Prolog
Hari ini adalah hari dimana semua orang menghabiskan hari liburnya. Melepaskan penat dari rutinitas yang terlalu banyak.
Gadis cantik bernama Aratha Salshabilla sedang bersantai sebuah gazebo belakang rumahnya. Gadis ini sedang membaca sebuah Novel favoritnya, mengapa percintaan di dunia Novel itu selalu berjalan mulus pada akhirnya, apa iya sekenerionya sudah di buat oleh penulis seperti itu andaikan saja ia bisa menulis pasti ia akan membuat sekenario yang mulus dalam percintaannya.
"Sal," panggil Devina Bunda Salsha.
"Iya Bund," jawab Salsha sambil menutup novel yang sedang ia baca.
"Bunda boleh berbicara sebentar?" tanya Devina sambil duduk di sebelah Salsha.
Salsha mengangguk, "Iya boleh Bund. Mau bicara apa?" tanyanya.
"Bunda mau nyampein wasiat dari Alm.Kakek," ujar Devina.
Salsha menautkan kedua alisnya, "Wasiat apa ya Bund?"
"Kamu harus mau di jodohkan oleh sahabatnya Alm.Kakek kamu. Sebelum beliau pergi, beliau berpesan ke Bunda untuk menjodohkan kamu dengan cucuk sahabatnya itu," jelas Devania.
Salsha membuatkan kedua bolamatanya, "Bund, duh yakali Bund, ini jaman moderen, jaman milenial, masih ada aja jodoh-jodohan," ujar Salsha. "Berasa hidup di jaman Siti Nurbaya tapi di jaman milenial," lanjutnya.
"Kamu gak bisa nolak Sal, ini udah mutlak keputusan Bunda sama Ayah Sal. Mau gak mau kamu harus mau," ujar Devania mutlak.
"Tap-"
"Gak ada tapi tapian Aratha Salshabilla, Siap-siap nanti kita ke butik fitting baju dan kamu harus nikah besok," ujar Devania lalu pergi begitu saja.
Salsha membuang nafasnya kasar setelah kepergian Devania. Sungguh dirinya ingin berkata kasar tapi tak jadi tertelan begitu saja di tenggorokan.
"Dahlah dari pada pusing mending gue lanjut baca novel aja dah dari pada mikirin perjodohan itu," gumam Salsha.
***
Lelaki bertubuh tegap, tinggi sedang berjalan menuruni satu-satu anak tangga, ia adalah Arvian Aldiano Revinda. Hari ini ia akan menghabiskan hari liburnya dengan bermain game online di ponselnya dan berkumpul dengan teman-temannya.
"Ald," panggil Dea sang Mamah.
Aldi menoleh, "Kenapa Mah?" tanya Aldi.
"Mau ngomong penting Mamah sama kamu," ujar Dea.
"Lah tadi udah ngomong 'Penting' barusan," ujar Aldi.
"Jangan sampe nih sendal melayang ya Di," ujar Dea sambil ancang-ancang melepas sendalnya.
Aldi menyengir lalu mengangkat tangannya membentuk huruf V di udara, "Ampun Kanjeng ratu, ada hal apa kanjeng ratu ingin berbicara pada saya," ujar Aldi.
"Mamah mau Jodohin kamu sama anak sahabat Alm.Kakek kamu," ujar Dea to the point.
"Oke," jawab Aldi sambil manggut-manggut.
Dea menatap Aldi dengan sorot mata tajam, mencari kebohongan di kedua mata Anak lelakinya itu, "Serius nerima perjodohan ini?"
"Gak di terima tetep harus terima kan? Jadi buat apa nolak juga?"
"Bagus-bagus anak yang nurut," ujar Dea lalu membelai lembut pipi Aldi.
"Yaudah Mah aku mau main game sekalian nongkrong ke warung Mang Koming ya," ujar Aldi sambil mencium punggung tangan Dea.
"Iya, jangan lupa pulang!" teriak Dea ketika Aldi sudah menjauh.