Aku Masih Sangat Mencintaimu

1081 Words
Rasa panik menghantui wajah cantik Early. Tidak tahu harus bagaimana, gadis itu tidak segera mengangkat panggilan dari suaminya. "Angkat! Suamimu telpon!" Tiba-tiba suara dingin itu terdengar hambar. Tidak seramah tadi dan semesra tadi. Early dengan ragu menggeser garis hijau di layar ponselnya. "Hallo, Peter." "Sayang, kamu di mana?" Huek! Pengen muntah rasanya Oase. Laki-laki itu bersikap sok manis dan sok perhatian dengan mantan kekasihnya itu. "Ehhhmmm-mmm, aku-aku lagi di tempat teman." Apa! Tempat teman! Mata Oase ingin sekali protes tapi gesture jari telunjuk Early mengisyaratkan untuk diam. Seperti terhipnotis akhirnya Oase memilih mengatupkan mulutnya rapat-rapat. "Tempat teman! Di mana? Boleh video call sebentar?" Astaga! Ini suami apa malaikat penjaga kubur sich? Apa harus mengawasi istrinya sebegitunya? Ckckck! Oase berdecah kesal. Ekspresi wajahnya sudah jelas terlihat marah. "Ngapain video call? Nggak usahlah! Di sini semua wanita lagi sedang kumpul. Malu!" Sebenarnya Early juga jengah dikekang sampai sebegininya. Andai saja kedua orang tuanya tahu bahwa dia banyak disakiti bahkan ditangani oleh Peter. Mingkinkah mereka akan berpikir 2 kali intuk meneruskan rumah tangga putri kesayangannya. Karena saking kesalnya, Early memutuskan panggilan telpon itu. Dengan lutut masih terasa perih dan berdenyut dia beranjak dari pembaringan Oase. "Mau ke mana?" tanya Oase dengan cepat menghalangi pergerakan gadis itu. "Aku mau pulang Oase. Dia sudah menelponku. Aku tidak mau terjadi kesalahpahaman yang tidak-tidak. Apalagi kamu tinggalkan mobilku di pinggir jalan tadi. Sudah dapat dipastikan, Peter pasti menemukan mobilku dan tahu aku berdusta padanya." Mendengar semua kalimat gadis itu, Oase bergeming sesaat, seolah mencerna kata per kata yang Early yang menurutnya itu sangat janggal dan aneh. Di dalam kalimat-kalimat gadis yang ia cintai itu seperti ada makna bahwa gadis itu dalam tekanan suaminya. Padahal mereka baru 2 minggu menikah. Mungkinkah Early mengalami kekerasan dari suaminya? Akh! Oase tidak bisa memikirkan itu sekarang. Apalagi melihat bayangan Early sudah mendekati pintu keluar kamar. "Aku antar!" ucapnya tidak ingin di bantah. Dalam hati Early mengeluh. Betapa kerasnya pria yang masih sangat ia cintai ini. "Antarkan ke tempat kamu meninggalkan mobilku tadi." Oase hanya mengangguk. Saat ini bukan waktunya untuk memaksakan kehendaknya pada Early. Pria ini mulai curiga dengan rumah tangga mantan kekasihnya. Ada yang tidak beres menurutnya. Dan kalau benar dugaannya, bahwa Early disakiti sama Peter suaminya apalagi ada kekerasan dalam rumah tangganya, sumpah demi apapun dia akan merebut Early dari tangan pria itu. Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di tempat yang mana mobil Early mereka tinggalkan. Namun sesampainya di sana pemandangan langka itu terjadi. "Mobilnya nggak ada!" teriak Early panik membuat Oase bingung. Kepanikan gadis itu menurutnya tidak wajar. "Aku yakin sudah di bawa sama anak buah suamimu. Nggak usah panik begitu, tinggal kamu kasih alasan yang masuk akal sama suamimu. Ayo aku antar kamu pulang," ucap Oase pada Early yang masih termangu berdiri di samping mobilnya. Dalam hati Early merasak gelisah. Bukan hanya ketakutan tapi dia sudah tidak mau kejadian mengerikan itu menimpa dirinya lagi. Kebingunan itu melanda dirinya. Ingin rasanya dia pulang ke tempat mamanya dan tak ingin beetemu dengan Peter. Pasti papa dan mamanya akan merasa bingung kenapa tiba-tiba dia pulang tanpa pemberitahuan dulu. Dan tanpa di dampingi Peter. "Antar aku sampai di luar gerbang saja!" ucapnya pada Oase yang dijawab dengan anggukan oleh pria tampan itu. Dia masih memperhatikan setiap pergerakan yang dilakukan Early. Dan menurutnya itu aneh. Ada yang janggal. "Kamu tahukan hukuman apa yang akan kamu dapat karena telah membohongiku!" Tangan Peter sudah mencengkram rahang kecil Early. Perempuan itu mendesis menahan rasa sakit di rahangnya yang kian pedih. "Peter, sakit. Tolong jangan siksa aku lagi," suara Early menghiba. Memohon pada suaminya agar tidak memukul dan menyiksanya lagi seperti kemarin. "Kamu bertemu dengan dia lagikan?" Suara tinggi Peter menggema di ruang khusus yang digunakan untuk menyiksa istrinya. "Tidak, Peter. Aku hanya bertemu dengan teman-temanku," jawabnya dengan tercekat karena rasa sakit di rahangnya begitu pedih. "Bohong! Kamu diam-diam masih menemuinya, dasar wanita tak tahu diri! Plakk!" Oh, betapa sakit dan pedihnya pipi Early setelah rahangnya di lepas kini di tampar dengan keras oleh suaminya, Peter. Tapu sesungguhnya yang membuat hati dan d**a Early tertusuk lebih sakit adalah panggilan jalang yang barusan ia dengar. Tangan Early mengepal keras. Matanya membalas tatapan setan suaminya. Wanita yang awalnya tadi meratap dan menghiba belas kasihan suaminya kini berubah menjadi menakutkan. Wajah putih Early menatap nyalang ke arah wajah Peter. Wajah putih bak kulit bayi itu memerah seketika. Peter yang yang merasa di tantang oleh istri sendiri semakin menjadi seperti seorang iblis. Dia menyambar tubuh Early dan menghempaskannya ke tembok. "Auw!" teriak Early membahana merasakan ngilu di punggungnya yang terbentur ke tembok. "Dasar wanita tak tahu di untung! Kalau bukan papamu yang memohon kepadaku untuk menikahimu aku tak sudi hidup bersamamu. Kamu seperti w************n!" Plakk! Plakk! Kini tangan mungil itu sudah gemetaran setelah di pipi suaminya tergambar jelas bekas telapak jarinya. Bukannya mereda Peter semakin menggila. Di dorongnya tubuh Early ke sofa hingga jatuh terjerembab. Dengan kasar dan amarah yang memuncak Peter menindih tubuh kecil Early. "Akan aku ajari kamu bagaimans menghargai suami kamu, wanita jalang!" Seketika laki-laki yang sudah gelap mata itu menyentakkan gaun yang di pakai Early di bagian lengan. Gadis itu tersentak kaget. Dia meronta dan memberontak. Merasa sebentar lagi suaminya akan melecehkan dirinya. "Jangan! Jangan, Peter! Aku mohon!" Peter yang sudah gelap mata tak mau mendengar ratapan istri kecilnya. Dia terus memaksa Early membuka buka baju. "Buka baju kamu!" perintahnya dengan teriakan sarkas. Namun Early semakin menutupi dadanya yang hampir terbuka dengan kedua tangannya. Peter semakin bringas melihat Early semakin hari semakin tidak bisa diatur. Dengan sekali dengusan dia mencium bibir istrinya dengan kasar. Early merasakan sakit yang luar biasa. Dengan kedua tangannya dia berusaha mendorong tubuh kekar Peter agar menjauh dari tubuhnya. Namun usahanya sia-sia. Wajah Peter sudah berada di cergug lehernya yang putih. Disesapnya dan ditinggalkannya kismark bekas kepemilikannya di sana. Early semakin ketakutan dan menangis sejadi-jadinya. Dia tidak ingin menyerahkan semuanya pada suami tak bermoral seperti Peter. Tanpa peduli apapun lagi, Early sekuat tenaga menendang pangkal paha milik Peter. "Auow!" Seketika gadis itu langsung melompat dari sofa lari ke arah pintu. "Early! Wanita sialan!" teriak Peter sambil memegangi miliknya yang terasa sangat pedih dan ngilu karena tendangan istrinya tadi. Sementara Early terus berlari dengan kencang dan tersaruk-saruk bahkan hampir tersandung berusaha keluar dari kediaman rumah Peter. Dia tak peduli dengan bajunya yang berantakan dan acak-acakan bahkan lengan sudah sobek tak karuan karena hentakan keras laki-laki itu. Dengan napas tersengal Early terus berlari. Dia merasa lega karena sudah keluar dari rumah kediaman Peter. Beruntung tidak ada penjagaan di pagar rumah suaminya tadi. "Early!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD