11. Asrein's Angry

1898 Words
Dasar menyebalkan kau Eyden! Dyeza hanya bisa mengumpat didalam hati ketika Eyden malah menghilang disaat keadaan sedang genting seperti ini. Sebenarnya apa yang ada dijalan pikiran Eyden? Kenapa dia malah pergi? Siapa yang akan menolong Ellzer nanti? Hanya dia yang mempunyai kekuatan selain Asrein disini. "Siapa kau?" ucap Asrein pelan. Matanya bergerak mengamati lelaki asing ini dari atas sampai bawah seolah sedang menilainya. Alis Ellzer terangkat sebelah, sepertinya lelaki berpakaian aneh didepannya ini tidak menyukainya jika dilihat dari caranya menatap. Tapi tak ayal, ia tetap tersenyum tipis dan mengulurkan tangannya. "Perkenalkan, namaku Ellzer!Siap---" "Aku tidak bertanya namamu!" potong Asrein cepat. Matanya sekarang menatap sinis lelaki bernama Ellzer ini. "Apa hubungan antara kau dengan Dyeza?" Ellzer menurunkan tangannya yang hanya menggantung diudara karena tak disambut dengan semestinya. Dan sekarang ia yakin kalau lelaki berambut biru kehijauan ini memang tidak menyukai dirinya. Tapi kenapa? "Aku teman Dyeza." Kini Asrein malah berkacak pinggang dan memicingkan matanya. "Bagaimana aku bisa percaya?" "Terserah!" Ellzer lebih memilih tak menggubris lelaki aneh ini dan segera berjalan melewatinya. Ia cuma mau mengembalikan tas, tapi kenapa malah diinterogasi seperti ini?! Belum genap 2 langkah ia melewati lelaki ini, tangannya sudah terlebih dahulu dicekal oleh seseorang. "Mau apa lagi kau?" geram Ellzer. Mata Asrein kian menajam dengan rahangnya yang mengeras. Berani-beraninya manusia lemah ini menggeram padanya! "Siapa yang menyuruhmu masuk?!" Asrein melepas tangan Ellzer dengan kasar. "Dan satu lagi, jangan pernah menggeram padaku!" Alis Ellzer terangkat sebelah, sedetik kemudian ia terkekeh kecil. "Hey, apartemen ini bukan milikmu! Lagipula menggeram itu merupakan hak setiap orang, kau tidak berhak melarang seperti itu!" Kedua tangan Asrein mengepal kuat. Amarah dalam dirinya mulai berkobar akibat sikap lancang manusia lemah ini. Selama ini tidak pernah ada sekalipun yang berani menentang dirinya! Ellzer mulai beranjak dari tempatnya berdiri dan hendak menghampiri Dyeza seraya mengulas senyum tipis. Tapi senyumannya langsung lenyap saat melihat wajah Dyeza yang pucat pasi. Apa dia sakit? "Dyeza, kau kena--" Brukk!! "ELLZER!" Dengan langkah cepat Dyeza mendekati Ellzer yang tengah meringis kesakitan. "Kau tak apa?" ucapnya dengan nada khawatir yang kentara sekali. Ia panik sekaligus terkejut ketika tiba-tiba tubuh Ellzer terpental lalu menghantam dinding dengan lumayan keras. Sedangkan Asrein, seringaian puas terukir diwajah tampannya. Itu hanyalah hukuman kecil agar manusia lemah nan bodoh ini tidak berani lagi bersikap seperti itu padanya. Ellzer memaksakan diri untuk tersenyum, mencoba meyakinkan Dyeza kalau ia tidak apa-apa. "Aku baik-baik saja!" Bohong! Tubuhnya seakan remuk akibat benturan tadi. Tapi ia tidak mau membuat Dyeza semakin panik dan khawatir. Dyeza memejamkan matanya sebentar. Ia tahu kalau Ellzer berbohong, mengingat ada cairan merah kental yang mengalir lewat mulutnya. "Ayo aku bantu!" ia menarik tangan dan bahu Ellzer untuk membantunya berdiri. Dengan hati-hati ia membawa Ellzer agar duduk di kursi panjang. Kemudian ia segera bergegas mengambil kotak P3K dari dalam lemari dan segera menghampiri Ellzer. Tadi ia sempat melirik Asrein yang tengah mematung ditempatnya. Jujur ia tak tahu dan tidak mau tahu apa yang dipikirkan oleh laki-laki childish itu sekarang. Saat ini yang terpenting hanyalah luka Ellzer harus cepat diobati agar tidak menjadi semakin parah. Segera ia menyeka darah yang mengalir dari mulut Ellzer dengan kapas secara perlahan. Sebenarnya rasa gugup tengah menderanya sekarang, mengingat jarak wajahnya dengan wajah Ellzer yang hanya berjarak beberapa cm saja. Sontak perlakuan lembut Dyeza terhadap Ellzer tersebut membuat rasa iri sempat terbersit dibenak Asrein. Ia menggembungkan pipinya dan mendengus kesal. Ia pun juga ingin diperlakukan seperti itu! Tiba-tiba sebuah ide terlintas dipikirannya. Ia merapalkan sebuah mantra setelah menyeringai licik sebelumnya. Tak lama kemudian, wajah tampannya berubah menjadi penuh dengan lebam yang sudah membiru. Dan aktingnya pun dimulai. "Aduh, wajahku sakit sekali!Tulang rahangku sepertinya remuk, sakit sekali!" Asrein mulai meracau tidak jelas seraya memegangi wajahnya. Raut wajahnya menunjukkan ekspresi kesakitan yang dibuat-buat. Serempak Dyeza dan Ellzer mengalihkan perhatiannya ke arah Asrein. Kening mereka sama-sama berkerut dan menampilkan ekspresi bingung. Lalu sedetik kemudian Ellzer terlihat menahan tawa-nya agar tidak terdengar dan Dyeza yang hanya memutar bola matanya jengah. Anak kecil pun pasti juga akan tahu kalau Asrein hanya berpura-pura. Lihatlah, mana mungkin ada orang sakit tapi wajahnya malah ditekan-tekan dengan keras? Lagipula baru beberapa menit yang lalu dia masih sehat dan tak luka sedikitpun! Dan juga tak ada yang menyerangnya ataupun hal semacamnya! Lelaki ini benar-benar..... "Aku tahu kau cuma berpura-pura!" ucap Dyeza kemudian beralih melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti. Dan Asrein hanya bisa menahan rasa dongkol saat melihat senyum mengejek terukir diwajah manusia laknat bernama HELLzer itu. Dengan sedikit menghentakkan kakinya, ia berjalan mendekati Dyeza dan HELLzer lalu duduk dikursi depan mereka. Ia menggeram tertahan ketika Ellzer dengan sengaja menyentuh tangan Dyeza yang sedang mengusap darah dibawah bibirnya. Nafas Dyeza tercekat ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit lawan jenisnya secara langsung. Matanya seolah terpaku ke manik mata coklat gelap milik Ellzer. Cup! Mata Dyeza membulat seraya tangannya memegang pipi kanannya yang baru saja dicium oleh Ellzer. Ia sangat shock! Tetapi ia lebih luar biasa shock saat melihat sorot mata Asrein yang mulai menggelap. "Terimakasih karna telah mengobatiku." Dan sedetik kemudian, tangan kekar Asrein sudah bertengger manis dileher Ellzer. Mencekiknya. Ellzer, kau takkan selamat.  "b******k, a-pa yang ka-kau lakukan?!" ucap Ellzer terbata-bata karena cengkraman tangan lelaki aneh ini dilehernya berhasil membatasi ruang bicaranya. Ia akan menendang lelaki ini kalau saja kakinya tidak ditindih oleh dia. Apalagi semakin lama ia semakin kesulitan untuk sekedar bernapas, dan juga dadanya yang mulai terasa nyeri. Kekuatan lelaki ini seperti bukan manusia saja! Sedangkan Dyeza, entah kenapa kejadian didepan matanya ini membuat sekelebat bayangan muncul diotaknya dan disusul dengan suara-suara asing yang terdengar di indera pendengarannya. Le-lepaskan! Uhuk.. Uhuk... Ayah! Ibu! Pangeran berkuda putih kau pembunuh! Aku membencimu!! Dyeza langsung memegang kepalanya yang mulai berdenyut-denyut dengan rasa nyeri yang mulai menjalar ke seluruh otaknya. Pembunuh! Suara itu terdengar lagi. Tangannya kian meremas kuat rambutnya karena rasa sakit dikepalanya kian bertambah. Pembunuh! Bulir bening mulai menetes dari kelopak matanya saat suara seorang anak kecil terdengar kembali ditelinganya. Dan reflek tangannya menutup erat kedua telinganya. Pembunuh! "Hentikaaaaann!!" teriak Dyeza frustasi seraya berdiri dari tempat duduknya. Dan sedetik kemudian tubuhnya mulai melemah dan nyaris terjatuh dan terantuk meja kalau saja tangan Asrein tidak segera menahan lengannya. "Dyeza!" Dengan masih memegangi lehernya, Ellzer berusaha bangkit dan menyentuh wajah Dyeza. Tapi tangannya segera ia tarik kembali saat terdengar suara geraman kencang disusul dengan suara peringatan. "Jangan sentuh!" Asrein mengalihkan perhatiannya dari Ellzer dan menatap Dyeza dengan khawatir sekaligus panik. "Dyeza, bangun! Jangan membuatku khawatir!" Tangannya menepuk-nepuk pelan pipi istrinya, berharap caranya itu bisa membangunkannya. Dyeza tak kunjung membuka matanya. Dan dengan cepat Asrein menggendongnya ala bridal style lalu segera menghilang dalam sekejap. Tapi sebelum itu, ia sudah menyihir Ellzer melalui tatapan mata agar dia tidak sadarkan diri. Dan nanti ia akan menyuruh Zarel agar menghapus ingatan dia tentang kejadian tadi. Dan jangan berpikir bahwa ia akan melepas manusia ini begitu saja. Karena barang siapa yang berani menyentuh miliknya, takkan pernah ia lepas sampai kapanpun juga, Camkan itu! -------------------------------------------- Suara gemericik air terjun yang mengalir bebas disebuah danau buatan tepatnya dibelakang istana Ethernichius terlihat semakin indah dan menawan dikala senja. Sinar matahari yang menembus airnya yang berwarna hijau terang nan jernih membuat berbagai bentuk bebatuan didalamnya tampak terlihat. Berbagai macam jenis ikan hias yang tak dijumpai di dunia manusia tampak sekarang sedang menggerombol tepat dibawah jembatan. Ya, danau ini juga dilengkapi dengan sebuah jembatan yang membentang sepanjang danau. Dimana diatasnya terdapat dua sosok lelaki yang mana si rambut cokelat tengah memberi makan ikan seraya menggeleng dan menganggukkan kepalanya sesekali. Sedangkan si rambut hitam keabu-abuan tengah asyik bercerita walaupun sebenarnya sama sekali tidak didengarkan oleh lawan bicaranya. "Satu diantara mereka akan mati." ucap Zarel mengakhiri cerita panjang lebarnya. Kemudian ia menoleh sambil kedua tangannya memegang pegangan jembatan. "Benarkan?" "Eh?" Yezra cukup terkejut saat tiba-tiba Zarel menanyakan hal itu. Jujur ia sama sekali tak mendengar apapun yang disampaikan olehnya tadi karna terlalu fokus memberi makan ikan. "Bagaimana? Benarkan?" Zarel malah kian mendesak Yezra agar menjawab pertanyaannya. Ia bersumpah demi kotoran anjing Eyden jika adiknya ini tidak mendengar ceritanya tadi, maka akan ia kirimkan ilusi setan paling menyeramkan dari neraka ke dalam otaknya. Biar dia tidak bisa tidur semalaman! "Ah, ya!" Yezra tiba-tiba menjentikkan jarinya ketika otaknya sudah mendapat sebuah pencerahan. "Benar! Salah satu dari mereka pasti akan mati, secara kan mereka sama-sama kuat!" Dan raut wajah Zarel langsung berubah seketika. "Sama-sama kuat? Maksudmu dua nenek tua nan ringkih dikaki bukit itu kuat?" Sontak Yezra memejamkan matanya seraya mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ternyata dugaannya salah! Ia pikir tadi Zarel sedang membicarakan prajurit yang sedang berkelahi didekat koridor istana, tapi ternyata bukan. Sekarang apa yang harus ia jawab? Karna sepertinya Zarel mulai curiga jika dilihat dari keningnya yang mulai berkerut dan matanya yang menyipit. "Atau jangan-jangan kau--" "Lihat, kenapa Asrein seperti sedang terburu-buru? Ada apa dengan dia?" Potong Yezra cepat saat matanya tak sengaja menangkap sosok Asrein yang tengah berjalan terburu-buru dikoridor istana. Kerutan dikening Zarel perlahan menghilang dan langsung membuat Yezra bernapas lega. "Benar juga! Ayo kita hadang!" Dan dalam sekejap ia telah melupakan masalah tadi. Yezra dan Zarel menggunakan kekuatan sihir mereka agar dapat menghadang Asrein. Dan Asrein yang tengah berjalan terburu-buru harus menghentikan langkahnya saat didepannya tiba-tiba muncul kedua saudaranya. Ia mendengus kesal sebelum berkata "Apa yang kalian lakukan? Minggir!Kalian menghalangi jalanku!" Bukannya menyingkir Zarel malah merentangkan kedua tangannya begitupun juga Yezra. Katakan saja tingkah mereka ini tidak layak disebut sebagai seorang pangeran. Para pangeran selalu menampilkan wajah dingin tak tersentuh ketika berhadapan dengan Sang Raja maupun semua penghuni di istana. Berbeda halnya jika berdekatan dengan Dyeza ataupun tempat yang sepi, mereka akan menunjukkan sifat asli mereka. Semua itu dilakukan karena sebagai pangeran di kerajaan paling kuat dikaum witch, mereka dituntut agar berperilaku dingin supaya musuh merasa gentar. Kerajaan Ethernicius adalah kerajaan paling banyak memiliki musuh. Dimana seluruh kaum penyihir kecuali Sage karena mereka sudah punah, menyimpan rasa dendam kepada Raja Varlsyien akibat kejadian pengangkatan permaisuri di masa lalu. Dan kaum necromancer adalah kaum penyihir yang paling membenci setengah mati kerajaan Ethernichius. Dulu mereka pernah mengirimkan roh-roh jahat ke rumah setiap penduduk kerajaan dengan niatan agar semua penduduk segera pindah dari kerajaan. Tapi roh-roh itu segera di basmi oleh Asrein yang masih merupakan keturunan necromancer. "Katakan terlebih dahulu kenapa kau terburu-buru!" desak Yezra dan diiyakan oleh Zarel. Asrein mengepalkan kedua tangan karena saking kesalnya. "Dyeza sedang tak sadarkan diri! Ka--" "APA?!" Dua saudara itu kompak berteriak dengan mata membelalak kaget. "Katakan apa kalian melihat tabib Han?" ucap Asrein cepat. Ia sudah mencari-cari tabib kerajaan yang sialnya cuma ada satu yaitu si tabib Han dan sampai sekarang belum ketemu juga. Lain kali ia akan mencari tabib yang banyak agar tidak perlu repot-repot seperti ini. "Dia ada dikamar ayah." Dan pantas saja tidak ketemu. Karena Asrein tak akan sudi pergi ke tempat yang paling ia benci itu. "Panggilkan dia!" titah Asrein kepada Zarel. Karena tak mungkin ia menyuruh Yezra, sebab adiknya ini sama seperti dirinya, tak akan sudi pergi kekamar ayah. Zarel yang mendengar perintah dari Asrein itu hanya bisa melapangkan d**a. Untung aku anak baik, rajin, dan tidak sombong! Batinnya dalam hati. Jujur sebenarnya ia mengutip kata-kata itu saat tidak sengaja membaca novel diatas lemari Dyeza 2 hari yang lalu. "Siap laksanakan!" ucapnya seraya memberi hormat layaknya seorang prajurit difilm yang ia tonton kemarin. Film yang DVD-nya hasil curian disebuah rumah disamping apartemen Dyeza, begitupun juga TV beserta perangkatnya. Dan secara resmi Zarel telah menjadi seorang pencuri. "Tidak perlu banyak bergaya! Cepat pergi!" Kini malah Yezra yang memerintah, dan kontan saja hal itu membuat Zarel mendengus dan langsung menghilang seketika. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD