Hadiah Untukku

1701 Words
Kami masih memiliki waktu untuk memperbaiki semuanya. Kabar mengenai desa yang sudah kembali pulih mungkin masih belum terdengar oleh orang banyak, hanya penjaga gerbang ibu kota, Tuan Vest. Dan juga Master Guild Pedagang, Tarich yang mengenal kami. Itu artinya masih ada waktu untuk menyiapkan segalanya. Alasan kenapa tidak ada satupun orang yang datang ke desa ini adalah karena mereka tau bahwa wabah penyakit mematikan sedang menimpa desa ini, awalnya aku berpikir akan bagus jika seandainya kabar itu bisa di hilangkan dengan perginya kami ke luar desa. Itu karena aku berharap saat mereka melihat kami baik-baik saja, mereka mau kembali ke desa dan membantu kami menghidupkan desa kembali. Tapi jika yang kembali adalah orang yang memiliki niat buruk pada Desa Nimiyan... Maka saat ini aku benar-benar sedang menarik sebuah bencana masuk ke Desaku. Tapi tenang saja, butuh waktu untuk mereka tau kami baik-baik saja, sekarang aku perlu menganggap bahwa aku hanya memiliki sedikit waktu untuk mempersiapkan diri. Selama itu aku akan bertekad membuat desa ini kuat seperti apa yang telah aku bicarakan pada para penduduk sebelumnya. Mengelola tempat ini dengan baik, memperkuat solidaritas kami, menjadi yang tak terkalahkan di negeri ini. Itulah tujuannya! “Kepala Desa, kau akan pergi lagi hari ini?” tanya Bibi Merry ketika dia berpapasan denganku di koridor. “Iya Bi, aku harus pergi melihat perkembangan yang terjadi di desa.” “Kepala Desa, giat dalam bekerja itu bagus, tapi kau harus pastikan memiliki waktu untuk beristirahat, kau tau... Kau bekerja terlalu keras belakangan ini. Kau masih muda tapi sudah di pusingkan dengan masalah yang tak kunjung habis. Sesekali kau perlu menenangkan dirimu, jangan sampai kau tertekan.” “Baik Bibi Merry, akan ku ingat pesanmu itu baik-baik.” Apa iya aku bekerja terlalu keras? Bahkan sampai saat ini pun aku merasa belum sepenuhnya memberikan apa yang aku bisa untuk desa ini. Tapi jika para warga melihatku bekerja terlalu keras, rasanya tidak enak juga. Mereka mungkin akan merasa bersalah nantinya, aku harus berhati-hati untuk menjaga perasaan mereka. Sekarang berjalan-jalan di desa pun terasa lebih menyenangkan, sedikit demi sedikit tapi desa ini terasa hidup kembali, seperti mencoba untuk kembali bernafas perlahan-lahan setelah sesak untuk sekian lama. Suara berisik dari palu yang memukul kayu itu sekarang terdengar menyenangkan di telingaku, setidaknya sekarang sudah tidak sesepi dulu. Para warga memulai pembangunannya lagi. Karena sekarang sudah semakin banyak orang, maka pekerjaan yang tadinya berat pun menjadi semakin ringan. Penduduk baru mulai memperbaiki rumah-rumah yang telah lama tidak di tinggali, bahkan bangunan yang belum sempat di selesaikan ingin mereka rampungkan dengan segera. Mereka tidak ingin meminta bantuanku untuk melakukannya, padahal jika aku turun tangan maka kemungkinan pekerjaan mereka akan selesai lebih cepat, dan mungkin Point Exp ku juga akan sedikit bertambah. Tapi para penduduk saat ini tidak ingin lebih di manjakan lagi olehku, mereka ingin melakukan apapun selama mereka bisa melakukannya, tak peduli sesulit apapun itu. Nampaknya kebulatan tekad mereka sudah benar-benar sempurna. “Kepala Desa! Selamat Pagi!” Damainya... Setiap pagi saat aku berjalan keluar desa, orang-orang akan selalu menyapaku dan melambaikan tangan mereka ke arahku, kemanapun aku pergi di desa ini akan selalu ada senyum hangat yang menyambutku di setiap tempat. Menyenangkan rasanya menjadi orang yang di hormati, tapi lebih menyenangkan lagi jika kita lebih di cintai. Seperti diriku, aku sungguh merasakan banyak cinta setelah tinggal di Desa Nimiyan ini. Tapi karena mereka sangat mencintaiku dan mereka tidak ingin lagi aku manjakan, ntah kenapa... Sekarang aku merasa sedikit keseipian. Ah... Aku ingin melakukan sesuatu juga, tolong, siapapun... Katakan apakah ada yang bisa kulakukan. “Dave! Kau melakukannya dengan baik, tidak kusangka kau bahkan bisa membuat rumah.” Dave adalah salah satu penduduk pindahan dari Kota Irishe, pada awal aku melihatnya dia seperti orang kurus yang kehilangan banyak tenaga, sekarang dia lebih segar dan seperti bisa melakukan segalanya, dia orang yang penuh dengan energi. “Kepala Desa, sedang jalan-jalan?” sambil memaku rumah dia menyapaku. “Ah... Iya, aku senang karena sekarang rasanya desa lebih hidup dengan datangnya kalian. Semua orang dapat bekerja dengan baik di bidang mereka masing-masing, bahkau aku tidak menyangka kau ahli juga dalam bidang arsitektur.” “Kepala Desa, kami hanya kehilangan rumah kami, tapi tidak dengan kemampuan kami. Menjadi pengemis memberikan kami banyak sekali tekanan, bahkan saat di kota kami sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Satu hal yang bisa kami lakukan hanyalah meminta-minta untuk makan, karena kami bau dan lusuh tak ada seorangpun yang mau mempekerjakan kami.” “Sayang sekali, padahal kalian orang-orang yang berbakat.” “Benarkah? Jika para penduduk lain mendengar anda mengucapkan itu, mereka akan senang. Oh iya Kepala Desa, ini hanya perasaanku saja tapi, anda terlihat gelisah.” “Be-benarkah?” “Dave... Aku harus pergi untuk melihat yang lainnya, lanjutkan kerja bagusmu itu.” “Terimakasih Kepala Desa. Oh iya... Sebaiknya anda jangan bekerja terlalu keras, beristirahatlah sesekali.” Tapi aku ingin bekerja, aku ingin melakukan sesuatu juga. Haa... Bukan hanya Bibi Merry, bahkan Dave pun bilang kalau aku terlalu banyak bekerja. Rasanya aneh jika saat pagi aku tidak bisa melihat Rya atau Tuare dimanapun, bahkan kemaren Torn dan Lyod tidak bisa kutemukan. Apa yang dilakukan orang-orang itu ya, seolah-olah semua orang sibuk dan hanya aku yang pengangguran disini. “Kepala Desa, selamat pagi! Makanlah camilan ini, ini makanan yang khas dari kampung halamanku, Desa Nimiyan memiliki bahannya, jadi aku ingin memasaknya lagi. Aku ingin kau mencobanya,” ujar seorang perempuan tua bernama Dusha, dia juga merupakan salah satu penduduk pindahan dari Kota Irishe yang ku bawa. “Terimakasih, Nyonya Dusha.” “Makanlah dan perbanyak istirahat, jangan terlalu keras dalam bekerja!” ujar Perempuan itu sambil melambaikan tangannya saat aku melangkahkan kakiku. Aku ingin bekerja, ntah kenapa aku terbiasa untuk melakukan banyak hal saat ini. Rasanya tubuhku menjadi kaku jika aku tidak bergerak sedikitpun, bahkan hanya berjalan-jalan saja bagiku masih belum cukup untuk bisa meregangkan diri. Di depan ada banyak sekali orang, aku bisa melihat Hathor dan juga Istrinya sedang berbincang, kalau tidak salah lokasi itu adalah lokasi dimana akan di bangun sebuah panti asuhan. Perlu di ketahui kalau kebanyakan pengungsi yang ku bawa dari Kota Irishe itu adalah anak-anak di bawa umur, rata-rata dari mereka sudah tidak memiliki orang tua dan sudah terbiasa hidup berkeliaran di kota sejak kecil. Jangankan memikirkan waktu untuk bermain, setiap harinya mereka terbebani dengan pikiran untuk mencari makan agar bisa mengisi perut mereka. Saat aku melihat mereka mulai dapat berkeliaran untuk bermain dan tertawa bersama teman sebayanya. Bukan hanya menyelamatkan mereka, tapi aku merasa aku berhasil menyelamatkan masa kecil mereka. Meskipun masa remajaku suram sekalipun, tapi aku pernah memiliki masa kanak-kanak yang aku rindukan. “Kepala Desa, selamat pagi.” “Selamat pagi, Hathor dan juga Nyonya Astrid. Apa semua lancar?” “Semuanya berjalan lancar Kepala Desa, sebaiknya anda tidak perlu terlalu memikirkan pekerjaan, beristirahatlah.” “Hathor, bahkan kau juga?” “Eh? Apakah ada yang salah dengan saya, Kepala Desa?” “Tidak, lupakan saja,” balasku. Semua orang benar-benar mengatakan kalau aku sudah bekerja terlalu keras, apa benar begitu? Beberapa hari terakhir ini aku hanya pergi untuk mengajari orang-orang desa bagaimana melakukan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan yang mampu mereka lakukan, pergi ke beberapa tempat untuk melihat potensi lahan yang baik, mencari tanaman yang bisa di tanam dan menguntungkan seperti kapas, mencari beberapa ramuan untuk di jadikan obat. Kurasa tidak ada satupun dari pekerjaan itu yang berat untuk di lakukan. “Tuan Kepal Desa, bagaimana jika anda duduk dulu disini, saya akan pergi ke belakang untuk mengambilkan teh.” “Tidak Nyonya, aku baik-baik saja.” “Jangan begitu, Kepala Desa. Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih karena anda sudah mengobati saya, berkat anda saya sehat kembali dan berkumpul dengan nyaman bersama suami dan juga anak saya. Saya harap anda tidak menolak permintaan ini.” “Kalau begitu aku benar-benar tidak bisa menolaknya,” ujarku yang lalu duduk di kursi yang tersedia di sana. “Hathor, jangan hanya berdiri saja. Duduklah! Kau tidak perlu merasa tidak nyaman padaku hanya karena aku seorang Kepala Desa. Bagaimanapun saat aku berlatih caranya bertarung, kau adalah guruku.” “Ba-baiklah, Kepala Desa.” Duduk di kursi ini membuatku tidak nyaman, bukan masalah kursinya, hanya saja... Duduk dan bersantai membuatku gelisah, meskipun aku mencoba untuk bersantai dengan bersandar dan meregangkan kakiku, tetap saja aku tidak merasa nyaman. “Hathor?” “Ya, Kepala Desa?” “Apa ada yang salah denganku? Apa aku tampak pucat atau terlihat lemas? Apa aku seperti orang yang sedang tidak berada dalam keadaan sehat?” “Tidak, Kepala Desa. Anda terlihat segar bugar seperti biasanya.” “Benar, akupun juga merasa segar bugar, aku sehat luar biasa. Tapi... Para penduduk menginginkan aku beristitahat, mereka bilang aku bekerja terlalu keras, bahkan kau dan Istrimu pun berpikir demikian. Apa benar begitu?” “Semua orang di Desa ini bisa melihatnya, anda selalu melakukan banyak hal untuk desa, jika semua ini mengenai kepentingan desa, anda rela berlarian dari ujung ke ujung. Meskipun anda tidak terlihat lelah sekalipun, tapi kami tetap saja mencemaskan bagaimana keadaan anda. Memang anda pandai meramu Potion yang bisa mengembalikan tenaga, kelelahan pada tubuh mungkin bisa hilang dalam sekejap, tapi tidak dengan pikiran anda. Kami ingin memastikan anda tidak stress karena terlalu memikirkan kami.” “Tapi aku adalah Kepala Desa, memikirkan kalian semua adalah tugasku.” “Tapi tetap saja anda masih muda, memikirkan orang tua seperti kami membuat kami merasa tidak enak pada anda, kami harusnya lebih bisa menunjukkan rasa tanggung jawab yang lebih besar daripada yang anda tunjukkan.” “Anda adalah pemimpin yang baik, jadi anda harus tetap sehat. Terlalu banyak bekerja tidak baik bagi tubuh dan pikiran anda,” ujar Hathor. Tak lama kemudian Nyonya Astrid keluar, tapi dia tidak sendirian. Rya, Tuare, Torn, Lyod, bahkan beberapa warga yang sedang membantu pembangunan Panti Asuhan, mereka keluar bersama dengan Nyonya Astrid menuju ke arahku. Nyonya Astrid menuangkan tehnya pada sebuah gelas yang merupakan satu-satunya gelas yang ia bawa. Bukannya disini ada banyak orang? Kenapa hanya satu gelas yang ia bawa? “Kepala Desa, silahkan di minum selagi masih hangat!” ucap Astrid mempersilahkan diriku. Wangi Tehnya sangat harum, bahkan membuatku merasa tenang. Aku ingin tau bagaimana rasanya... Eh? Kenapa rasanya mataku berat, rasanya sulit membuka mataku, meskipun aku mencoba untuk memaksakan untuk tidak berkedip tapi... Berat... Aku...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD