Revano tiba di penthousnya, ruat wajahnya terlihat letih. Ia berjalan ke lemari pendinginnya bersamaan ia melepaskan jas yang menempel di tubuhnya setelah melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya seharian ini. “Huffftthh…” seru Revano membuang nafas dalam. Di hempaskannya tubuhnya di sofa panjang bersamaan kepalanya yang menengadah ke atas yang di ikuti kedua netranya yang terpejam. Tepatnya, Revano mereungi semua kesalahan yang ia perbuat tadi siang dengan Melanie. ‘Maafkan aku, Mel. Aku menyesal,’ batin Revano. “Kau menyesalkah?” Revano tersentak kaget, kedua matanya langsung terbuka lebar ketika mendengarkan suara yang terdengar jelas bergema di rumahnya yang selalu sepi. Revano mengedarkan netranya mencari ke sekeliling ruangannya, ia nampak terkejut akan sosok Pria Iblis y

