Bab 31

2137 Words
Adam yang melihat Bimo dan Caca saling bermesraan di hadapannya itu segera keluar dari ruangan itu, Caca yang melihat Adam ingin pergi merasa tidak enak dan Bimo melihat raut wajah kekasihnya itu tahu kalau ia merasa tak enak hati. "Kau mau kemana?" Tanya Bimo yang melihat Adam ingin beranjak dari duduknya. "Aku ingin keluar saja, sepertinya dengan jalan-jalan keluar dulu bukan ide yang buruk, dan aku juga tidak mau menganggu kalian berdua saat ini," jawab Adam. Mendengar jawaban Adam membuat wajah Caca memerah akibat mendengar jawaban itu.  "Sudah lah aku tidak apa-apa, kalian habiskan lah waktu istirahat ini, jangan terlalu sungkan," Adam berjalan keluar ruangan dengan sedikit memberikan senyum kepada dua orang itu. ... Sarah menggantung tas tangannya di dalam lemari khusus tas, lalu beranjak duduk di sisi ranjangnya. Sarah baru saja pulang ke rumah miliknya dan Adam setelah seharian berada diluar untuk berbelanja bulanan.  Manik beningnya bergerak melirik jam di layar ponselnya. Tepat pukul enam petang. Sudah saatnya ia memasak makan malam untuk Adam, suami tercintanya. Drrrttt… Drrrttt… Sarah berniat beranjak menuju dapur, namun urung ketika ponselnya bergetar. Sarah segera meraih ponsel yang tergeletak di atas ranjang. Ada sebuah pesan masuk. Jemari lentik Sarah kemudian menari-menari di atas layar ponselnya, membuka pesan itu. ' Bagaimana harimu, sayang? Hari ini aku akan pulang larut. Setelah makan malam, sebaiknya kau langsung tidur saja. Tidak perlu menunggu ku. Aku akan ada di sampingmu saat kau bangun nanti. I love you.' Bibir merah Sarah tersenyum membaca untaian pesan dari Adam. Sarah kembali menggerakkan jemarinya di atas layar ponselnya. Membalas pesan dari suaminya. ' Tidak semenyenangkan saat bersama mu. Baiklah, jangan melupakan makan malam mu sayang. I love you too.' Sebuah desahan lirih keluar dari bibir merah Sarah. Sarah hari ini harus terlelap lebih dulu tanpa Adam yang akan memeluknya. Akhir-akhir ini mungkin suaminya itu sering pulang larut malam, dan Sarah membencinya. Sarah sudah terbiasa tertidur dalam dekapan Adam. Tapi apa boleh buat, Sarah memahami konsekuensi dari pekerjaan suaminya. Sarah akhirnya melangkah gontai menuju dapur. ... Adam dan bimo yang sudah kembali ke meeting nya ,sekarang sedang sangat sibuk karena ini adalah proyek baru yang mereka harus kerjakan seprofesional mungkin, Mereka berdua mungkin akan pulang terlambat dan melewatkan makan malam. Bimo yang telah mendapatkan kabar dari kekasih nya itu bahwa ia telah sampai di rumah merasa sangat lega karena ia khawatir Caca menyetir sendiri tampa sopir. Dan Adam pun tak lupa mengirimkan pesan ke ponsel istrinya bila ia akan pulang terlambat dan menyuruh nya agar tidak menunggu ia waktu makan malam nanti dan pesan itu telah di balas oleh Sarah. Dua lelaki ini sangat senang mendapat kabar dari orang yang dicintai mereka. ... Setelah meraka menyelesaikan pekerjaan mereka memutuskan untuk pergi ke kedai yang berada di pinggir jalan untuk sekedar mengisi perut mereka yang saat ini sedang kelaparan karena telah melewatkan makan malam. "Sepertinya disini enak,"ucap Adam Dan Bimo pun setuju dengan ucapan Adam. Adam dan bimo akhirnya sepakat untuk mengisi perut mereka di kedai ini. mereka masuk kedalam kedai yang tak begitu ramai. Adam dan Bimo duduk dimeja pojok kedai itu, Adam mendengarkan bimo bercerita tentang kekasihnya itu. Bimo berniat untuk segera menikahi Caca, mendengarkan itu Adam sangat setuju dengan apa yang di niatkan oleh temannya itu. "Aku dan Sarah hanya dapat mendukung mu saja, kami pasti mendoakan kalian bahagia dengan semua yang kalian rencanakan." Adam memberikan pukulan pelan di pundak sahabat nya itu. Setelah itu mereka larut dengan pembicaraan di mulai dari yang serius sampai berakhir dengan obrolan konyol yang mereka bicarakan. mereka berdua memutuskan untuk pulang karena jam sudah menujukan waktu larut malam. Adam telah sampai ke rumah dan melihat istrinya tertidur di bawah selimut itu, Adam segera berlalu untuk membersihkan diri dan tidur di samping istrinya itu. ... Kedua mata bening Sarah terbuka saat sinar matahari pagi menggelitik penglihatannya. Bibirnya mengulas senyum lembut ketika mendapati sebuah lengan kekar melingkari perutnya. Rupanya Adam menepati ucapannya. Suaminya benar-benar berada di sampingnya saat dirinya terbangun. Lengan Adam memeluk perutnya erat dari belakang, membuat Sarah sedikit kesusahan ketika membalikkan tubuhnya menghadap Adam. Sarah bergerak dengan sangat hati-hati, ia tidak mau membangunkan Adam. Bibir merah Sarah kembali tersenyum mendapati wajah tampan Adam yang begitu dekat dengan wajahnya. Sarah bahkan bisa merasakan hangat nafas Adam yang menggelitik permukaan kulitnya. Adam begitu tampan saat tertidur, membuat Sarah tergoda untuk membelai wajahnya. Dan kini Sarah tidak mampu menahan jemarinya untuk tidak bergerak mengusap pipi Adam dengan lembut. "Sudah bangun, sayang?" suara serak itu mengejutkan Sarah. Sarah dengan refleks menjauhkan tangannya dari wajah Adam, namun Adam dengan cepat menahan tangannya. Laki-laki itu menggenggam lembut jemari Sarah. "Sayang.." Sarah kembali terkejut saat Adam tiba-tiba membuka matanya. Tersenyum lembut ke arahnya lalu mengecup jemarinya. "Hm?" Adam masih mengecup jemarinya. "Sejak kapan kau bangun sayang?" Sarah bertanya gugup karena kedapatan oleh pemilik nya sedang meraba wajahnya. Adam memandang tepat di kedua bola mata Sarah. "Sejak tangan nakal ini bermain di pipiku," ia tersenyum jahil. Sarah merona saat Adam menggodanya. Sarah dengan cepat menarik tangannya dari genggaman Adam. Membuat Adam tidak bisa menyembunyikan tawanya. "Mengapa kau tertawa sayang ?" Sarah bertanya dengan wajah memerah. Adam menghentikan tawanya. Tangannya bergerak membelai surai hitam Sarah. "Karena kau sangat manis, sayang," Adam berucap jujur. Membuat Sarah kembali tersipu. Sarah memberanikan diri menatap Adam, namun bukan wajah tampan suaminya yang menjadi fokusnya. Melainkan bibir tebal Adam yang entah mengapa terlihat begitu menggoda di matanya. 'Haruskah aku memulai lagi untuk mencium suami ku ini?' Sarah membatin frustasi. Membayangkan dirinya mengecup dan mengulum bibir tebal Adam membuat wajah Sarah memanas. Sarah menelan Saliva nya berat ketika bibir suaminya itu terbuka, seolah memanggilnya untuk mengecup bibir tebal itu. Adam sedikit mengernyit ketika mendapati istrinya melamun. Apa yang sedang dipikirkan istri nya itu? Kenapa wajahnya tiba-tiba memerah? "Hey! Kau kenapa, sayang?" teguran dan belaian Adam di pipinya membuat Sarah seketika tersadar. "Apa kau sakit? Kenapa wajahmu memerah?" "Tidak .. Aku baik-baik saja sayang," Sarah cepat-cepat menggeleng. Ia sedikit memaksakan senyumnya. Mencoba meyakinkan Adam bahwa dirinya baik-baik saja. Namun sepertinya hal itu tidak meyakinkan Adam, justru membuat Adam terheran-heran dengan reaksi Sarah. "Sebaiknya kau segera mandi sayang. Aku akan menyiapkan sarapan untuk mu," ujar Sarah cepat sebelum Adam menginterogasinya lebih lanjut. Sarah segera beranjak turun dari ranjang dan berjalan tergesa menuju pintu kamar mereka. "Ada apa dengannya?" Adam menatap bingung ke arah pintu kamar mereka yang baru saja di tutup dengan cukup keras oleh Sarah. Adam kemudian mengedik kan bahunya, mencoba berpikir positif tentang istrinya. Kedua obsidian nya menatap ke arah jam digital di atas nakas. Mungkin benar apa kata Sarah. Sebaiknya ia segera mandi. Setelah menutup pintu kamar mereka, Sarah tidak langsung beranjak ke dapur. Ia justru bersandar di balik pintu, merutuki kebodohannya karena telah memerah di depan Adam. Demi Tuhan, Sarah malu sekali. Padahal ini bukan lah yang pertama Sarah memulai duluan untuk sekedar mencium suaminya itu , bahkan untuk menyadarkan perasaan suaminya dulu ia juga yang pertama memulainya,sehingga Adam menyadari perasaan nya. "Ya Tuhan, aku bisa gila! Kenapa hanya ingin memulai morning kiss saja rasanya malu sekali…" desahnya frustasi. ... Sarapan yang dibuat Sarah sudah masak dan tersaji dengan rapi di atas meja makan. Adam turun dari kamar mereka bersama Sarah yang sudah tampak segar seusai mandi. "Kau akan kemana hari ini sayang?" pertanyaan Adam mengawali pembicaraan mereka di meja makan. Sarah menjawab. "Hm. Hari ini aku akan pergi bersama Caca dan mungkin kedua keponakan nya itu," ia memberikan semangkuk nasi putih kepada Adam. "Apakah kau aku mengantarmu sayang," "Tidak usah , aku nanti pergi nya naik bis saja."jawab Sarah. "Mengapa kau tidak membawa mobil mu sendiri sayang?" Adam yang sedikit aneh dengan kelakuan istrinya yang lebih suka menaiki kendaraan umum dari pada mobil pribadinya itu, yang beralasan di dalam bis itu ramai dan tidak membosankan. "Baiklah," Adam mengangguk paham, ia tidak mau berdebat dengan istrinya pagi-pagi begini. Tidak ada pembicaraan lagi setelah itu. Adam menatap sarapan buatan Sarah dengan lahap, berbanding terbalik dengan Sarah yang tidak berselera makan sama sekali. Sarah beberapa kali mencuri pandang ke arah Adam yang duduk di hadapannya. Adam benar-benar merasa ada yang aneh dengan istrinya. Ia menyadari bahwa sedari tadi Sarah terus mencuri-curi pandang ke arahnya. Adam akhirnya meletakkan sendok setelah menghabiskan nasi di piringnya, lalu beralih menatap Sarah yang tampak mengaduk-aduk nasi yang masih memenuhi piringnya. "Ada apa denganmu, sayang? Apa kau sakit?" tangan Adam bergerak untuk memeriksa kening Sarah. Sarah menurunkan tangan Adam dari keningnya. "Aku baik-baik saja, Sayang. Aku hanya sedang tidak berselera makan saja. Mungkin nanti aku akan makan di luar saja bersama Caca," Sarah memaksakan senyumnya. "Baiklah," Adam meraih segelas air putih lalu meminumnya. "Aku sudah selesai. Aku berangkat sekarang, sayang," Adam beranjak dari duduknya. Sarah ikut beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Adam. Seperti biasa, Sarah akan membawakan jas milik Adam dan mengantar Adam sampai di depan pintu rumah mereka mereka. Adam tersenyum menerima jas kerjanya dari tangan Sungmin dan membantu suaminya itu memasangkan jas nya . Ia membelai lembut kepala Sarah lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah cantik Sarah. Dan memberikan ciuman pagi ini,"Untung aku tidak lupa meminta jatah morning kiss ku pagi ini" Adam berucap jahil. Sarah yang mendengar itu semakin merona wajahnya saat suaminya mengoda. ... Ting Tong… Sarah terkesiap saat bel rumah nya berbunyi, namun ia membiarkannya. Tidak langsung membukakan pintu. Sarah sedikit merutuki tamu yang datang berkunjung ke rumahnya.  Ting Tong… Sekali lagi bel rumah nya berbunyi. Sarah segera menuju pintu. Mau tak mau ia beranjak bangkit dengan berpegangan pada daun pintu rumahnya, membukakan pintu untuk tamunya. Tubuhnya benar-benar terasa lemas, apalagi Sarah tidak memakan sarapannya tadi. "Sarah.! Kenapa lama seka.." ucapan Caca tertelan begitu saja ketika melihat keadaan Sarah. Padahal gadis itu berniat untuk menyembur Sarah karena terlalu lama membukakan pintu untuknya. Caca sudah jauh-jauh menjemputnya tapi Sarah justru membuatnya menunggu. "Kenapa kau tampak lemas begitu? Apa yang terjadi, Sar?" Caca berubah panik detik itu juga. Tangannya bergerak menyentuh kedua bahu Sarah. "Aku tidak apa-apa cuma hanya tadi pagi aku tidak berselera makan saja," jawab Sarah. "Dan kau mengapa menjemput ku pagi-pagi begini, bukan nya aku yang sendiri akan kerumah mu,"Tanya Sarah bingung. "Aku kebetulan ada perlu di sekitaran sini, jadi aku putuskan untuk menjemputmu sekarang,baiklah sekarang sebaiknya kita mencari makan agar kau tak lemas begini," Sarah dan Caca akhirnya memutuskan untuk mencari makan. Sampailah mereka di sebuah kafe yang berada di dekat kantor Adam dan Bimo, Caca mengatakan akan mengantarkan sesuatu nanti kepada Bimo. "Aku tidak pernah melihat kafe ini,"Sarah mencicit pelan suaranya. "Aku pun, sejak kapan ada kafe ini, perasaan dulu ini hanya gedung kosong yang telah lama di tinggalkan,"Caca membalas pertanyaan Sarah yang merasa aneh juga. "Kau benar," jawab Sarah, Sarah memperhatikan suasana kafe ini, ' rasa ku kalo ini kafe yang sudah lama mengapa aku baru melihatnya dan kalo pun ini kafe baru mengapa seperti sudah lama' batin Sarah.  Tak lama datang lah seorang pelayan yang mendatangi meja tempat mereka berdua duduk,"permisi apakah nona-nona ingin memesan sesuatu," pelayan tua itu memberikan buku menu. Sarah dan Caca melihat-lihat buku menu itu, mereka sedikit bingung dengan apa yang akan dipesan, akhirnya Sarah memesan steak dan salad, dan Caca hanya memesan s**u karamel saja. pelayan tua itu melihat Sarah yang bingung akan memesan minuman,menawarkan dirinya untuk membantu Sarah memilih minuman. "Sebaiknya nona memesan minuman red wine yang cocok diminum saat memakan steak," pelayan itu mencoba membantu Sarah yang kebingungan. "Oh baiklah , tak ada salahnya mencoba sedikit," Sarah mengembalikan buku menu itu kepada pelayan itu. "Baiklah saya ulangi pesanannya , 1 steak, 1 salad, 1 s**u karamel, 1 red wine, apakah ada pesanan lain nya nona?" tanya pelayan itu. "Tidak ada trimakasih,"ucap Caca. Pelayan itu beranjak pergi dari meja Sarah dan Caca, Caca yang saat ini sibuk dengan hp ny, sedangkan Sarah sibuk melihat suasana kafe ini.  Sarah memandang Caca yang saat ini sibuk dengan hp nya, tersenyum bahagia karena teman baik nya ini menemukan pria yang sangat mencintai nya. "Ca bagaimana hubungan mu dengan Bimo, kapan kalian akan menikah?" tanya Sarah yang to the poin. "Ha.. " Caca yang mendengar pertanyaan teman nya itu menunduk malu , Caca bingung harus menjawab nya bagaimana, karena meraka berdua belum ada pembicaraan kearah sana. "iya, jangan terlalu lama pacaran, lebih baik pacaran setelah menikah, kau tau itu sangat mengasikan, kita bisa melakukan hal yang tak bisa di lakukan orang yang masih pacaran," Sarah membicarakan hal itu tidak melihat Caca berfantasi dan membuat Caca semakin malu mendengarkan nya . "Sarah hentikan omongan mu itu, aku malu mendengarnya," wajah Caca semakin merona merah. "Eh Ca, coba kau lihat suasana kafe ini, disini kafe nya terlihat nyaman, terus kafe ini berada di tempat yang strategis tetapi kenapa pengunjungnya hanya kita dan 1 orang yang berada dipojok itu," Sarah masih merasa aneh dengan keberadaan kafe ini. "iya kau benar, mungkin ini kafe baru jadi belum banyak orang yang mengetahuinya,"Caca berfikir positif saja. Sarah duduk terdiam menikmati suasana nyaman yang tercipta di sini. Pikiran nya sangat nyaman , ia merasa sangat nyaman dengan ini semua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD