Aku alvin

1504 Words
Alvin POV 'alviano Reno alktrik' atau bisa kalian panggil alvin. anak tunggal dari keluarga alktrik. Menjadi guru dan akan menjadi penerus yayasan SMA NUSA BANGSA bukan lah hal yang mudah. Karena saat ini aku pun masih harus menempuh pendidikan S1 di salah satu universitas negeri terbaik di Jakarta. Hari ini adalah hari pertama untuk menjadi guru di sekolah tersebut. Setelah memakai setelan baju guru, aku pun turun dan menghampiri dady dan bunda. "Selamat pagi" ucap bunda Alvin. "Pagi" aku membalas sapaan bunda. "Kamu mau makan apa? Ini ada sayur lodeh, tempe goreng, sop ayam, _" belum sempat bunda meneruskan perkataannya dad sudah memotong pembicaraan bunda. "Alvin akan mengambil makanannya sendiri Bun" aku hanya tersenyum. Aku tau bunda cerewet untuk kesehatan ku juga. Tapi terkadang omongan bunda bikin capek sendiri mendengar nya. 'dirga alktrik' seorang dady yang bijaksana dan pendiam. Kata orang sih aku ini duplikat nya ayah. Berumur 50 tahun. Meskipun begitu kharisma yang dimiliki dady cukup kuat untuk memikat para janda. 'laraswati' bunda paling penyayang, paling bawel kalau Dady atau aku sakit atau melakukan kesalahan yang berakibat kan kami celaka. Bunda berumur 48 tapi kulit nya masih kencang seperti wanita berumur 32 an. "Nak nanti dady akan kenalkan kamu ke seluruh guru dan murid disana" dady mengucap kan hal itu dengan nada yang sangat serius. "Iya dad" aku tersenyum kecil ke arah Dady. "Sayang kenapa sih kan Alvin masih kuliah biarlah dia buat fokus ke kuliah nya dulu" bunda berbicara sembari meletakkan arpon nya ke tempatnya. "Bunda kan tau kenapa Alvin harus kerja sekarang?" Jawaban dady membuat bunda menghembuskan nafas nya pelan. "Buat apa emang dad?" Dady hanya tersenyum dan bunda meninggalkan dapur untuk membersihkan badan. "Apa ada yang dad sembunyikan?" Dady menempuk pelan pundak ku. "Nanti kamu akan tau, sudah makan sana terus kita berangkat" aku hanya diam dan memakan makanan yang sudah bunda persiapkan. *** Aku melangkah menuju ruangan khusus anak pemilik yayasan. Setelah masuk aku duduk di kursi dan membuka handphone untuk melihat apakah ada notifikasi penting. Tok tok tok "Masuk" setelah diberikan izin orang tersebut membuka pintu. "Maaf pak, pak Dirga manggil bapak diruangan nya" setelah mendapat kan anggukan dari ku. Orang tersebut meninggal ruangan. Aku melangkahkan kaki menuju ruangan khusus Dady. Tok tok tok "Masuk" setelah mendapat jawaban dari Dady aku pun membuka pintu dan masuk kedalam ruangan tersebut. "Vin ada beberapa hal yang harus kamu ketahui, sebelum menjadi guru dan penerus yayasan ini." Aku hanya mengangguk kan kepala. Kata-kata yang diucapkan Dady aku dengarkan secara seksama. Peraturan yang ada di sekolah ini dan beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan kedepannya. "Jadi kamu faham kan, apa saja yang harus kamu lakukan kedepannya?" Aku mengangguk kan kepala ku tanda faham. "Nanti siang Dady akan kenalkan kamu ke seluruh siswa baru dan guru-guru yang ada Disni." Setelah aku mengucapkan 'ya' aku pun pergi kembali ke ruangan ku. *** Sinar terik matahari menjelang siang menusuk pelan permukaan kulit ku. Semua siswa siswi berkumpul bersama di lapangan untuk mendengarkan petuah-petuah dari kepala sekolah. Aku berdiri tak jauh dari lapangan, dan tak banyak yang melihat kearah ku. Karena mungkin aku berada di belakang para siswa siswi tersebut. "Pak Alvin?" Seorang guru muda perempuan menghampiri ku. "Ya" aku tersenyum simpul ke arah nya. "Wah akhirnya saya bertemu dengan anak pemilik yayasan" guru tersebut tertawa pelan ke arah ku. Aku hanya tersenyum menanggapi nya. "Apa bapak sudah ada teman untuk makan siang nanti?" Pertanyaan tersebut membuat aku merasa jengah, selalu seperti ini. "Maaf saya bahkan belum mengenal anda" perempuan tadi menepuk pelan keningnya. "Yaampun saya lupa, perkenalkan nama saya revita" guru tersebut menjulurkan tangan nya untuk berkenalan. Aku menerima uluran tersebut dan menjabat tangan nya sebentar. "Terus bagaimana apa pak Alvin bisa temani saya untuk makan siang?" Bu revita memberikan pertanyaan nya lagi. Satu sisi malas sebenarnya lebih baik aku makan di ruangan ku sendiri. Tapi kalau menolak nanti dikira tidak sopan. "Baiklah" setelah mendengar kan ucapan ku, Bu revita mengembangkan senyumnya. "Saya nggak nyangka pak Alvin akan menerima ajakan saya, nanti jam 12 kita bertemu disini saja ya?" Pernyataan Bu revita hanya bisa aku jawab dengan anggukan kepala. Setelah itu Bu revita pergi, dan aku kembali keruangan ku sekarang. "Jam 11?" Aku melihat ke arah jam tangan. Kupejam kan mata ku perlahan. Ting... Bunyi notifikasi dari hp membuat ku membuka mata lagi. "Nanti malam ada acara nggak?" Virgo "Nggak" Alvin "Keluar kuy" Virgo "Ke?" Alvin " Ke mall yuk beb?" Virgo "Gila" "Serah" Alvin Aku memejamkan mata ku dan tertidur untuk sementara waktu. *** Suara ketukan pintu membuat ku terbangun. "Euh jam berapa?" Aku melihat ke arah jam tangan. "Setengah satu?" Aku merasa ada sesuatu yang janggal. Tok tok tok Suara ketukan pintu membuat ku bangkit. "Pak" guru perempuan muda tersenyum ke arah ku. "Pak tadi saya sudah menunggu di tempat tadi setengah jam tapi bapak belum datang-datang yaudah saya jemput kesini" bodoh aku melupakan sesuatu. "Maaf Bu tadi saya ketiduran" Bu revita tersenyum. "Tidak apa-apa pak masih ada waktu, jadi?" Aku mengangguk kan kepalaku. Kita berdua keluar menuju cafe yang ada didekat sekolah ini. Kami menggambil tempat yang berada ditengah-tengah cafe ini. "Mas" panggil revita ke pelayan. "Anda mau pesan apa? " Pelayan tersebut meletakkan buku menu di meja. "Mungkin barangkali mas dan mbak nya bisa memesan paket berdua, karena sekarang lagi ada promo untuk pasangan yang datang ke lestoran kita" ujar pelayan tersebut membuat aku hampir tersedak air liur ku sendiri. "Kayaknya kita bisa pesen yang paket berdua deh lumayan ada promo" revita mengucapkan hal itu dengan penuh berharap. "Ya" setelah mendengar jawaban ku senyum revita mengembang sempurna. "Kamu mau yang mana?" Aku melihat sebentar ke arah buku menu. "Udang" revita menganggukkan kepalanya. "Oke paket berdua udang ya" pelayanan tersebut mencatat menu kami dan mengucapkan terimakasih dan pergi ke arah dapur. "Pak Alvin suka udang?" Aku hanya mengangguk kan kepala. "Wah kesukaan kita sama ya" aku hanya tersenyum untuk menanggapi nya. 15 menit makanan kami pun datang. Aku memakan nya dengan tenang dan sambil memainkan hp ku. "Pak Alvin ngajar apa emang?" Disela-sela makan revita menanyakan pertanyaan. "Matematika" "Wahh pinter dong, kalau saya bahasa Indonesia pak" aku menanggapinya dengan tersenyum. "Selesai, saya balik dulu" aku berdiri akan meninggalkan lestoran ini. "Pak" revita bangkit dan menahan pergelangan tangan ku. "Kenapa?" Revita hanya menggeleng kan kepalanya. "Makasih sudah menemani saya pak" aku hanya mengangguk dan pergi ke kasir untuk membayar tagihan. Sekarang aku akan pergi ke aula untuk memperkenalkan diriku. Setelah sambutan dari Dady aku pun dipersilahkan untuk mengenal kan diri. Semua siswa siswi spontan teriak ketika aku sudah di depan mereka. "Perkenalkan dia anak saya alviano Reno alktrik bisa kalian panggil pak Alvin, dia penerus yayasan ini dan juga guru baru buat mata pelajaran matematika. Semoga kali ini kalian akan lebih semangat untuk belajar dalam semua mata pelajaran. Dan harapan saya kalian bisa menaati peraturan yang ada di sekolah ini. Sekian dari saya bila ada kesalahan mohon untuk di maafkan" Semua orang yang ada Disinii tepuk tangan. Dan sesi pengenalan antar guru pun terlaksana. Disni banyak guru sepuh yang masih mengajar. Bahkan guru muda hanya segelintir orang. Acara foto bersama guru aku masih mengikuti nya. Hingga suara telephon dari Virgo membuat ku pergi meninggalkan aula. "Ada apa?" "Weits santai bro" "Lu ganggu acara gue" "Yeyeye maap, gue cuma boring nih di kampus lu kapan dah balik?" "Besok" "Libur kok sehari sebulan kek" "Kek nya lu nggak ada kepentingan sama gue" Setelah itu aku menutup telepon tersebut. 'virgo Alexander' temen dari SMP. Dia kuliah di tempat yang sama. Dan mengambil jurusan yang sama pendidikan matematika meskipun dia gila tapi aku akui kecerdasan nya cukup bisa di percaya. Karena malas untuk balik ke aula aku melangkah menuju atas gedung. Dulu sewaktu SMA aku juga sekolah Disini, jadi seluk beluk tentang sekolah ini sudah hafal bagi ku. Di atas gedung ini lah tempat biasa aku untuk belajar, mendengarkan musik, atau hanya sekedar menghirup udara segar. Tapi yang membuat aku cukup terkejut, aku melihat ada satu murid perempuan melamun menatap ke depan. Aku duduk di senderan tembok yang ada disana dengan berselonjor kaki. Aku hanya masa bodoh dengan perempuan tersebut. Hingga suara tangisan membuat ku terusik. Ku langkahkan kaki ku menuju siswi tersebut. "Kamu kenapa?" Siswi tersebut menoleh ke arahku. Dia mengusap air matanya dan bangkit. Siswi tersebut akan pergi meninggalkan atas gedung ini. "Nama kamu siapa?" Aku bertanya sekali lagi. Dia diam sebentar dan tetap melanjutkan langkah an kakinya. Aku menahan pergelangan tangan nya. "Nama kamu siapa?" Tanya ku balik. "Sienta" hanya itu dan ia melepas cekalan tangan ku dari nya dan pergi meninggalkan atas gedung ini. Aku segera berlari kebawah untuk melihat data siswi tersebut. Setelah mencari tau data tentang siswi tersebut. "Tidak ada yang aneh" aku bergumam pelan. Tidak ada yang aneh dalam data nya tapi aneh dalam perilaku nya. Dia Sienta noushin nama yang indah tapi kenapa hidupnya seperti tak seindah namanya? Aku menghembuskan nafas ku pelan. Mungkin lain kali akan aku cari tentang dia. Dia seperti memiliki masalah yang berat. Dan ini harus ditindak atau hal buruk akan terjadi padanya. Aku pergi menuju ruang ku kembali dan mengambil barang untuk pulang kerumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD