Bab 30

1064 Words
"Kau sangat wangi sayang,"Adam memeluk istrinya dari belakang dan menyesap wangi tubuh istrinya itu. "Kapan kau pulang sayang?, Sarah bertanya kepada sang suami. "Aku tadi pulang saat kau sedang di kamar mandi," Adam masih setia memeluk sang istri. "Bersihkan tubuh mu dulu, aku akan mempersiapkan kau makan malam," perintah Sarah kepada sang suami. Adam sebenarnya malas untuk beranjak dari sisi sang istri, tetapi ia juga sangat lapar dan ia juga sangat gerah hari ini, ia berusaha ingin segera mencari kesegaran dengan berendam untuk melepaskan kepenatan hari ini, Adam meraih handuk yang di berikan Sarah kepada nya. Adam masuk ke dalam kamar mandi mata nya masih melirik wastafel itu karena kejadian aneh pagi tadi. Diluar Sarah segera menyiapkan baju tidur yang akan dipakainya nanti, setelah ia meyakini semua keperluan suaminya,ia segera keluar kamar menuju dapur untuk memasak. ... "Adam, duduklah. Aku akan memasakkan sesuatu untukmu", perintah Sarah seraya membuat langkah Adam melaju cepat. Adam yang memang sudah sangat lapar, akhirnya memutuskan untuk duduk dan menunggu Sarah yang tengah sibuk di depan kompor. Adam cukup terkesima dengan Sarah yang sangat pandai memasak dan juga memasakkan sesuatu untuknya. "Selesai, nasi goreng spesial sudah matang, selamat makan", ujar Sarah riang meski hanya makanan sederhana yang hanya dibuatnya. Adam yang melihat makan didepan nya sangat terpesona karen makanan yang dibuat sarah dikreasikan dan dibentuk menyerupai wajah sang suami, Adam sangat senang dan tersenyum melihat itu semua. Adam dengan cepat melahap makan malamnya,pandangannya sesekali menuju pada Adam yang juga tengah makan. Adam dan Sarah baru saja menyelesaikan makan malamnya. Sarah sendiri tengah membersihkan piring kotor yang ia gunakan tadi. Sementara suaminya itu tengah terduduk dengan buah di tangannya. Pandangannya tidak terlepas sejak tadi dari Sarah. Ia bahkan mengabaikan panggilan serta pesan singkat Bimo yang masuk sejak tadi. Adam benar-benar seperti terhipnotis. "Sayang itu ponselmu berdering dari tadi, mengapa tak kau angkat, mana tau itu telpon penting dari seseorang," Sarah memecahkan lamunan suaminya itu. Adam yang kembali dari lamunannya itu, melihat malas layar ponsel nya yang tertera nama Bimo. "Bimo menelpon ku sayang," jawab Adam malas. "Angkat lah sayang dari tadi itu dia menghubungi mu, mungkin itu penting," Akhirnya Adam mengangkat telpon dari Bimo, dan Adam segera menuju sofa untuk berbicara kepada Bimo. melihat jam di dinding Sarah merasa sangat lelah seharian ini, bahkan untuk menemani Adam mengobrol dengan Bimo lewat ponsel saja membuat Sarah semakin capek. "Sayang, aku rasa ini sudah larut. Dan aku ingin ke kamar saja, apa kau tidak apa aku tinggalkan disini sendiri?" tanya Sarah takut-takut, Adam tersenyum tipis, "Apa kau mau tidur?" Dan mendapatkan anggukan Sarah. Sarah yang mendengar pertanyaan itu hanya mengangguk pelan. Adam melanjutkan lagi telpon Bimo yang dari tadi telah tersambung. Adam yang mendengar omongan Bimo memotong omongan sahabatnya itu karena ia saat ini ingin menemani istrinya yang sedang ingin tidur itu  "Bim besok kita bertemu kembali untuk kau menceritakan kembali cerita mu itu." Adam menyusul Sarah yang sedang tertidur di kamar. ... Pagi ini Sarah tengah memasak sarapan untuk dirinya dan Adam. Senandung senandung indah mengalun lembut dari bibirnya. Dengan cekatan Sarah menyiapkan hasil masakannya di atas meja, beberapa makanan tampak tersusun di atas meja, yah walaupun tidak banyak. Semenjak menikah dengan Adam, Sarah memilih meninggalkan kariernya sebagai sekretaris di kantor dan fokus untuk mengurus rumah. Adam tak pernah melarangnya untuk tetap menjadi sekretaris, tapi sebagai seorang istri, Sarah sadar akan kewajibannya. Jadi dia memilih untuk mengurus rumah, menyiapkan sarapan, membuatkan bekal untuk Adam, menyiapkan makan malam, dan hal hal lain yang biasa dilakukan ibu rumah tangga. Tidak mudah awalnya, mengingat Sarah sangat jarang mengurus rumah, tidak pernah bahkan, tapi berkat bantuannya ibunya serta ibu mertuanya, ia dapat mengurus rumah sekarang, walaupun tidak semuanya berjalan baik. Sambil tetap bersenandung, Sarah melangkahkan kakinya menuju kamar mereka untuk membangunkan suami tercintanya. Sarah membuka gorden, membiarkan cahaya masuk ke kamar mereka. Adam tampak gelisah karena cahaya matahari yang menyilaukan mengganggu tidurnya. "Sayang bangun sayang, sudah pagi, kau tak berangkat kerja?" Sarah duduk di samping suaminya yang masih memejamkan matanya. "Sayang, ayo bangun." Sarah menggoyang goyangkan lengan Adam, lalu mengecup pelan pipi suaminya itu. Adam mencekal lengan Sarah. Dengan mata masih terpejam Adam memajukan bibirnya, dan meletakkan telunjuknya di bibirnya sendiri. "Morning Kiss." Adam masih memejamkan matanya, sambil terus menepuk bibirnya dengan telunjuknya sendiri. "Sudah, bangun lalu mandi, aku menunggumu di ruang makan." Sarah beranjak dari ranjang, setelah sebelumnya menepuk pelan bibir Adam. "Sarah sayang." Adam mendudukkan tubuhnya di ranjang saat dilihatnya Sarah berjalan keluar kamar. Dengan malas ia berjalan menuju ke kamar mandi. Setelah lima belas menit, Adam keluar dari kamar dengan penampilan yang lebih baik, sangat baik malah. Kemeja biru tua tampak cocok di tubuh jangkungnya, rambutnya yang masih sedikit basah menambah kesan gagah pada dirinya. Aroma mint tercium dari tubuhnya. "Duduklah." Sarah meletakkan secangkir kopi di meja makan. "Masak apa pagi ini sayang?" Adam meletakkan jas nya di sandaran kursi, mendudukkan tubuhnya di kursi tersebut. "Nasi goreng dan omelette, tak ada yang spesial, yah kau tau kemampuan masakan ku belum begitu baik." Sarah duduk di kursi tepat di depan Adam. "Tidak sayang, kau yang terbaik yang kumiliki." Adam mulai menyodokkan sesuap nasi goreng ke mulutnya. "Terimakasih atas sarapan yang telah kau siapkan sayang," Adam segera beranjak dari tempat duduk nya dan tak lupa ia mengecup kening istrinya itu. ... Kini Adam menjalani aktivitas seperti biasanya, hari – harinya kembali disibukkan dengan jadwal yang padat, seperti jadwal meeting. Sejenak Adam bisa melupakan masalah yang terjadi, jadwal yang padat benar – benar menyita waktunya bahkan untuk memikirkan hal itu saja ia bahkan sampai tak ada waktu. Walaupun jadwalnya yang menyita waktu, tapi sebisa mungkin Adam menanyakan kabar istrinya itu. Hari ini jadwal memimpin meeting untuk produk baru , tampak Adam datang untuk memastikan jika meeting hari ini berjalan lancar, ia datang dengan sahabatnya Bimo yang juga tak pernah bisa melepaskan tanggung jawabnya kepada staf karyawannya sendiri. Sejauh ini meeting berjalan dengan lancar, Adam cukup puas dengan hasilnya, walaupun baru setengah perjalan meeting ini yang mereka jalani. Kini mereka tengah beristirahat sebelum kembali melanjutkan meeting. Hanya Adam dan Bimo yang tengah berada di ruang kerja Bimo."Caca" Bimo menghambur ke pelukan gadis yang baru saja muncul dari balik pintu. "ya, ampun pak …kau tampak bahagia sekali. Apakah kau bahagia karena bertemu denganku?" Caca bertanya seraya menahan malu karena bukan hanya dia yang berada di dalam ruangan kerja Bimo. "Tentu saja aku bahagia, karena aku bertemu dengan kekasih kesayanganku hari ini." ucap Bimo yang masih memeluk gadis itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD