Ayo Kita Pergi Bersama

1069 Words
"Early!" Mendengar panggilan itu. Gadis itu bukannya menghentikan langkahnta malah semakin mempercepat larinya. Dia sangat ketakutan. Ternyata Peter masih mengejarnya. "Early! Tunggu!" Panggilan itu kian keras dan sepertinya mengejar dirinya yang sudah lari dengan sangat kencang. "Oh! Ya Tuhan, kenapa Peter masih saja mengejarku?" batin Early ketakutan dan terus berlari. Napasnya mulai tersengal. Kakinya mulai terasa seperti kram. Dan kepalanya seperti berputar-putar. Dan akhirnya___ Brukkk! Early terjatuh karena merasa kakinya sudah lemas. Tapi dia tidak ingin pingsan dan kembali ke rumah itu. Dengan neringis kesakitan. Dankepalanya yang berkunang-kunang. Dia mencoba bangun untuk berlari lagi. Tapi lagi-lagi dia terjatuh. Kali ini rasanya dia sudah tak sanggup. "Early! Kamu tidak apa-apakan?" Suara itu menggema di sisi kanan Early dan menemukan sosok gang detik itu juga langsung ia peluk dengan erat. "Oase! Tolong aku. Bawa aku pergi kali ini. Aku akan membalas semua kebaikanmu. Aku mohon! Bawa pergi aku sekarang juga!" Dengan nada menyentak dan tergesa Early meminta dirinya dibawa pergi. Oase segera menggendong tubuh yang semakin kelihatan kurus itu. Ada rasa miris dan prihatin melihat keadaan Early sekarang. Dengan kecepatan tinggi, Oase melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. Early menarik napas lega melihat dirinya sudah selamat dari terkaman iblis. Matanya terpejam dengan napas masih naik turun. Tak terasa buliran bening itu sudah menyeruak keluar dari kedua sudut matanya yang rasanya sangat pedih. Oase melirik sekilas lalu menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi kendaraan. "Coba kamu cerita, ada apa dengan pernikahanmu? Kenapa kamu lari ketakutan seperti ini? Apakah suami kamu itu menyiksamu?" tanyanya pada gadis yang masih memejamkan matanya itu. Pertanyaan yang dirasa bertubi-tubi itu membuat Early mengerjabkan matanya dengan liar. Tindakanya hari ini dengan meminta tolong pada pada Oase adalah kesalahan besar. Dan ini sudah sangat melebihi batas. Kalau saja Papanya mengetahui ini dia akan marah besar. Tapi itu tak masalah. Baginya di marahi papanya sudah hal yang biasa. Dari kecil pun dirinya selalu kena marah oleh sang papa. Tapi, kalau sampai Peter tahu bahwa dia lari bersama Oase mungkin saja dia tidak membunuhnya. Akan lebih tepatnya Peter akan menghancur leburkan perusahaan papa dan membunuh Devon yang ada di yang di jeruji besi. Sebuah keputusan yang membuatnya dilema harus bagaimana. Maju dirinya yang hancur, mundur pun dia harus dengan rela melihat papa dan kakaknya hancur. Ibarat buah si malakama. Maju salah mundur pun salah. "Early," sentuhan di punggung tangannya itu membuat gadis cantik bersurai coklat kehitaman itu terkejut. Seketika dirinya kembali ke alam nyata. "Kamu bisa cerita padaku, apa yang terjadi padamu." Perhatian kecil yang diberikan oleh Oase itu membuat kelopak matanya menghangat. "Oh, maaf Oase. Aku harus pergi. Terima kasih banyak hari ini kamu sudah menolongku. Suatu saat nanti aku akan membalas kebaikanmu." Setelah mengucapkan kata-kata itu, Early segera membuka pintu mobil. Lantas berjalan dengan cepat meninggalkan mobil Oase. Tak dipedulikannya lututnya yang lecet dan sedikit berdarah karena tadi terjatuh di pinggir jalan. "Early! Tunggu!" Dari arah belakang Early berjalan, pria berparas bule itu sudah mengejarnya. "Baiklah, kalau kamu nggak mau cerita padaku tidak apa-apa tapi luka di lututmu harus dibersihkan dan diobati kalau tidak akan infeksi," ucap Oase berusaha menghentikan langkah kaki Early. Dan benar saja. Gadis itu berhenti tepat di samping Oase. Dia menatap laki-laki yang sudah bertahun-tahun menempati relung hatinya yan paling dalam. "Aku bisa mengobatnya sendiri. Kamu tidak perlu repot lagi." Ucapan itu berkesan dingin dan tidak bersahabat. Membuat hati Oase meradang. Semenjak hubungan mereka terputus gadis yang teramat ia cintai itu berubah drastis sikapnya. Early melanjutkan kangkahnya menjauhi mobil Oase. Tapi baru beberapa langkah dia berjalan dengan kakinya yang terluka, gadis itu tiba-tiba berjongkok di bawah Oase berdiri. Dia seolah sedang bersembunyi dari seseorang. Oase mengerti kode dari Early. Dia pura-pura nunduk dan menjulurkan kakinya yang sudah disentuh gadis itu. Early pura-pura menalikan sepatu Oase. Mereka sedang memerankan drama ala Korea. Seperti bos dan sekertarisnya. Early menarik napas lega melihat anak buah Oase sudah berkeliaran di mana-mana untuk mencarinya. Sekarang yang membuat Early kebingungan adalah mau ke mana dirinya. Tak mungkin dirinya kembali ke rumah Peter. Laki-laki itu bisa membunuhnya. Oase segera meraih tubuh Early. Ditatapnya netra jernih kebiruan itu. Wajah pucatnya semakin membuat gadis itu cantik natural. "Kali ini, jangan bantah aku! Ikut aku dan kamu ceritakan semua yang sudah terjadi dengan pernikahanmu!" Early tidak bisak mengelak lagi. Bahkan ketika Oase menggendongnya di angkat dan digendong oleh pria yang sudah menempati hatinya bertahun-tahun itu. Setelah mendudukkan Early di belakang jok mobil dengan segera pria tampan itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia membawa Early ke sebuah tempat yang terpencil dan sedikit jauh dari orang-orang. "Kamu mau membawaku ke mana?" tanyanya setelah mengetahui Oase menyetir mobilnya jauh meninggalkan jalanan kota. "Tempat yang selalu membuatmu akan nyaman tinggal di sana," jawab Oase sambil membelokkan mobilnya ketika terlihat rumah yang sangat mungil. Bangunannya sangat ekstetis. Rumah itu berlantai dua. Tidak besar tapi bagus. Bersih dan kelihatannya rapi. Rumah yang selau ia impikan dari dulu. Sebuah rumah yang sederhana dengan tatanan kota tapi membuat penghuninya nyaman dan betah berlama-lama di dalamnya. "Turunlah, kita ke sana," ucap Oase sambil jarinya menunjuk ke arah rumah itu. Early turun dari mobil mengikuti langkah Oase yang terlebih dulu berjalan. Sesampainya di depan pintu, Oase segera membuka pintu. Early terpana sesaat melihat isi dalam rumah itu. Hatinya berdecah semua isi rumah itu dipenuhi barang-barang mewah. "Masuklah," ucapnya sambil menarik Early lalu meninggalkannya di ruang tamu. Early menyapukan selaluruh pandangannya melihat rumah yang terlihat kecil da sederhana itu tapi di dalamnya berisi barang-barang yang luar biasa. Tak lama kemudian Oase datang dengan membawa sebuah bingkisan. "Gantilah baju kamu dulu." Pria tampan itu menyerahkan bingkisan yang berisi baju lalu menarik lengan Early untuk menaiki tangan dan menuju kamar. Lagi-lagi Early terpana dengan banginan rumah ini. Sungguh mengagumkan. Wanita cantik itu langsung menuju ke kamar dan menganti bajunya yang tadi terkoyak oleh perbuatan peter. Akh! Ingat Peter seperti mengingat bom waktu yang akan meledak kapan pun bertemu dengan dia. Sekarang dia tidak tahu harus pulang ke mana. Bagaimana nasib Devon di penjara saat ini? Tapi belum ada sedikit pun berita yang muncul di televisi atau media berita tentangnya yang kabur dari rumah dan penjagaan Peter juga dari lapas di mana Devon mendekam di sana. Ketukan 3 kali membuatnya kaget dan segera membuka pintu. Mata Early bertemu dengan mata Oase yang terpana melihat Early memaakai gaun pemberiannya. Sangat cantik. Gaun sederhana yang dipesannya jauh-jauh hari itu sangat cocok di tubuh gadis itu. "Kita makan dulu," ucapnya sambil mendorong pintu supaya tertutup. Early mengernyitkan keningnya. "Makan? Tapi kok__?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD