Bab 20

1273 Words
Adam yang merasa sangat bingung dengan apa yang ia rasakan saat ini , apakah ia sudah mati atau ia hanya sekedar bermimpi saat ini, saat ini Anjani yang dilihatnya itu sangat nyata, ia yakin ini bukan mimpi, Adam saat ini sangat bingung apa yang harus ia lakukan. ... Saat ini pintu rumah digedor dengan brutal oleh orang yang berada di depan pintu. Tok..tok..tok . Sarah yang sedang asik duduk di dalam terkejut mendengar ketokan pintu yang sangat keras.  Sarah sedikit was was, akhirnya ia membukakan pintu itu dan di lihatnya Bimo yang tampak tegang dan cemas. "Oh kau Bim, ku pikir siapa yang kesetanan menggedor pintu tadi," jawab asal Sarah  "Ada apa kau kemari?" tanya Sarah kembali. Bimo yang sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan Sarah akhirnya membuka suara. "Adam" cicit Bimo lirih  Sarah yang menunggu jawaban Bimo sedikit khawatir setelah Bimo mengatakan nama suaminya itu. Dilihat wajah wanita yang ada di depan nya itu sedang menunggu jawaban ny dengan cemas, ia menarik napas sesaat,"Adam kecelakaan," Bimo akhirnya dapat mengatakan nya. Sarah yang mendengarkan itu seperti di sambar petir di siang hari, dunia serasa runtuh mendengarnya. Pertahanan Sarah pun runtuh, ia menangis, ia tak sanggup untuk sekedar bertanya kembali.  "Sekarang antar kan aku bertemu Suamiku sekarang," Sarah dengan sisa pertahanannya berusaha mengeluarkan suaranya. "Tenang, sabar lah Sarah, aku juga belum tau Adam di bawa ke rumah sakit mana, tadi aku hanya mendapat telpon dari staf kantor yang mengatakan mobil yang di tumpangi Adam mengalami kecelakaan,"Bimo menjawab dengan sedikit hati-hati. Sarah mendengarkan Bimo hanya merasakan ke khawatiran yang hinggap di hatinya itu. Ia selalu berdoa dan berdoa untuk keselamatan sang suami yang saat ini belum ada kabar tentang ke adaan nya. Caca tiba di rumah Sarah,setelah mendapat kabar dari Bimo soal berita kecelakaan temannya itu. Caca segera memeluk Sarah yang tampak kacau sekarang ini. "Sarah," Caca memanggil nya dengan lembut. Sarah langsung menghamburkan tubuhnya kedalam pelukan sang sahabatnya tersebut, ia menangis sejadi-jadinya, Caca hanya diam membiarkan dan memberikan waktu untuk teman nya ini melampiaskan kesedihan nya. Saat ini Bimo sedang menerima telpon dan berbicara secara tenang, dan akhirnya ia menutup telpon itu, Bimo mendekati Sarah dan caca yang saat ini berada di dalam kamar. Bimo membuka pintu kamar dan memasuki ruangan itu. Melihat Bimo masuk membuat hati Sarah seperti ingin berhenti, ia melihat wajah Bimo begitu tegang,'Ada apa bim, apa sudah ada kabar dari Adam,'Bimo yang mendengarkan suara parau Sarah yang sedari tadi menangis itu, hanya mengangguk pelan. "Sekarang Adam dan korban-korban yang lain sedang di evakuasi dan mereka akan di rujuk ke rumah sakit di kota ini, sekarang kita hanya bisa menunggu kapan mereka tiba di rumah sakit, sebaiknya kau makan atau istirahat dulu, Ca tolong kau temani Sarah dulu sebelum kita mendapat kabar kembali, aku akan keluar sebentar untuk membelikan kalian makanan." Bimo berusaha memberikan jawaban yang sangat tenang. ... Di alam lain.. Sudah lama mereka berjalan, rasa haus Adam juga sudah sangat menyiksa. Sampai akhirnya Anjani berhenti tiba-tiba dan berbalik kebelakang. Adam menatap bingung Anjani yang tersenyum padanya dan beralih pada air terjun. Kembali, Adam terpukau. Ternyata banyak sekali keindahan yang ada di hutan ini. Tidak menunggu-nunggu lagi, Adam berlari dengan cepat dan meminum air terjun yang mengalir. Anjani hanya bisa terkekeh geli melihat tingkah Adam yang terburu-buru. Tangan Anjani kembali meraba dinding air terjun itu dengan penasaran. Air terjun ini selalu berhasil memukaunya. Hanya beberapa yang Anjani tahu tentang air terjun ini. Selain keindahannya, air terjun ini juga mempunyai sihir. Sihir seperti apa juga Anjani kurang tahu, tapi yang ia tahu, air terjun ini hanya bisa terlihat disaat-saat tertentu saja. Seperti sekarang ini. "Kau sedang apa disana sayang?" Adam menatap bingung Anjani yang hanya mengelus dinding air terjun itu dengan tatapan mata yang kosong. Anjani tersenyum dan menggeleng. Dia merasa tak perlu memberitahukan hal ini pada pria yang ada bersamanya ini. Langkah pria itu semakin cepat mendekati Anjani, yang semakin ia lihat semakin memudar bayangan nya, Adam sedikit tidak mengerti dengan apa yang terjadi, Adam tidak bisa mengigat apa pun selain Anjani gadis yang berada dihadapan nya ini, Dan Adam sangat yakin bila ia sudah mati. "Sesuatu yang indah tidak abadi," Tanpa diminta Adam mengeluarkan kalimat itu dengan pelan. "Keindahan terjadi tidak kekal,", semua atas ijin yang maha kuasa kau bisa mengubah segalanya. Takdirmu, fisikmu, kekayaanmu, dan segala sesuatu yang kau cintai, bisa kau pertahankan disini." Dahi Adam mengerut, tidak mengerti artinya ucapan yang ia keluarkan, kalimat itu keluar begitu saja tampa Adam pahami. Disaat kenyataan itu datang kepadamu, apa yang kau bisa lakukan? ... "Adam.. sayang..," Sayup-sayup Adam mendengar namanya di panggil. Dia masih berdiri bersama Anjani menatap hamparan padang rumput yang sangat luas. "Adam...," Suara itu memang masih terdengar sayup, tapi suara itu semakin mendekat. "Adam.. sayangggh..!" Jeritan itu menggema, menyadarkan Adam yang seketika menoleh ke asal suara tersebut. Sarah disana, istrinya disana. Berdiri dengan mata yang berkaca-kaca. akhirnya ia mengigat istrinya. Dibelakang Sarah, Adam bisa melihat ada Bimo, Caca dan rekan-rekan kerjanya yang waktu itu juga menjadi korban saat kecelakaan. Adam menoleh, dia ingin melihat Anjani. Tapi Anjani tidak ada disampingnya lagi. Dengan sigap, Adam menolehkan kepalanya ke sana kemari, mencoba mencari Anjani tapi tetap saja tidak ada. "Adam!" Teriakan Sarah kembali menyadarkan Adam. Akhirnya Adam memutuskan untuk mendekat kearah Sarah dan mencari Anjani nanti saja. ... Adam yang sudah tiba di rumah sakit kota segera di berikan tindakan cepat. Di luar tampak Sarah, Bimo, dan Caca yang duduk dalam ke khawatiran, sesekali Sarah mencoba melihat dari balik pintu yang tertutup, ia selalu dan tak lupa memanjatkan doa, ia sangat berharap tidak terjadi hal-hal yang tak di ingin kan terjadi, Akhirnya lampu merah yang menyala di atas pintu tersebut padam menandakan tindakan telah selesai, perasaan Sarah saat ini campur aduk, sampai keluarlah orang yang memakai baju putih dari balik pintu itu. "Ada kah keluarga nya pasien di didalam?" Dokter itu mulai berbicara. "Saya istrinya dok.." jawab cepat Sarah. "Bagaimana keadaan suami saya dok?" Sarah memberi pertanyaan kepada dokter tersebut. "Pasien mendapatkan benturan hebat di kepalanya sudah di lakukan tindakan Rontgen di lihat dari gambaran nya memang tidak terlihat ada masalah tetapi sekarang ia dalam observasi 1 x 24 jam untuk mengetahui apakah ada permasalahan lain seperti muntah atau pusing, sekarang suami anda sedang di bersihkan dan akan di pindahkan keruangan rawat inap,"Jawab dokter itu yang membuat Sarah sedikit lega. "Baik lah saya permisi dulu, bila terjadi sesuatu dengan pasien segera panggil suster yang ada di ruangan nya,"pamin dokter itu dengan sopan. ... Sarah yang telah masuk keruangan rawat inap itu menangis melihat Adam yang saat ini sedang terpasang infus, dan selang oksigen, ia mendekat dan melihat ada perban yang menempel di kepala sang suami.  "Untunglah kau selamat sayang. Aku sangat mengkhawatirkan mu." Sarah menangis dalam pelukan Adam. Adam saat ini sudah sadar dari pingsan nya, tetapi saat ini ia sangat lemah untuk menjawab pertanyaan saat ini. Rasa ngantuk selalu menggerogoti matanya. "Kami kira kau menghilang Adam, kami dari semalam terus mencari mu bersama pihak yang berwajib yang juga ikut membantu." Bimo juga ikut mendekat dan merangkul Adam. Adam mengangguk. "Aku sedari kecelakaan itu berada di hutan itu" Adam menjawab dengan suara serak nya, Dia mencoba memberi tahu, " Apa nama wilayah hutan itu?", tanya Adam kembali. Teman-teman Adam saling bertatapan, "Entahlah," Salah satu temannya menjawab, "Kami bahkan tidak tahu hutan ini pernah ada. Kau tahu, sewaktu kami mencoba mencari mu didekat jurang, hutan ini belum ada sampai kami memutuskan pergi untuk mencari ketempat lain." Temannya yang selamat dalam kecelakaan itu menjelaskan dengan ragu-ragu, "Dan saat kami kembali ketempat jurang itu, hutan ini muncul." Temannya itu menaikkan bahunya tidak mengerti dan tidak ingin ambil pusing. Mungkin mereka yang tidak memerhatikan hutan ini, atau mungkin mereka memang benar. Aneh. .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD