BAB 3 RUTMINI **

1041 Words
Evan memang sudah pernah mencari tahu tentang wanita kampung yang harus dia nikahi, tapi dia segera menyerah begitu mengetahui gadis bernama Rutmini itu adalah putri dari mantang kekasih papanya sendiri. Bahkan Evan tidak habis pikir bagaimana bisa orang tua di jaman sekarang ini masih memberi nama anaknya Rutmini. Semua masih terasa aneh bagi Evan, dan sebagai putra dari ibunya tentu Evan langsung menolak, walaupun dia sendiri belum tahu bahwa ibunya sudah mengetahui perkara ini apa belum. Evan tidak ingin menikah dengan wanita manapun, apalagi dia adalah putri dari kekasih papanya. Walaupun wanita itu sudah lama meninggal tapi sepertinya papa mereka juga masih menyimpan perasaannya untuk wanita itu. Meski cuma sekedar simpati seharusnya sudah tidak perlu. Evan sendiri juga bukan tipe pria yang selalu setia, tapi jika untuk wanita yang dinikahi Evan pasti akan setia. Karena itu Evan tidak mau menikah dengan sembarang wanita apalagi dijodohkan. Evan baru kembali dari kantor ketika mendengar dari salah seorang pengurus rumahnya bahwa gadis yang bernama Rutmini itu tiba-tiba sudah berada di rumah mereka dan sedang bicara dengan papanya. Bukannya buru-buru ingin melihatnya, justru Evan kembali pergi tanpa mengatakan apa-apa. Sementara itu Rutmini yang sedang asik ngobrol dengan tuan Serkan sepertinya juga agak lupa jika tadi dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan bang Evan. Tuan Serkan beberapa kali bercerita tentang putra-putranya, termasuk tentang bang Harris yang sepertinya paling keras kepala. Dalam hati Rutmini bersyukur karena dirinya tidak harus menikah dengan pria seperti itu, walaupun dia tahu yang namanya bang Haris itu sangat tampan. Rutmini sudah melihat foto bang Haris dan istrinya yang cantik terpajang di ruang keluarga. Sementara dia hanya sekilas memperhatikan foto putra ke dua tuan Serkan dalam foto keluarga beramai-ramai. Karena itu Rutmini tadi sempat tidak sabar untuk segera bertemu bang Evan. Tapi saat sudah cukup lama menunggu dan yang dia tunggu tidak kunjung datang, akhirnya Rutmini jadi mulai lupa. Selain itu tuan Serkan juga terus bercerita dan membuatnya antusias untuk ikut menceritakan pengalamannya ketika tinggal di kampung. "Putraku seharusnya merasa sangat beruntung karena mendapatkanmu ." "Aku hanya gadis kampung, bagaimana jika bang Evan tidak suka." "Dia sangat bodoh jika sampai menolakmu. " Rutmini sempat menyimak cerita dari tuan Serkan tentang putra keduanya itu, dan sepertinya bang Evan memang anak laki-laki yang sangat baik. Rutmini merasa lega karena jika pun putra tuan Serkan tidak menyukainya paling tidak dia bukan orang yang kemudian akan menghinanya karena jelek atau orang kampung. Bagaimanapun Rutmini masih sangat sadar diri jika dirinya hanya gadis desa, bahkan sampai saat ini dia juga tidak pernah berharap putra tuan Serkan itu akan menyukainya. Rutmini mau ikut kemarin itu juga karena dia sangat menghormati tuan Serkan yang selama ini sudah sangat banyak berjasa pada keluarganya. Rutmini pikir, jika pun putra tuan Serkan tidak menyukainya, dia tidak apa-apa, toh dia juga tidak ingin tinggal terus di rumah besar tersebut. Meskipun istri tuan Serkan juga sangat baik padanya tapi Rutmini tetap merasa lebih nyaman tinggal bersama kakek dan neneknya di kampung. ***** Alex dan bang Harris baru pulang dari kantor dan langsung pergi ke rumah ibunya untuk sekalian mengambil putri mereka. Alex sempat penasaran ketika melihat gadis muda yang duduk bersama ibu mertuanya. Alex langsung menghampiri mereka dan menyapa sementara bang Harris sepertinya lebih memilih menemui papanya lebih dulu. "Apa Sookie rewel? " tanya Alex. "Tidak dia sangat pintar, dan tambah pintar setiap hari. " Ibu mertuanya itu memang tidak pernah mau ketinggalan memperhatikan setiap momen pertumbuhan cucu perempuannya. "Oh ya, Alex! perkenalkan ini Rutmini. Calon istrinya Evan, baru datang tadi pagi dari kampung. " Meski sempat terkejut ketika lebih memperhatikan gadis muda itu tapi Alex tetap berusaha tersenyum saat menawarkan tangannya lebih dulu untuk saling berkenalan. "Apa sudah bertemu Evan? " tanya Alex pada Rutmini yang segera menggeleng. "Kupikir dia sudah pulang dari tadi." Tadi Evan memang berpamitan padanya untuk pulang lebih dulu dari kantor karena mengeluh agak pusing. Nyonya Marrisa juga sedang menatap Alex, sepertinya ingin ikut bertanya. "Tadi Evan mengeluh agak pusing karena itu dia ingin pulang lebih cepat, " terang Alex membuat mereka berdua terlihat bingung. "Kami sudah menunggunya dari tadi dan belum melihatnya, " kata nyonya Marrisa heran karena selama ini putra keduanya itu pasti akan memberinya kabar jika tidak langsung pulang ke rumah, apa lagi jika dia mengeluh sakit. "Kupikir dia akan langsung pulang ke rumah jika sedang tidak enak badan, " Alex sependapat. "Sebentar biar kuhubungi teleponnya. " Alex buru-buru mencari benda persegi itu dari dalam tas jinjingnya yang tadi dia letakan di meja. Bagaimanapun dia jadi khawatir jika Evan tidak pulang ke rumah, padahal tadi ia memang kelihatan kurang sehat. Setelah beberapa kali bunyi sambungan yang ditolak, Alex kembali menutup telponnya. "Ponselnya tidak aktif, " katanya kemudian saat menatap Rutmini dan ibu mertuanya yang otomatis ikut khawatir. "Coba nanti kutanyakan bang Haris siapa tau Evan memberitahunya. " Tak lama berselang bang Harris tiba-tiba sudah datang menghampirinya, dan saat Alex bertanya perihal Evan, dia cuma geleng. "Memangnya kenapa? " bang Haris malah balik bertanya. "Abang tahu, ini Rutmini, calonnya Evan, dia sudah menunggunya dari tadi. " "Oh, " sepertinya bang Harris juga terkejut ketika melihat gadis muda yang bernama Rutmini. Bukan hanya karena penampilan lugunya, tapi Rutmini benar-benar masih sangat terlalu muda bahkan untuk Evan sekalipun. Tiba-tiba bang Haris merasa tidak habis pikir bagaimana bisa papanya membawa gadis semuda Rutmini untuk dinikahkan dengan salah satu putranya. Apa lagi dengan Evan, karena bang Haris tahu seperti apa wanita-wanita yang sering dekat dengan adik laki-lakinya itu selama ini. Yang jelas sama sekali tidak seperti Rutmini. Sebenarnya Rutmini tidak buruk, meski namanya agak aneh untuk dimiliki seorang gadis muda di jaman sekarang ini, tapi tetap saja Rutmini bukan tipe Evan. Wajar jika bang Haris mulai khawatir. Bang Harris mengajak Alex untuk segera pulang, padahal Alex masih ingin menunggu paling tidak sampai ada kabar dari Evan. "Jangan terlalu cemas, dia sudah besar dan bisa mengurus dirinya sendiri, kita harus segera pulang karena kasihan putrimu yang harus segera beristirahat." Karena alasan itu Alex setuju dan segera ikut bang Harris pulang setelah berpamitan dan berjanji pada Rutmini akan coba menghubungi Evan lagi, nanti. Elex melihat sepertinya gadis lugu itu benar-benar cemas. Rutmini bukan tipe gadis yang bisa berpura-pura dan akan terlihat sangat jelas jika dia sedang mencemaskan seseorang, bahkan untuk seorang pria yang bahkan belum pernah ia temui. Alex menyukai gadis itu. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD