02. Ellovas Felix Dexanova

788 Words
Seorang laki-laki tampan menyandarkan kepalanya di kursi kerjanya, Dia begitu lelah karena masalah yang Ia hadapi sekarang. Bukan hal mudah baginya untuk menuntaskan masalah ini sekarang. Ellovas Felix Dexanova, Pangeran tampan yang berhati beku dan wajah datar sedatar-datarnya sebagai seorang Pangeran sekaligus calon Raja. Pria itu menopang dagunya dengan telapak tangannya yang besar. 'Tok Tok Tok' Terdengar pintu diketuk membuat Ellovas menatap pintu ruang kerjanya dan mengakhiri acara melamunnya. "Masuk!" pintanya dengan nada datar dan dingin, setelah itu muncullah seorang laki-laki yang umurnya sama dengan Ellovas, Dia adalah Diaz Xlovanova tangan kanan Pangeran sejak Ia kecil hingga sekarang. Pria yang tidak kalah tampan dengan Pangeran namun penuh dengan misteri dalam diri pria itu. Semua hal dapat pria itu selesaikan dengan mudah dengan waktu yang sangat cepat. Maka dari itu Ellovas selalu dapat mengandalkannya. "Ada apa?" tanya Ellovas, Diaz membungkuk pada Tuannya untuk memberikan salam. "Maaf Tuan, hari ini ada jadwal kunjungan Anda ke sekolah di bagian Oatsflorland tengah." Ellovas hanya mengangguk samar sebagai jawaban. "Saya permisi Tuan." Diaz mengundurkan diri dari hadapan sang Pangeran setelah di rasa Pangeran akan bersiap. Ellovas menghembuskan nafas, sedikit membenahi jasnya yang kusut di bawahnya karena terlalu lama Ellovas menghabiskan waktu duduk di ruang kerjanya. Diaz menekan earphone di telinganya agar terhubung dengan para bawahannya, di mana mereka akan mulai penjagaan dari paviliun timur. Di mana tempat tinggal Pangeran hingga luar istana. Mobil-mobil Mercy berwarna hitam nan mewah juga sudah memenuhi pelataran istana, ada lebih dari puluhan orang berpakaian hitam formal untuk mengawal sang pangeran negeri Oatsflorland satu-satunya. Halaman istana begitu luar di setiap bagiannya, bunga-bunga sedang bermekaran bulan ini. Maka dari itu Ellovas di sibukkan dengan banyaknya berkas yang harus di kerjakannya sebelum musim berganti. Karena pada musim inilah para wisatawan di negara Oatsflorland meningkat. **** "Jangan menjadi rendah hanya agar terlihat." kata-kata pedas terucap dari bibir tebal seorang pria tampan negeri itu, bukan tanpa alasan karena memang itu adalah sifat yang melekat padanya sejak dia lahir. "Baik Yang Mulia. Maafkan Saya." ucap seorang pria paruh baya dengan perut buncit yang dengan percaya dirinya membuka pintu mobil sang pangeran. Bukan mendapatkan pujian malah mendapat kata-kata pedas yang menohok. Ellovas berjalan menyusuri setiap lorong sekolahan yang sangat ramai karena ini waktu istirahat yang memang tinggal beberapa menit lagi. Banyak siswa yang histeris dengan ke datangan Pangeran yang terkenal tampan namun tidak tersentuh sama sekali. Di belakang Ellovas ada Diaz dan para petinggi kota Oatsflorland bagian tengah serta kepala sekolah. Jangan lupakan para bodyguard yang berjumlah lebih dari sepuluh orang yang mengawal jalannya orang-orang penting tersebut. "Bagaimana program sekolah yang baru ke rajaan ke luarkan baru-baru ini?" itu bukan suara Pangeran melainkan suara Diaz, Diaz bukan hanya tangan kanan Pangeran tapi juga sebagai juru bicara Pangeran yang memang irit sekali bicara. Ellovas bukan tidak mau bertanya hanya saja Dia juga terlalu bosan mendengarkan penjelasan sang kepala sekolah yang selalu membanggakan sekolah dan seperti tidak ada ke kurangan sama sekali. Itu sudah biasa bagi Ellovas saat berkunjung, tentu mereka semua akan membagakan kelebihan dan menutupi sekecil apapun kekurangannya. Ellovas memberhentikan acara jalannya. "Diaz." panggil Ellovas tegas. "Ya Tuan." Diaz membungkuk mendengar panggilan pangeran untuk dirinya. "Ambil alih sekolah ini atas nama ke rajaan!" mata seluruh orang terbelalak, Diaz yang tahu apa maksud Tuannya melihat apa yang Ellovas lihat. Mata Diaz melotot, lalu tersenyum meremehkan ke arah kepala sekolah. "Yang Mulia Say-." protesan dari sang kepala sekolah mengambang di udara saat Ellovas mengangkat tangannya ke udara pertanda Dia tidak menerima alasan ataupun bantahan. Mulut kepala sekolah terkatup rapat, jelas sekali bahwa sifat Ellovas terlalu mendominasi di antara banyaknya orang di sekitarnya. "Cari tahu ke dua guru itu beserta siswa yang mereka aniaya!" Diaz mengangguk atas perintah Ellovas, bagaimana Dia akan protes jika ke jadian di mana dua orang guru menekan satu siswa ke pojok dinding di sudut belakang sekolah entah apa ke salahan siswa tidak selayaknya mendapat perlakuan seperti itu menurut Ellovas, karena Dia sangat benci ke kerasan. Selain itu, dua guru itu bahkan merokok di hadapan siswa itu yang sangat ke takutan. Dari lantai atas ini Ellovas dapat melihat anak malang itu terus menunduk takut. Ellovas melanjutkan perjalanannya dan Ellovas lagi-lagi harus di suguhkan dengan pemandangan yang mengerikan setelah melewati dua ruang kelas. "Berapa banyak dana yang tersumbang dari hasil panen Oatsflorland tengah ini untuk pendidikan?". "Dari hasil panen kota Oatsflorland bagian tengah 30% untuk pendidikan Tuan, itu belum di tambah dengan dana dari ke rajaan sebesar 50% dan hasil panen raya secara global 25% Tuan." jelas Diaz panjang lebar meski dia tidak tahu apa yang sedang apangeran nya lihat. Karena bagi Diaz, Pangeran nya adalah orang yang sangat teliti meski itu hal sekecil apapun ia pasti akan tahu hanya dengan sekali lihat. Semua mata melebar akan penuturan Diaz, namun apa daya? Yang mereka dapat lihat adalah ke putusan final dari sang Pangeran yang mutlak. "Jadi tidak ada alasan bagiku untuk tidak mengambil alih sekolah ini!". **** Madiun, 14 September 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD