tidak tahu kenapa Javier tidak bisa menerima Marsha? Javier mendekati Marsha hanya ingin mendekatimu. "Dia cinta padamu. Apa kamu tidak tahu, di saat kamu mabuk, Javierlah yang merengguk kesucianmu? Bukan aq! Marsha takut Javier meninggalkannya hingga dengan bodohnya membawaku dan menutupi semua ini hingga pada akhirnya akulah yang tertuduh di sini. Hingga kita menikah!" Riana tercengang mendengarkan pembicaraan Chang lebih lagi Melanie. “Sayang selama kita menikah, aku belum pernah bercinta denganmu,” imbuh Chang mengecup pipi putri Melanie. “Katakan itu semua bohong Chang?!” tanya Melanie masih tidak percaya akan semua perkataan pria itu. Chang membuang nafas. “Aku tahu semua dari Marsha, kalau kamu tidak percaya dengan perkataanku, sebaiknya nanti kamu tanyakan saja nanti pada orangnya langsung,” ujar Chang. Sudah lama ini kenapa pria itu baru mengatakannya hal yang sebenarnya? Melanie tahu Javier menikah dengan Marsha karena paksaan kedua orang tuannya. Tetapi ini? Kenapa bisa, pria yang merenggut kesuciannya itu adalah Javier bukan Chang? *** 22.30 wib MMT Corp, Jakarta. “Malem sir, kita pulang ke apartemen atau ke mansion Abraham?” tanya Andri salah satu sekretaris Javier yang berdiri di samping mobil ,membukakan pintu belakang mobil. “Kita ke Mansion Sanjaya saja Dri, sebelum kita pulang ke Mansion Abraham,” pinta Javier sebelum masuk ke dalam mobilnya. Andri mengangguk dan masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya menuju Mansion Sanjaya. Semenjak putri tunggal Andi Sanjaya di nyatakan hamil, bercerai dari Chang dan kini melahirkan. Andri perhatikan kehidupan tuannya yang sekarang-sekarang ini jauh lebih baik dan berbeda dari pada sebelumnya. Javier Abaraham selalu melukis senyum dan wajahnya selalu nampak ceria. Belum lagi saat kelahiran anak kembar Melanie Sanjaya. Duda tampan nan kaya itu kini lebih rajin mendatangi kediaman Sanjaya hingga Javier sering menginap di kediaman Sanjaya. Mobil yang membawa Javier pun kini sampai di Mansion Sanjaya. Mobil hitam pekat itu berhenti di pintu samping, di mana Javier terbiasa lewat arah samping. “Tunggulah sebentar, kalau kamu mau buat coffe mintalah ke orang dapur,” ujar Javier lalu melangkahkan kaki keluar dan berjalan masuk. Javier menyampirkan jas yang ia kenakan di kursi, bersamaan dengan Ipad yang tadi ia pegang ia letakan di atas meja. Ia masuk ke dalam kamar Melanie yang kini pindah ke bawah dekat taman belakang. Ceklek… Javier memutar handle pintu dengan amat pelan, ia sudah cuci tangan dan kaki untuk memasuki ruangan bersih itu di mana di sana ada anak kembarnya. Dipandanginya di ruangan sana terdapat Bi Ani yang tengah memberikan dot berisi asi pada salah satu anaknya dan di samping sana ada Melanie yang terlelap dengan kepala bersandar. “Apa dia sudah lama tertidur di sofa?” tanya Javier terkekeh melihat Melanie yang sudah terlelap dengan posisi duduk. “Sudah setengah jam, saya nggak berani bangunin Non Melanie kasihan sepertinya kelelalahan." Javier menggut-manggut, membenarkan. Melanie memang terlihat kelelahan karena setia hari bergadang mengurus kedua anak-anaknya. Ia mendekat pada box baby, di mana kedua bola mata berwarna coklat itu terbuka lebar, dan bibirnya yang terbuka seraya hendak mengajaknya mengobrol. Putranya itu terbangun. “Sebentar yah sayang, daddy bantu mamimu dulu pindah ke atas tempat tidur, kasihan bobo di sofa,” ujar Javier mengecup pipi gembul putranya dan lekas menggendong Melanie. “Kaka dari tadi bangun?” “Sudah sejam yang lalu, tuan. Apa anda mau di buatkan coffe?” “Boleh bi.” Ia menurunkan Melanie di atas tempat tidur, dan tidak lupa memberikan selimut. Ia pun kembali ke arah box bayi itu dengan hati-hati Javier menggendong putra laki-laki Melanie. Seperti inilah kebiasaan Javier setelah seharian bekerja, dengan semua kesibukan yang membuatnya penat dan lelah. Namun saat bersama dengan kedua anak Melanie, Arkanan Wiliiam Sanjaya dan juga Anandia William Sanjaya rasa lelah dan penat pun seolah sirna saat melihat anak kembarnya tersenyum dan mengajaknya mengbrol. Pukul 05.00 wib. “Emmhh…” Melanie menggeliatkan tubuhnya. Ia sidah tidak heran dan juga kaget saat melihat dirinya yang sudah berada di atas tempat tidur. Melanie sudah tahu dengan kebiasaan Javier yang selalu memindahkan dirinya bila tertidur. Melanie menoleh ke samping di mana Adia masih terlelap. Ia pun bangun dari tidurnya sembari membawa selimut untuk pria yang tertidur di sofa panjangnya. “Tumben anak-anakku tidak bangung?” “Baru tidur setengah jam lalu, non. Ngajak ngobrol sama tuan Javier,” ujar Bi Ani yang menggantikan popok Kaka yang basah. “Dia datang jam berapa bi?” “Jam sebelas lebih lah non.” Melanie menatap sejenak Javier yang terlelap. Ia masih teringat akan perkataan Chang tadi siang. Tidak lama Melanie keluar kamarnya dan berjalan ke arah dapur untuk membuat sarapan pagi untuk papa dan juga Javier yang masih tertidur d kamarnya. Namun saat kedua matanya pandangi keluar, Melanie melihat mobil Javier yang terparkir di halaman belakang, biasanya Javier kalau menginap tidak membawa mobil dan selalu meminta sekretarisnya menjemputnya. Tetapi ini? “Haaahh, kenapa pria itu selalu kebaisaan seperti ini, membiarkan sekretarisnya untuk menunggu hingga tertidur di dalam mobil, sementara dirinya—“ Melanie mengdengus kesal, sembari melangkahkan kedua kakinya menghampiri mobil Javier bersamaan dengan Andri keluar dari dalam mobil. “Dri…” “Eh nona, pagi.” “Pagi. Nanti lagi kalau Javier kemari dan lupa memberitahumu, sebaiknya kamu tidur di kamar sana saja ada yang kosong dari pada kamu tidur di dalam mobil sakit. Apa dia nggak bilang ke kamu kalau mau menginap?” Andri menggeleng. “Tuan hanya bilang sebentar melihat si kembar.” Melanie menghembuskan napas pelan. “Tuanmu itu kalau sudah sama si kembar pasti lupa. Ya sudah kalau begitu masuklah ke dalam sarapan dulu. Saya sudah buatkan sarapan pagi.” “Ya nona, terima kasih banyak.” Melanie kembali masuk ke dalam dan menuju kamarnya, ia pandangi kedua orang yang kini terlelap bersamaan dengan Javier yang sudah pindah—tidur di atas tempat tidurnya bersamaan dengan Adia. Melanie mengulas senyum saat melihat gaya tidur mereka yang sama. “Kenapa putriku terlihat mirip dengan Javier? Apa karena pria itu selalu berada di sampingnya selama ini, hingga saat aku hamil, nyidam sampai melahirkan sosok Javierlah yang selama ini selalu perhatian padaku?” batin Melanie. "Ahh masih bayi pasti wajahnya masih sering menyerupai seseorang, nanti juga tidak," jawab Melanie berbicara pada diri sendiri. Mengingat Javier, Melanie kembali teringat akan perkataan Chang tadi siang. "Kalau itu benar adanya, lalu kenapa Javier selama ini tidak mengatakan secara langsung kalau dirinyalah yang sudah merenggut kesuciannya bukan Chang?" gumam Melanie seraya padangi wajah Javier yang tertidur. "Aku harus menanyakan nanti pada Javier. Ya itu harus," imbuhnya. “Aku butuh penjelasan di sini Jav!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD