15 - Permusuhan yang Menyulitkan

1020 Words
Faira sedang sangat bersemangat untuk melanjutkan misinya setelah mendapatkan dukungan penuh dari calon mertua! Namun ... segera gadis itu meluruhkan antusiasme setelah membaca pesan balasan dari Darren usai sebelumnya Faira meminta untuk dijemput. Gadis itu mengerutkan kening tidak suka, sembari duduk di pinggir tempat tidur dengan penuh kehati-hatian. Darren : [Sori, Fai. Ini keputusan mutlaknya Steve. Dia nggak bisa terima lo lagi jadi anggota klub, dan gue sama sekali nggak punya wewenang buat cegah.] Gadis itu mengembuskan napas gusar, kemudian menjatuhkan ponselnya ke atas tempat tidur, menyusul tubuh lemas Faira dibaringkan dalam posisi telentang menghadap langit-langit kamar. Dalam sekejap, ia langsung terjebak dengan pemikirannya sendiri. Faira merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa, tetapi kenapa ... dirinya ditolak begitu saja? Bahkan seingatnya, ia tidak melakukan hal buruk di malam terakhir Faira bertemu dengan Steve. Malah, pria itu yang ingin melecehkan Faira, tetapi berhasil dibatalkan dengan beberapa tips dari Adin. Gadis itu tiba-tiba saja bangun dari posisi berbaringnya saat memikirkan sang sahabat. Ia baru saja akan mengambil kembali ponsel yang telah ia letakkan, tetapi kemudian batal. Gengsinya mencegah Faira untuk meminta bantuan pada sang sahabat, karena ternyata Adin—di mata Faira—adalah gadis pendengki yang selalu iri, dan suka menghasut Faira untuk memutuskan impian masa depannya. Tidak .... Faira tidak bisa berteman dengan seseorang seperti Adin itu. Sebagai gantinya, Faira akan mencoba menggunakan otak pas-pasannya ini untuk mencari rencana baru, sekaligus menyelesaikan semua masalah yang menimpanya. Namun, untuk sekarang, otak Faira terlalu kosong. Ia tidak berpengalaman dalam memecahkan masalah, karena semuanya dilakukan oleh Adin. Barulah Faira menyadari, bahwa ia ternyata sudah terlalu banyak bergantung pada sahabatnya itu. Sekarang, tidak akan lagi! Faira berdiri dari tempat tidurnya, dengan membawa ponsel ikut serta keluar kamar menuju dapur untuk mengisi perut. Tiba-tiba saja tenaganya banyak tersedot setelah penolakan Darren, serta kebingungannya untuk melanjutkan misi sementara Steve sudah secara jelas menolaknya. Karena ini masih sore, gadis itu memilih memakan mi instan sekadar untuk mengganjal perut. Selama menunggu air mendidih, gadis itu mengecek ponselnya, membuka laman pencarian untuk mencari tips menaklukkan para pria. Pada kenyataannya, walau Faira sangat cantik di atas rata-rata, gadis itu masih frustrasi mendapatkan perhatian sang calon suami. Terlihat jelas dari bagaimana ia seringkali mengusap rambutnya ke belakang kepala sampai terlihat berantakan. Ujung kuku tangan bagian jempol kanannya juga digigiti untuk melampiaskan kegelisahan, tetapi tidak ada yang membantu. Gadis itu ternyata lemah ... tanpa sahabatnya. Namun, ia enggan mengakuinya. * Sweater abu-abu yang Faira kenakan pagi ini terlihat mengembang di tubuhnya. Gadis itu menunggu angkutan umum untuk lewat, sembari mengikat rambutnya agar tidak memberikan hawa gerah. Lalu, setelah angkot datang, ia menghentikannya, lalu naik bersama empat penumpang lainnya. Gadis itu tidak peduli fakta bahwa dirinya menjadi objek pandangan dari keempat wanita yang seumuran dengan Maya itu. Mereka menatap aneh pada sosok Faira yang menurut mereka tidak cocok untuk naik angkutan umum karena kecantikannya. Faira tersanjung dengan bisik-bisik mereka, tetapi tetap harus mempertahankan ekspresi tenang. Ia tersenyum hangat pada para wanita matang itu, lalu menunduk. Mendapati fakta bahwa ada kesalahan lain yang Faira sudah lakukan. Sebuah kain hitam mencuat dari balik sweater-nya. Ia segera mendorong masuk, atau menyelipkannya ke celana jeans hitam yang gadis itu kenakan. Senyumnya langsung berubah kaku ketika menghadap para ibu-ibu. Dalam hati, Faira hanya bisa merutuk diri sendiri, karena terlalu kacau dalam berpakaian. Ia terpaksa harus menyembunyikan gaun di balik sweater-nya karena tidak mau pulang ke rumah hari ini. Juga, tas yang ia pilih sekarang ini hanya mampu memuat buku. Jadi, gadis itu tidak bisa menyisihkan gaunnya sama sekali, kecuali dikenakan. Sementara itu, ia juga tidak mau menjadi pusat perhatian karena kelewat cantik. Fokus Faira sekarang ini hanya satu: mendapatkan perhatian Steve. Jangan sampai karena keindahan dirinya yang melewati batas rata-rata ini membuatnya semakin banyak dikejar oleh pria lain. Hal itu akan mengganggu konsentrasi Faira dalam mendapatkan hati Steve. Setelah sampai di kampus, Faira berjalan hati-hati ke taman sembari mengecek ponselnya. Di sana, ada beberapa list yang perlu ia hadirkan dalam dirinya agar bisa mendapatkan perhatian Steve. Murah senyum, ceklis. Terlihat elegan, ceklis. Wangi, sudah jelas, jadi Faira langsung ceklis daftar ini. Setelah tiga list sudah ada secara alami dalam dirinya, gadis itu hanya perlu melakukan tiga hal untuk mendapatkan perhatian Steve. Peduli. Memberikan pujian. Menjadi berbeda/unik. Dua hal di atas bisa dipahami Faira dengan mudah, tetapi yang terakhir .... Unik dalam segi apa? Apakah Faira harus tampil nyentrik di hadapan Steve agar langsung mencuri perhatian pria itu? Tidak! Bahkan walau hanya sekadar dibayangkan, Faira sudah bergidik ngeri. Citra anggunly-nya harus dipertahankan dengan baik. Apalagi ... ia akan menjadi seorang nyonya dari keluarga Pramono. Faira duduk di kursi dengan senyum bahagia mengembang di bibir. Namun, kebahagiaan Faira hanya berlangsung sebentar. Setelah matanya menangkap keberadaan seorang perempuan yang sudah dekat dengannya selama puluhan tahun, Faira langsung memasang wajah jutek, lalu berpura-pura seolah sibuk dengan ponsel, meski ia bahkan tidak tahu harus melakukan apa. Sampai, Faira memikirkan sesuatu. Ia membuka aplikasi instagramnya, dan membuat postingan baru berupa foto yang diambil dengan bantuan Anton: menampilkan sosok Faira bergaun anggun warna biru pastel yang menghadap ke kamera. Tambahkan sedikit quote bijak, agar dirinya terlihat semakin berkelas. Lalu, selesai. Seharusnya, para perempuan yang berkomentar buruk padanya kemarin, sekarang tahu bahwa Faira memiliki pekerjaan yang sangat bagus. Khususnya Adin ... Faira ingin memberitahu pada (mantan) sahabatnya itu, bahwa Faira jauh lebih bahagia sekarang tanpa keberadaan Adin. Dengan begini, ia merasa menang. Namun ... setelah Adin menghilang dari pandangan, Faira merasakan kehampaan. Untuk mengalihkan dirinya, ia sekali lagi memusatkan fokus pada ponsel. Namun, bukan untuk membaca beberapa pujian dari kaum pria di postingannya. Secara iseng, Faira mengecek jumlah followers-nya, dan mencari nama 'Adinda Setyowati', tetapi ... mantan sahabatnya itu ternyata sudah memutus semua jalinan persahabatan mereka, bahkan walau sekadar saling mengikuti di **. Faira menghela napas panjang. Kepalanya menengadah ke arah pohon demi memperbanyak stok sabarnya. Rasa kesal tiba-tiba saja menghampiri Faira secara membabi-buta, membuat perempuan itu gelisah sendiri. Pada akhirnya, Faira hanya bisa kembali bertekad untuk menyelesaikan semua rencananya, yang dengan itu ... Adin pasti akan menyesal dengan tuduhannya, serta membuktikan pada Rizal-Maya, bahwa Faira tidak terlalu bodoh! Gadis ini bisa mendapatkan perhatian dari pria kaya, dan segera ... Faira pasti akan mengangkat status keluarganya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD