03. Deanova Dextranova

1066 Words
Seorang wanita duduk di bawah pohon dengan daun lebat yang menghalangi kulitnya dari sinar matahari yang dapat membakar kulit putihnya bak s**u tersebut. Rambut sebahunya terbang terbawa angin yang berhembus di pukul 09:00 pagi ini. Dengan earphone lalu di iringi musik pop ke sukaannya dan jangan lupakan juga novel bergenre romantis yang sangat Ia sukai. Wanita itu mengangguk-anggukkan kepalanya, seirama dengan musik yang terdengar di telinganya. Tempat ini adalah tempat favoritenya menyendiri dan juga tempat yang selalu Ia jadikan untuk melepas ke penatan saat tugas kuliah menumpuk seperti sekarang, tugas menumpuk menjelang akhir semester. Dan semua mahasiswa akan menghabiskan waktu berburu dengan materi, namun tidak dengan gadis itu. Semua mata kuliahnya sudah Ia selesaikan dengan mudah tanpa hambatan sama sekali, makanya Dia bisa bersantai di bawah pohon seperti sekarang ini. "Hello Di." panggilan itu bahkan tidak mengusik bagaimana seorang Deanova sedang berkelana dengan dunia novelnya, pria itu mendengus. "Oh jadi nih ya, novel itu lebih cakep dan menarik dari pada Aku?" tanyanya menyindir dengan bersidekap d**a lalu melirik Deanova atau lebih akrab di panggil Didi. Astaga! Batin pria itu kesal karena Dea sama sekali tidak bergeming, bahkan jika pria itu menjerit pun rasanya akan percuma jika Dea dalam mode serius dalam menekuni novelnya. "Ok." tanpa babibu lagi pria itu menarik novel yang tengah Dea baca, Dea mendengus. Dia sangat kenal dengan orang yang sangat berani merebut novelnya yang baru Ia baca setengah itu. Dea bersidekap d**a memandang pria di hadapannya dengan pandangan tidak kalah sinis dari pria itu. Dea juga sudah melihat Earphone yabg menyumpal telinganya. "Apa?" tanya pria itu. "Kembalikan buku Aku Bang." rengeknya setelah mendapat pertanyaan galak dari pria yang Ia anggap Abang nya, Andy Damar Joan. "Ck kalian selalu saja begitu." kata Winda sahabat Dea jengah dengan tingkah Andy dan Dea, gadis bernama Winda itu ada di belakang Andy yang sedang mengomel dengan bahu menopak tangan kekar kekasihnya. "Bang Dam nih ih." Andy memutar matanya malas saat Dea senang sekali memanggilnya Damar bukan Andy seperti yang lainnya. Dea merebut novelnya lagi dari tangan Andy saat Andy selalu kesal dengan panggilan yang Ia buat untuk pria itu. "Kalian mau liburan ke mana?" tanya pria yang sedari tadi hanya diam melihat interaksi Dea Andy dan Winda kekasihnya. "Gue enggak tahu, tanya saja tuh sama Didi." Dea mengerutkan alisnya, bingung dengan Andy yang melemparkan pertanyaan sahabatnya pada dirinya. "Ke napa Gue Bang?" tanya balik Dea. "Yah Gue mana boleh liburan kalo enggak ngajak Lo bego." Dea berdecak karena di katakan b**o, nyatanya Dea adalah salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa bertahan sampai Dia akan jadi sarjana. Bukannya ke balik ya yang b**o siapa? Karena Andy sering sekali mendapatkan  dari Dosen mereka di kampus. "Lo, yang b**o Bang Dam!" balas Dea, Andy mendengus sebal. Lebih baik Ia mengalah saja dengan ndoro yang satu ini. "Pokoknya Gue mana boleh liburan tanpa Elo! Btw hari ini Mom pengen Lo datang ke rumah.". "Ke napa Bang?" Andy mengedikkan bahu pertanda Dia juga tidak tahu, lagian percuma juga kalau Ia mengajukan pertanyaan itu ke Mommynya yang berstatus Nyonya Ratu di rumahnya. **** "Mommmmy!" teriak Andy dari ambang pintu saat mereka berempat tiba di sebuah rumah yang sangat mewah, rumah keluarga Joan begitu menggelegar. "Ck, tutup mulut toamu An!" balas wanita paruh baya yang dengan tangan di pinggang karena teriakan anak lakinya. Andy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Mom.". "Oh astaga princess Mom, sini!" Clara membuka tangannya agar orang di panggil princess memeluk dirinya, jelas di sambut dengan senang hati oleh wanita muda itu. "Sebenarnya anak Mom itu siapa sih?" cibir Andy, Winda dan Rafael tertawa mengejek. Clara melihat anaknya garang, terlihat sekali wanita paruh baya itu tidak suka dengan protesan anak semata wayangnya itu atas perlakuannya pada wanita muda yang malah menyipitkan mata. "Memang apa yang dapat Mom banggakan darimu?" oh astaga boleh tidak Andy mengacak rambutnya sampai rontok? Bagaimana Mommy bisa bicara begitu pada anaknya sendiri dengan begitu mudah. "Mom!". "Ayo sayang Mom mau bicara denganmu, Winda dan Rafael juga." Clara tidak hiraukan rengekan Andy yang menghentakkan kakinya pada lantai yang tidak bersalah karena kesal, Clara dengan teganya meninggalkan Andy yang sedang mode merengeknya. "Ke napa sih Mom?" tanya Dea, wanita dengan kulit putih dan mata hitam indah itu. Sebenarnya Dea kasihan sekali pada Andy yang setiap kali Clara bertemu dengan dirinya selalu di acuhkan. "Kalian sebentar lagi mau liburankan?" tanya Clara antusias, Dea menaikkan satu alisnya. Pasti ada maksud dari pertanyaan nyonya Joan itu, sudah pasti dan sudah dapat di tebak. "Lah Kita mau tanya sama Mom, Mom kira-kira punya referensi atau enggak buat Kita liburan?" tanya Winda, ya mereka bertiga selalu memanggil Clara dengan sebutan Mom sejak mereka SMP karena nyatanya mereka berteman sejak mereka kecil dan mereka semakin dekat menginjak remaja. Clara tertawa. "Oh ayolah kalian tanya pada orang yang tepat Kidd." Clara nampak bangga pada diri sendiri, semua memutar mata jengah. "Mom kapan menyiapkan semuanya?" tanya Andy yang di setujui semuanya. "Kalian penasaran ya?" tanya Clara. "Enggak." kompak semuanya, Clara merengut. Mereka tahu kalau mereka jawab iya pasti Clara malah membuat mereka jengkel dengan selalu menggoda mereka. "Ck ok Mom kasih tahu, ini." Clara menyodorkan empat lembar amplop pada mereka. Mereka menaikkan satu alis kompak. "Buka saja, jangan hanya di lihati." mereka menurut, lalu mata mereka mengerjap-ngerjap lucu yang membuat Clara tertawa karena berhasil membuat ke empat orang di depannya shock. "Mommy terima kasih." ucap Andy berhambur memeluk Clara di susul Winda dan Rafael. Clara merasa ganjil, pandangannya beralih pada Dea yang hanya diam di tempat. Andy menepuk jidatnya . "Sayang, princess Mom." Clara beralih duduk di samping Dea, Dea tersentak karena elusan tangan Clara. "Mom." Clara tersenyum, Clara tahu apa yang di pikirkan Dea. "Mom sudah bilang pada Mamamu Nak, jadi Kamu tenang. Mom dan Dad sudah atur semua." Dea menaikkan satu alisnya. "Kamu lucu tahu." Clara menoel puncak hidung Dea yang mancung karena gemas. "Tapi enggak mungkin Mama izinin Mom." Andy sekarang yang duduk mendekat ke arah Dea. "Kau tidak lupakan siapa Tuan Joan dan Nyonya Joan?" Dea tertawa kecil, ya Dia tahu orang yang selalu menolongnya itu. Dea memeluk Clara dan tangannya yang satu menarik Andy untuk masuk ke dalam pelukan mereka meski Andy meronta karena bukan apa-apa ini leher Andy yang di tarik. "Eh b**o, Adik laknat. Gue enggak bisa nafas." Dea tidak hiraukan Andy dan mengucapkan rasa syukurnya pada Tuhan. "Mom ini negara apa sih? Kok perasaan Kita asing banget?" tanya Andy setelah acara pelukan mereka tadi, Winda dan Rafael mengangguk. "Kalian pasti akan suka sama tempat itu, itu teman Dad yang usul.". "Jadi Mom juga enggak tahu?" tanya Rafael, Clara menggaruk tengkuknya. "Ya setelah kalian tahu dan bagus. Mom mau liburan sama Dad." semua menepuk jidat. "Oatsflorland." eja Dea membaca tiket tour mereka. **** Madiun, 17 September 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD